Mongabay.co.id

Ayam Cemani, Ayam Serba Hitam Asli Indonesia yang Mendunia

 

 

Sebuah peternakan di Florida berani menawarkan ayam asal Indonesia dengan harga fantastis. Seekor ditawarkan $2.500 atau sekitar Rp37,5 juta dengan kurs Rp15.000. Mengapa harganya bisa selangit?

Ayam ini memang unik. Seluruh penampakannya berwarna hitam. Dari paruh, jengger, mata, kulit, bulu, kuku, semuanya gelap. Jika bagian paruh dibuka, akan terlihat rongga mulut dan lidahnya yang juga hitam. Bahkan warna daging, dan tulangnya pun hitam. Saat terkena sinar matahari, bulu hitamnya memantulkan warna hijau keunguan yang mempesona.

Secara fisik, ayam cemani jantan terlihat gagah dan berotot. Kakinya kuat, dengan sayap  terbentang lebar. Ayam cemani makan apa saja, dari biji-bijian, rumput, buah, serangga, juga kerikil. Yang terakhir ini gunanya untuk membantu mencerna makanan.

Baca: Sejak Kapan Ayam “Dekat” dengan Kehidupan Manusia?

 

ayam cemani jantan. Foto: Wikimedia Commons/Kangwira – Own work/CC BY-SA 4.0

 

Paul Bradshaw, peternak Greenfire Farms di Florida, mengutip businessinseder.com, menjelaskan bahwa ayam cemani merupakan jenis yang paling banyak diminati dalam suatu waktu.

Ayam cemani berasal dari Jawa, tepatnya di daerah Kedu, Temanggung, Jawa Tengah. Di sepanjang jalan raya Kedu Parakan, akan terlihat beberapa tempat yang menawarkan ayam tersebut. Dari tempat ini kemudian ayam-ayam ini menyebar. Tidak hanya ke seluruh Indonesia, namun juga mancanegara.

Di dunia, diperkirakan ada empat negara yang memiliki ayam berwarna hitam legam. Selain ayam cemani Indonesia, ada pula ayam silkie dari China, black hmong dari Vietnam, dan svarthöna dari Swedia. Namun, hanya ayam cemani yang memiliki warna hitam mengkilat memikat. Harganya yang tinggi membuatnya dijuluki ayam Lamborghini.

Sebagian orang mengira, darah ayam cemani juga hitam. Tapi itu hanya mitos. Darahnya tetap merah karena hemoglobin, meski agak gelap.

Umumnya, orang tertarik membeli karena penampilannya yang eksotik. Namun, ada juga karena percaya ayam memiliki kekuatan magis, meski ini hanya mitos.

Seperti ditulis Mongabay sebelumnya, diperkirakan sejak zaman Kerajaan Majapahit, ayam ini menjadi peliharaan raja dan bangsawan. Ayam ini diyakini membawa kedamaian, menambah rezeki, memudahkan jodoh, melariskan dagangan, hingga mampu membawa kesuksesan negosiasi saat perang maupun konflik. Atas dasar itu, ayam cemani menjadi buruan orang-orang berkantong tebal dan berkuasa.

Baca juga: Ayam Cemani, Harga Selangit dan Dibunuh Hanya Gara-gara Mitos

 

Ayam cemani yang penampilannya serba hitam. Foto: Wikimedia Commons/Thomon – Own work/CC BY-SA 4.0

 

Mengapa hitam?

Teka-teki mengapa ayam cemani berwarna hitam, memancing peneliti untuk mengungkapnya. Di antaranya Ben Dorshorst, ahli genetika dari Amerika, yang membandingkan gen empat jenis ayam yang memiliki pigmen eksesif, di antaranya adalah ayam cemani meski yang dia pakai untuk penelitian merupakan hasil penangkaran di Amerika.

Pakar menyebut fenomena ini sebagai dermal hyperpigmentation atau fibromelanosis. Diperkirakan itu berawal dari mutasi gen. Kebanyakan hewan bertulang belakang memiliki gen endothelin 3, atau EDN3, yang antara lain bertanggung jawab mengontrol warna kulit. Namun, pada ayam cemani yang terjadi adalah hiperpigmentasi, sehingga melanin meningkat hingga 10 kali lipat yang menyebabkan kulit hingga tulangnya berwarna hitam.

Beberapa catatan menyebutkan, ayam berwarna hitam sudah dikenal sejak zaman Marco Polo. Dalam tulisannya yang dibuat tahun 1298, saat melakukan perjalanan ke Asia, dia menulis pernah menjumpai ayam berbulu seperti kucing, berwarna hitam, sedang mengeram telur. Ada kemungkinan, yang dilihat Marco Polo adalah ayam silkie dari China.

Meski seluruh tubuhnya berwarna hitam, telur ayam cemani tetaplah berwarna putih atau krem cerah. Hanya saja, telurnya sedikit lebih besar dibanding telur ayam biasa. Namun, jarang telur ayam ini dikonsumsi, begitupun dagingnya. Bisa jadi, karena harganya yang mahal, membuat orang berpikir ulang untuk mengkonsumsinya. [Berbagai sumber]

 

Exit mobile version