Mongabay.co.id

Lumba-Lumba Hidung Botol Berevolusi di Samudra Pasifik

 

Lumba-lumba hidung botol umumnya ditemukan di lautan beriklim sedang, sub tropis, dan tropis. Populasi mereka secara global berjumlah sekitar 600.000 individu. Lumba-lumba cerdas ini tumbuh dengan panjang antara 6,5 dan 13 kaki. Mereka punya berat lebih dari 1.000 pon. Disebut lumba-lumba hidung botol karena moncongnya pendek dan tebal seperti botol.

Ana Costa—seorang peneliti kelautan di Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science di University of Miami—telah mengidentifikasi sub spesies baru lumba-lumba hidung botol di Samudera Pasifik timur. Menurut hasil temuan tim peneliti, subspesies tersebut memiliki ukuran lebih kecil daripada lumba-lumba hidung botol biasanya.

Costa mengatakan, penemuan subspesies ini biasa disebut sebagai ekotipe, yaitu populasi berbeda dari suatu spesies yang diatur oleh faktor-faktor genetika dan berkorelasi dengan keadaan ekologi tertentu. Bahkan mengarah juga pada spesiasi, yakni proses munculnya spesies baru.

baca : Unik, Terumbu Karang jadi Obat Kulit bagi Lumba-lumba

 

Subspesies lumba-lumba hidung botol baru berhasil diidentifikasi oleh peneliti. Mereka dikenal sebagai lumba-lumba hidung botol Pasifik Tropis Timur (Tursiops truncatus nuuanu). Subspesies ini lebih kecil dari lumba-lumba hidung botol umum lainnya. Foto : NOAA/NMFS/SWFSC

 

Atas hasil temuan tersebut, peneliti kemudian menamai subspesies baru tersebut sebagai lumba-lumba hidung botol Pasifik Tropis Timur (ETP) atau Tursiops truncatus nuuanu dalam istilah ilmiah. Temuan ini sendiri telah diterbitkan dalam Journal of Mammalian Evolution. Menurut Costa, di sepanjang pantai Pasifik A.S., lebih khusus lagi di sepanjang pantai California, dua ekotipe lumba-lumba hidung botol juga telah diidentifikasi.

Sebetulnya, usulan mengenai spesies baru lumba-lumba hidung botol dari Samudera Pasifik timur telah ada pada awal 1900-an. Namun hanya didasarkan pada beberapa spesimen dan catatan lapangan. “Jadi, terlepas dari penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan di daerah tersebut, ada kebutuhan untuk lebih mengkarakterisasi tingkat diferensiasi antara populasi yang berbeda ini dan menentukan apakah sebenarnya ada bentuk lumba-lumba hidung botol yang berbeda di Pasifik tropis timur atau tidak,” kata Costa.

Untuk membuktikan hal itu, Costa dan tim berkolaborasi dengan peneliti William Perrin dari Southwest Fisheries Science Center melakukan studi yang lebih luas dengan tujuan lebih memahami taksonomi lumba-lumba hidung botol yang umum di wilayah Samudera Pasifik timur.

baca juga : Lumba-lumba Risso Terdampar di Jembrana, Bagaimana Nasibnya?

 

Sepasang lumba-lumba hidung botol Eastern Tropical Pacific (ETP) tengah berenang. Lumba-lumba ini kemungkinan memiliki preferensi untuk perairan lepas pantai yang lebih dalam antara Baja California Selatan dan Kepulauan Galápagos. Foto : NOAA/NMFS/SWFSC

 

Dalam publikasi yang telah diterbitkan di Mammalian Evolution, Costa dan para peneliti memeriksa lebih dari 130 spesimen tengkorak lumba-lumba hidung botol dari Pasifik timur dan Pasifik utara-barat, di lepas pantai Jepang. Analisis mereka mengungkapkan perbedaan signifikan dalam hal bentuk di antara lumba-lumba hidung botol dari Pasifik.

“Lumba-lumba hidung botol yang ditemukan di perairan lepas pantai Pasifik timur membentuk satu kelompok tunggal, dan mereka secara signifikan lebih kecil—berdasarkan tengkorak dan panjang tubuh—daripada lumba-lumba hidung botol biasa,” kata Costa.

“Temuan kami menunjukkan bahwa lumba-lumba hidung botol lepas pantai di Pasifik timur berasal dari lumba-lumba hidung botol umum yang tersebar secara global dan harus digambarkan sebagai subspesies yang berbeda.”

Subspesies baru terbatas pada daerah tropis di Pasifik timur. Namun ada kemungkinan subspesies tersebut memiliki preferensi berbeda di perairan lepas pantai yang lebih dalam antara Baja California selatan dan Kepulauan Galápagos.

Costa mengatakan evolusi lumba-lumba hidung botol ETP dari lumba-lumba hidung botol umum lainnya dipengaruhi oleh lingkungan yang mereka tempati. Misalnya, kondisi lingkungan yang berbeda di Pasifik tropis timur dan potensi variasi dalam perilaku makan dapat mempengaruhi bentuk mereka.

 

Sumber: newsweek.com

Exit mobile version