- Para penjaga hutan di Conway National Park,di timur laut Australia, menemukan kodok berukuran besar yang dijuluki Toadzilla.
- Kodok tebu yang ditemukan ini beratnya mencapai 2,7 kilogram dan panjangnya 255 mm.
- Kodok tebu berkutil, beracun, yang merupakan hewan asli Amerika Selatan dan Tengah. Kodok ini dianggap sebagai salah satu spesies invasif terburuk di dunia.
- Kodok ini membunuh hewan peliharaan dan spesies asli saat menggigit, menjilat, atau memakannya. Mereka mengalahkan spesies asli untuk mendapatkan sumber daya seperti makanan dan habitat berkembang biak.
Para penjaga hutan atau jagawana di Conway National Park, di timur laut Australia, tercengang ketika mereka menemukan kodok terbesar yang pernah tercatat, beratnya hampir 3 kilogram.
Karena ukurannya yang jumbo, kodok tersebut dijuluki “Toadzilla” oleh para penjaga.
Amfibi itu ditemukan ketika para jagawana meninggalkan kendaraan mereka, saat berhenti untuk membiarkan seekor ular melintas.
Dikutip dari Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan Queensland, Australia, para penjaga hutan menemukan kodok tebu itu ketika sedang membersihkan jalur. Penjaga hutan bernama Kylee Gray mengatakan, timnya terperanjat saat menemukan kodok tebu raksasa tersebut, yang diyakini sebagai kodok betina.
Gray mengatakan kepada Australian Broadcasting Corp, kodok tebu itu adalah yang terbesar yang pernah dia lihat.
“Saya mengulurkan tangan, mengangkat kodok tebu tersebut dan tidak percaya betapa besar dan beratnya,” katanya. “Kami menimbangnya ketika kami kembali ke kantor. Beratnya mencapai 2,7 kilogram dan panjangnya 255 mm,” tambahnya.
Baca: Katak dan Kodok, Apa Bedanya?
Toadzilla sejak itu “di-eutanasia untuk menghindari kerusakan lingkungan yang mungkin ditimbulkannya,” tambah Departemen Lingkungan dan Ilmu Pengetahuan Queensland di Twitter.
Departemen Lingkungan dan Sains mengatakan, kodok itu telah dikirim ke Museum Queensland untuk analisa lebih lanjut. Apalagi, kodok ini diyakini yang terbesar di dunia.
Rekor Dunia Guinness kodok terbesar ditetapkan pada 1991, yakni kodok bernama Prinsen, di Swedia, yang beratnya mencapai 2,65 kg.
Baca: “Kodok Setan” Ini Pernah Hidup di Muka Bumi
Dari sekitar 500 spesies yang disebut kodok atau toad, Cane Toad/kodok tebu [Rhinella marina] diakui sebagai kodok terbesar. Kodok tebu berkutil, beracun, yang merupakan hewan asli Amerika Selatan dan Tengah. Kodok ini dianggap sebagai salah satu spesies invasif terburuk di dunia.
Mereka dibawa dan dibiakkan di banyak negara dengan harapan dapat membantu mengendalikan hama pertanian. Ternyata, kodok ini gagal mengendalikan serangga, tetapi justru sangat berhasil bereproduksi secara masif dan menyebarkan diri ke manapun.
Makanan mereka sebagian besar adalah serangga, tetapi juga makan hampir segalanya, termasuk burung kecil, reptil, amfibi, dan mamalia kecil. Pada 1935, atas permintaan para pemilik perkebunan tebu, pemerintah setempat melepaskan sekitar 2.400 kodok tebu ke Queensland utara, untuk membantu mengendalikan kumbang tebu yang memakan akar tebu dan merusak panen.
Karena mereka tidak memiliki predator alami di Australia, mereka bereproduksi dengan cepat dan mudah, menyebar luas. Kodok tebu di Australia sekarang berjumlah jutaan dan wilayah jelajahnya terus meluas, mencakup ribuan kilometer persegi di timur laut Australia.
Baca juga: Katak Kecil Bermulut Sempit, Jenis Baru yang Sensitif pada Perubahan Iklim
Selain Australia, kodok tebu menyebar di Florida, Hawaii, Guam, Filipina, Kepulauan Karibia, Kepulauan Pasifik barat, Papua Nugini, dan tempat lain.
Kodok ini membunuh hewan peliharaan dan spesies asli saat menggigit, menjilat, atau memakannya. Mereka mengalahkan spesies asli untuk mendapatkan sumber daya seperti makanan dan habitat berkembang biak.
Kodok tebu mengeluarkan racun seperti susu dari kelenjar parotoid di belakang bahunya. Racun, yang disebut bufotoxin tersebut mengandung beberapa bahan kimia berbeda, seperti bufagin, yang mempengaruhi jantung, dan bufotenine, sebuah halusinogen.
Mereka berkembang biak hampir setiap saat sepanjang tahun, dengan jumlah telur antara 8.000 hingga 30.000 butir, dalam barisan panjang di air tawar. Baik telur maupun kecebongnya juga beracun. Mereka sangat mudah beradaptasi, dapat ditemukan di daerah perkotaan, pertanian, bukit pasir, padang rumput pesisir, tepi hutan hujan, dan rawa bakau. [Berbagai sumber]