Mongabay.co.id

Luka-luka, Orangutan Masuk Kebun Warga di Mardiding Akhirnya Tewas

 

 

 

 

 

Satu orangutan Sumatera jantan usia sekitar 15 tahun masuk perkebunan warga di Dusun Kuta Kendit, Desa Kuta Pengkih, Kecamatan Mardinding,  Kabupaten Karo, Sumatera Utara, berakhir tragis. Satwa langka dilindungi ini tewas mengenaskan setelah 36 jam evakuasi dan jalani perawatan medis.  Di tubuhnya,  ada beberapa luka yang diduga jadi penyebab kematian.

Informasi yang dihimpun Mongabay, orangutan awalnya masuk ke areal perkebunan warga, Jumat (20/01/23) pagi. Ia bergelantungan di batang bambu bambu. Para petani yang sedang di ladang, heboh. Suasana berubah, massa makin banyak datang untuk melihat langsung.

Setiabudi Sembiring, pemilik kebun, mengatakan, kala itu sedang mengecek tanaman kopi dan menyadari ada orangutan bergelantungan di bambu. Dia takut, lalu melaporkan ke petani lain yang juga di ladang.

Lokasi tempat orangutan jadi ramai. Ratusan warga melihat dan merekam dengan ponsel. Perkebunan itu berkeliling hutan.

Liang Melas juga warga Kuta Pengkih  mengatakan, saat itu kondisi warga was-was karena banyak anak kecil. Dia bilang, sudah coba diusir, namun tidak juga berhasil.

“Melihat orangutan masuk ke kebun, warga gempar karena takut. Orangutan besar, diusir warga tidak juga pergi. Sudah diasapin juga tidak mau pergi, banyak anak-anak” katanya.

Perlu beberapa jam sampai orangutan yang bergelantungan di bambu itu turun ke tanah. Beramai-ramai, warga berusaha menangkap dengan alat seadanya.

“Pakai bambulah, seadanya alatnya. Dijerat pakai tali. Nangkapnya beramai-ramai.”

Setelah ditangkap, orangutan diikat tali dan masukkan ke dalam kerangkeng. Warga takut lepas. Kemudian,  dibawa ke rumah Kepala Dusun, Natanael Surbakti,  sebagai tempat pengamanan, di mana akhirnya diletakkan ke kantor Kepala Desa Pengkih.

 

Petugas BKSDA Provinsi Sumut dibantu YEL-SOCP dan YOSL-OIC menggotong tubuh orangutan jantan yang kondisinya sudah lemah untuk dievakuasi agar dapat mendapatkan pertolongan media lebih intensif. Foto: Sri Wahyuni/ Mongabay Indonesia

 

Tak tertolong

Sebelum orangutan dievakuasi, terlihat dari kedua tangan yang terikat bersimbah darah, termasuk di bagian pinggul. Saat diletakkan di lantai, dengan posisi tidur miring ke kanan, darah mengalir dari bagian belakang tubuh.

Saat ditanya apakah warga melakukan penganiayaan, menurut Liang, hal itu tidak terjadi. “Memang ada pakai bambu sebagai tempat ikatan orangutan, tapi tidak ada dipukul.”

Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Utara jelaskan soal proses evakuasi yang dibantu Yayasan Ekosistem Lestari- Sumatran Orangutan Conservation Programme (YEL-SOCP) dan YOSL-OIC dalam keterangan kepada media.

Rudianto Saragih Napitu,  Kepala BBKSDA Sumut, mengatakan, evakuasi pada Sabtu, (21/1/23). Tim tiba di lokasi pukul 05.00, setelah menerima informasi Jumat (20/1/23).

Orangutan, katanya,  sudah pindah dari Kuta Pengkih ke Puskesmas Kuta Kendit. Di lokasi ada Kepala Satuan (Kasat) Intel Kepolisian Sektor (Polsek) Mardinding, bersama Kepala Desa Kuta Pengki.

“Tim mendapati orangutan ditempatkan di ruangan perawatan Puskesmas dalam kondisi terikat dengan tali dan bambu. Saat itu juga segera pemeriksaan kondisi satwa,” katanya Selasa (25/1/23).

Rudianto mengatakan, setelah evakuasi lalu pembiusan untuk memindahkan orangutan ke kandang kendaraan, kemudian ikatan tali dibuka dan mengobati luka pada tangan, memberikan obat penahan rasa sakit dan vitamin.

