Mongabay.co.id

Catatan Akhir Tahun: Badak Jawa, dari Kelahiran hingga Maskot Piala Dunia U-20

 

 

Populasi badak jawa [Rhinoceros sondaicus] bertambah di tahun 2022. Hal ini ditandai dengan  tiga kelahiran di habitat alaminya, Taman Nasional Ujung Kulon [TNUK].

Pada 20 Februari 2022, seekor badak muda terekam kemera jebak. Badak itu diberi nama Merdekasari dengan nomor ID 088. 2022 dari induk bernama Siti.

Berikutnya, Tim Monitoring Badak Jawa Balai TNUK melalui kamera trap pada 2 September 2022 di Blok Cinogar, menangkap gambar anak badak betina [ID. 090.2022] dari induk bernama Menur [ID. 063.2015].

Lalu, pada 18 September 2022 di lokasi yang sama, terekam kembali anak badak jantan [ID. 089.2022] dari induk bernama Ratu [ID. 035.2011].

Atas kelahiran dua anak Badak Jawa ini, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan [LHK] Siti Nurbaya memberikan nama “LordZac” untuk anak badak jantan dan “Eden” bagi yang betina.

“Kelahiran dua anak badak membuktikan KLHK terus berupaya meningkatkan populasi badak jawa dan memastikan tidak akan punah,” terangnya melalui keterangan tertulis, Sabtu [17/12/2022].

Mengutip Kumparan, Humas Balai Taman Nasional Ujung Kulon, Andri Firmansyah menyatakan lahirnya dua individu tersebut merupakan prestasi bagi pengelolaan dan konservasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon.

Total, populasi badak jawa di Taman Nasional Ujung Kulon menjadi 79 individu, jantan [40 individu] dan betina [39 individu].

“Kami akan meningkatkan patroli rutin untuk menjaga keberlangsungan hidup badak jawa di habitatnya,” kata Andri.

Baca: Bacuya, Badak Jawa yang Jadi Maskot Piala Dunia U-20 di Indonesia

 

Anak badak jawa jantan ID. 089.2022 [LordZac]. Terekam pertama kali di Blok Cinogar, pada 18 September 2022, pukul 08.29 WIB, dari induk  bernama Ratu [ID. 035.2011]. Foto: Dok. KLHK/Balai TNUK

 

Maskot Piala Dunia U-20

Badak jawa dijadikan maskot Piala Dunia U-20 yang berlangsung 20 Mei hingga 11 Juni 2023 di Indonesia. Namanya Bacuya atau Badak Cula Cahaya.

Dalam situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga [Kemenpora] dijelaskan filosofi Bacuya, yaitu badak jawa muda sangat pemalu dan pendiam. Rasa ingin tahu, memaksanya berlari ke lapangan seperti ingin mencari sesuatu.

Bacuya disimbolkan sebagai pembela, yang memperjuangkan hak anak muda untuk bersenang-senang dan berekspresi. Bacuya merupakan penjaga talenta muda dan mercusuar untuk masa depan sepakbola.

“Bacuya siap bangkit bersama generasi baru,” jelas situs tersebut.

Baca: Kisah Badak Jawa yang Kini Hanya Ada di Ujung Kulon

 

Anak badak jawa ID. 090.2022 [Eden], terekam pertama kali pada 2 September 2022, pukul 14.59 WIB, di Blok Cinogar, dengan induk bernama Menur [ID. 063.2015]. Foto: Dok. KLHK/Balai TNUK

 

Mengenal badak jawa

Badak jawa merupakan satwa bercula satu [panjang cula 20-25 cm], namun bisa mencapai 30,5 cm. Cula hanya tumbuh pada badak jantan, akan tetapi terkadang pada badak betina dewasa ditemukan cula meski hanya sebesar kepalan tangan.

Mengutip situs Yayasan Badak Indonesia [YABI], ukuran tubuh badak jawa lebih besar ketimbang badak sumatera. Bobotnya antara 900-2.300 kg, tinggi 1,2-1,7 m, dan panjang 3-3,4 m. sementara tubuh betina dapat lebih besar dari jantan.

Kulitnya tebal, berwarna abu-abu dan membentuk lipatan-lipatan seperti lapisan baju baja.

Pada badak muda, tumbuh rambut di kulit, namun perlahan menghilang seiring pertumbuhannya, kecuali pada daun telinga, rambut kelopak mata, dan ujung ekor.

Populasi badak jawa saat ini terkonsentrasi di Taman Nasional Ujung Kulon. Bila dilihat catatan persebarannya, dahulu satwa bercula satu ini ada di India, Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Semenanjung Malaysia, Jawa, dan Sumatera.

Di Myanmar, badak jawa terakhir yang hidup ditembak mati tahun 1920 untuk koleksi British Museum. Di semenanjung Malaysia juga ditembak, di wilayah Perak pada 1932 untuk koleksi museum. Sedangkan badak jawa yang hidup di Sumatera, diperkirakan mulai punah pada pertengahan 1940-an. Di Vietnam, secara resmi diumumkan badak jawa telah punah pada 2010.

Baca juga: Javan Rhino Expedition, Memotret Badak Jawa di Habitat Terakhir

 

 

Ancaman

Merujuk Buku “Javan Rhino Expedition – Surviving in Silence” terbitan September 2022, sejumlah ancaman menjadi momok bagi kehidupan satwa langka ini. Mulai dari potensi meningkatnya kegiatan ilegal manusia di kawasan taman nasional, dominasi tanaman langkap yang menghambat pertumbuhan pohon pakan badak, hingga erupsi Gunung Anak Krakatau yang diikuti tsunami. Juga, minimnya keragaman genetik.

Hasil penelitian kolaborasi antara Taman Nasional Ujung Kulon, Eijman Institute, Yayasan Badak Indonesia [YABI], dan WWF-Indonesia Program Ujung Kulon tahun 2014 buktinya. Berdasarkan pemeriksaan DNA dari 49 sampel feses yang diambil acak menunjukkan, sebanyak 19 individu berasal dari 2 jenis halotipe [karakter genotipe yang diwariskan dari salah satu induk].

Artinya, 19 individu itu hanya berasal dari dua garis keturunan betina yang tentunya berdampak pada menurunnya kualitas genetik pada generasi badak jawa di masa mendatang.

Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, menetapkan badak jawa sebagai satwa yang dilindungi.

Lembaga Konservasi Dunia atau International Union for Conservation of Nature [IUCN], memasukkan badak jawa dalam daftar satwa dengan status Kritis [Critically Endangered/CR] atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.

 

Exit mobile version