Mongabay.co.id

Ngengat Kepala Maut yang Tidak Seseram Namanya

 

 

Namanya ngengat kepala maut.

Kita lebih sering melihatnya di film horor ketimbang aslinya di alam.

Ada tiga jenis ngengat dari Genus Acherontia ini. Acherontia atropos tersebar di Eropa, Acherontia styx, dan Acherontia lachesis ditemukan di Asia.

“Ketiganya sangat mirip dari ukuran, warna, dan siklus hidup. Dinamakan ngengat kepala maut, karena ada bentuk tengkorak manusia di bagian toraks,” jelas Mardili, alumni Jurusan Biologi Sains Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh, Senin [16/01/2023].

Baca: Kupu-kupu dan Peran Penting Sains Warga dalam Konservasi

 

Inilah wujud ngengat kepala maut yang masih fase kepompong. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Hal paling membedakan dengan kupu-kupu adalah ngengat aktif malam hari [nokturnal]. Saat hingga di satu tempat ngengat membuka sayapnya, sementara kupu-kupu tidak. Warnanya identik hitam, cokelat, abu-abu, dan lain-lain.

“Terlihat cantik saat masih msenjadi ulat, berbeda dengan kupu-kupu.”

Baca: Nama Ani Yudhoyono Abadi Bersama Kupu-kupu

 

Satwa ini aktif malam hari, sehingga jarang terlihat. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Saat masih ulat, makanan utamanya adalah daun-daun muda, seperti umunya ulat. Namun, setelah dewasa, makannnya madu lebah.

“Larva yang baru menetas ukurannya 1 milimeter dan membesar hingga 130 milimeter. Sang larva memiliki tanduk di ujung ekornya. Ketika didekati, biasanya sebagian badannya membungkuk kebelakang,” ungkap Mardili.

Baca: Eksotisnya Kupu-kupu, Si Penjaga Keseimbangan Alam

 

Ngengat kepala maut bukan satwa berbahaya. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Tidak berbahaya

Saya melihat ngengat ini saat fase kepompong, di Samarkilang, Kecamatan Syiah Utama, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh.

Menurut masyarakat setempat, mereka sering melihat dan membiarkannya.

“Ulat ini sering terlihat di pohon-pohon kecil di pinggir jalan,” ungkap Aman Tris, warga Samarkilang, Minggu [08/01/2023].

Meski sering dianalogikan sebagai satwa menyeramkan, hingga disematkan ke namanya, namun ngengat bukan jenis yang membahayakan manusia. Ngengat tidak beracun, hanya mencari madu lebah sebagai pakannya.

Baca: Homalictus, Lebah dengan Tubuh Warna-warni

 

Hutan di Samarkilang yang masih terlihat hijau. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Merujuk situs Republik Eusosialis Tawon, dijelaskan bahwa bagi peternak madu ngengat  dikenal sebagai hama minor, karena kebiasaanya masuk ke sarang lebah dan memakan persediaan madu.

“Ngengat kepala maut memiliki cangkang tebal yang membuatnya bertahan dari sengatan lebah, sehingga masuk sarang.”

Setelah berada di sarang, dia akan mengeluarkan bau menyerupai lebah, sehingga tidak dianggap sebagai ancaman.

Baca juga: Hebatnya Lebah Madu, Bisa Pecahkan Soal Matematika

 

Hutan merupakan sumber kehidupan kita di Bumi. Foto drone: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Sejauh ini, riset tentang ngengat kepala maut belum banyak ditemukan.

“Bisa jadi karena aktif malam hari, membuat peneliti kesulitan. Atau bisa juga, penelitian tentang ngengat kurang dianggap menarik,” papar Mardili.

 

Exit mobile version