“Selanjutnya,  orangutan segera dibawa ke SOCP Batu Mbelin untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. Selama perjalanan selalu dimonitor dokter hewan khusus orangutan.”

Orangutan yang dievakuasi tadi, baru tiba di SOCP, Sabtu (21/1/23) pukul 13.30 WIB lanjut perawatan intensif, dengan memasukkan cairan infus, obat-obatan dan pemberian vitamin.

Pukul 16.00 orangutan mulai sadar dan makan buah serta minum melalui spuit.“Berdasarkan hasil X-ray didapati retak pada tulang punggung dan bekas luka kekerasan fisik,” sebut Rudianto.

Pada Minggu, (22/1/23) pukul 17.34 WIB, orangutan mengalami kesulitan bernapas (tak beraturan) kemudian mati. Tim medis melakukan nekropsi dan pengambilan darah orangutan untuk pemeriksaan lebih lanjut dan dikubur.

“Terkait ada kekerasan fisik dan temuan luka pada orangutan, Balai Besar KSDA Sumatera Utara telah menerbitkan surat perintah untuk investigasi kasus ini.”

Dia mengimbau, ke depan bila warga menemukan satwa liar seperti orangutan, tidak melakukan atau menghindari perbuatan maupun tindakan yang dapat melukai bahkan mengancam nyawa satwa liar dilindungi itu.

 

Kondisi orangutan dengan tangan diikat ke bambu diletakkan di mobil bak terbuka milik warga saat masih berada di Desa Kuta Pengkih Kecamatan Mardinding Kabupaten Karo Sumut. Foto: Sri Wahyuni/ Mongabay Indonesia

 

Konflik terus terjadi

Panut Hadisiswoyo, pendiri Yayasan Orangutan Sumatra Lestari-Orangutan Information Center (YOSL-OIC), mengatakan, kematian orangutan  itu diduga karena terjadi pendarahan.

Dugan dia, pendarahan menyebabkan aliran darah ke jantung terganggu, berujung kesulitan bernapas.

“Pendarahan mungkin akibat dari benturan benda tumpul cukup keras,” kata Panut.

Temuan orangutan masuk perkebunan warga di Karo adalah yang pertama. Wilayah itu berdekatan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL).

Menurut dia, penyebab yang membuat orangutan sampai masuk ke perkebunan warga, antara lain, keluar Kawasan dan tak tidak bisa Kembali atau ada gangguan di dalam habitat alaminya hingga mencari makan ke luar hutan.

“OIC termasuk tim yang ikut mengavakuasi. Saat tiba di lokasi, tangan orangutan dalam kondisi terikat.”

Catatan OIC, konflik satwa liar dilindungi dengan manusia masih terjadi. Sepanjang 2022,  ada beberapa kejadian, antara lain, 31 Mei 2022, satu orangutan betina terisolir di kebun sawit PT Perkebunan Inti Sawit,  Desa Mekar Makmur, Kecamatan Sei Lepan. Orangutan usia 12 tahun.

Lalu, 26 Agustus 2022, orangutan betina yang diperkirakan berusia satu tahun dirawat Yahya, seorang Youtuber di Dusun Blang Awe,  Desa Simpang Tiga, Kecamatan Langkahan,  Kabupaten Aceh Utara.

Pada 26 Agustus 2022, satu orangutan jantan, di Dusun Pardomuan Nauli, Desa Bukit Mas, Kecamatan Besitang, Langkat yang diberi nama Domu juga masuk kebun warga. Usia sekitar 10 tahun.

Kasus lain, 1 September 2022, satu orangutan terisolasi di perkebunan sawit di Desa Titi Poben Kecamatan Trumon Timur, Aceh Selatan.

Selang dua hari, sitaan dari kandang lingkungan Pesantren AL Fatthan Desa Matang Ben,  Kecamatan Tanah Luas,  Aceh Utara.

“Orangutan yang terisolasi semua sudah dilepaskan ke habitat aslinya setelah dipastikan kondisinya sehat,” kata Panut.

 

Orangutan yang sudah dibius diletakkan di mobil petugas evakuasi untuk diberangkatkan menuju SOCP, agar diberikan pengobatan dan perawatan intensif pasca pengamanan yang dilakukan dari kebun warga di Desa Kuta Pengkih Dusun Kuta Kendit, Kecamatan Mardinding Kabupaten Karo. Foto: Sri Wahyuni/ Mongabay Indonesia

**********

Exit mobile version