Mongabay.co.id

Gerai di Kota Padang Ini Ajak Gaya Hidup Bebas Sampah, Seperti Apa?

 

 

 

 

Tidak mudah mempopulerkan hidup yang ramah lingkungan dan berkelanjutan seperti gaya hidup bebas plastik di Kota Padang. Hal inilah yang mendorong Afifah Putri Adita,  mendirikan Gerai Prabumi.

Gerai ini ada untuk ikut mengkampanyekan hidup minim bahkan bebas sampah (zero waste). Kemudian,  digalanglah kerja sama dengan usaha mikro kecil menengah (UMKM) lokal di Sumatera Barat.

“Awal terbentuknya Gerai Prabumi ini untuk meningkatkan inisiatif lingkungan hidup di Kota Padang dan ingin memberikan dampak melalui pengurangan kemasan plastik,” katanya, baru-baru ini.

Dia bilang, gerai ini, katanya, semula berawal dari ikut kegiatan sustainable development goals (SGDs)  untuk Sumatera Barat sekitar 2020.  Dalam kegiatan itu, dibikinlah organisasi dan strukturnya, termasuk Afi bagian pilar ekonomi.

 

produk curah. Konsumber bawa wadah dari rumah untuk beli produk curah in i. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Awalnya, gerai ini hanya produksi kantong untuk menampung makanan dan kantong lain yang bisa dipakai berulang kali. Setelah kegiatan itu Afi merasa, perlu lanjut dan jadi usaha sendiri. Gerai ini pun resmi buka Januari 2022.

Prabumi,  kata Afi,  punya banyak arti. Ia bisa berarti gerai produk ramah bumi. Arti lain,  tak jauh dari menjaga lingkungan hidup.

Harapannya, Kota Padang bisa lebih bersih, sampah bisa berkurang dan masyarakat bisa memulai gaya hidup berkelanjutan.

“Kita juga ingin membuktikan penerapan ekonomi sirkular di retail itu bisa dilakukan,” katanya.

Sesuai visi misi Gerai Prabumi,  yaitu mengurangi sampah dan membuat perubahan positif dalam skala besar pada lingkungan melalui evolusi ritel. Misinya,  menyediakan produk bebas kemasan plastik dan alami serta lebih mudah terakses, terjangkau dan nyaman untuk semua orang.

 

Beragam jualan di Gerai Prabumi. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Selain itu,  memberikan dampak positif pada lingkungan dan masyarakat melalui edukasi dan mendukung serta mengutamakan produk lokal. Gerai Prabumi beralamat di Jalan Hang Tuah Nomor 207 Kota Padang ini buka setiap Selasa-Minggu.

Gerai ini tak menyediakan kantong plastik untuk para konsumen yang belanja. Bagi yang tak bawa wadah belanja, katanya, gerai akan meminjamkan wadah kaca atau bisa beli.

Afifah mengatakan,  ada tiga kategori produk yang dijual, yakni, makanan, peralatan rumah tangga dan perawatan tubuh. Beberapa produk dijual dalam bentuk isi ulang seperti sabun dan bumbu dapur dan harga dihitung per mililiter pembelian.

Sejak awal buka, katanya,  ada beberapa produk diminati masyarakat. “Dari home care paling diminati deterjen pakaian dan sabun cuci piring itu peminat banyak dan orang-orang bawa wadahnya sendiri,” katanya.

 

Adalah Afifah Putri Adita, yang menggagas pendirian Gerai Prabumi ini. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Meski begitu, kata Afi, proses kuratorial produk ini masih belum maksimal. Ke depan selain kemasan, proses produksi ramah lingkungan harusnya masuk dalam penilaian kelayakan produk itu akan dijual atau tidak di Gerai Prabumi.

Untuk sekarang, katanya, masih tahap mengedukasi dan inisiatif lingkungan dari orang-orang di Padang.

Prabumi juga melakukan edukasi ke sekolah-sekolah. Ada juga beberapa workshop dan akan berkembang jadi diskusi-diskusi lingkungan hidup.

 

Gosokan badan dari buah gambas kering. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Penanganan sampah minim

Dia merasa prihatin dengan penanganan sampah di Kota Padang. Alumni IPB ini melihat dari tahun ke tahun pemerintah selalu mengatakan akan menangani sampah secepatnya. Kenyataan, perubahan belum juga tampak signifikan.

Sebagian sampah di Padang, katanya, dari rumah tangga. Sampah tak tertangani baik berpotensi mencemari lingkungan. “Nggak jarang sampah berakhir di laut dan mencemari perairan. Banyak belum sadar kalau ini berbahaya.”

Untuk itu, katanya, peran masyarakat sangat penting dalam pengelolaan sampah. Tentu, katanya, perlu dukungan pemerintah, seperti  ada manajemen sampah di tingkat kota.

“Jadi,  masyarakat tidak merasa hal yang diupayakannya sia-sia. Misal, sudah memilah sampah di rumah tapi saat pengangkutan digabung kembali dan berakhir ke landfill juga,” katanya.

Dalam catatan Walhi Sumbar per Desember 2021, Kota Padang produksi sampah sampai 800 ton per hari.  Sekitar 70% berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) tanpa pengolahan. Sedangkan fasilitas dan penanganan sampah tidak mencukupi.

“Ini berarti dalam sehari satu orang Kota Padang menghasilkan sampah 0,22 kg dan 75% merupakan sampah organik. Potensi timbulan sampah per hari mencapai 1.940 meter kubik,” kata Andre Bustamar, Kepala Divisi Riset Walhi Sumbar, dalam berita Mongabay sebelumnya.

Jumlah itu, dapat menutupi GOR H Agus Salim dengan ketinggian sampah satu meter dalam 10 hari saja.

 

 

********

Exit mobile version