Mongabay.co.id

Keindahan Morotai Tertutupi Sampah Laut

 

Pulau Morotai dijuluki sebagai surga, terutama bawah laut dan pantainya. Morotai dan gugusan pulaunya, sudah ditetapkan menjadi destinasi wisata penting di Indonesia. Kini gugusan pulau di utara Halmahera itu telah menjadi Kawasan Strategis Nasional (KSN) bidang pariwisata, dan masuk 10 Bali baru di Indonesia.

Keindahan bawah laut hijau tosqua dan pasir putihnya itu, saat dihadang sampah laut. Jika mengunjungi sejumlah pantai di Morotai, akan ditemukan begitu banyak sampah plastik bekas air mineral, kantong kresek, popok hingga berbagai bungkus makanan ringan. Tidak itu saja, batang kayu, alat rumah tangga menghiasi pantai pantai di daerah ini. Bahkan di tempat wisata seperti Pulau Dodola saja sampah masih jadi masalah.

Sampah yang menumpuk di pantai ini bisa disaksikan di pantai kawasan wisata Pantai Army Dock, Desa Pandanga, Morotai Selatan (Morsel), Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Pantai wisata ini sepanjang pantainya, biasa dipenuhi pengunjung setiap akhir pekan. Namun demikian di sana berserakan berbagai jenis sampah.

“Kami tidak bisa berenang. Pantainya sangat kotor oleh sampah ,” keluh A Halik salah satu pengunjung Minggu (15/1/2023) lalu.

Kondisi pantai lainnya di Morotai juga sama. Di pesisir Pantai Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel) misalnya, baru baru ini terlihat berton ton sampah datang dari laut dan terdampar memenuhi kawasan pantai ini.

Sampah organik dan non organik itu terlihat berserakan tak jauh dari Pelabuhan Feri Morotai dan sekitar pantai Desa Juanga.

baca : Mesin Mati dan Kotornya Laut Akibat Sampah Lintas Pulau

 

Sampah berserakan di pantai Juanga,Kecamatan Morotai Selatan, Pulau Morotai, Maluku Utara. Foto : Maulud Rasai

 

Sumber sampah itu diduga kiriman puau lainnya. Hal itu lantaran saat musim hujan dan gelombang tinggi, sampah terapung apung di laut kemudian terbawa dan terdampar di sepanjang pantai Juanga.

Fenomena sampah terdampar usai angin dan gelombang ini terbilang baru terjadi. “Sampah plastik ini, pagi pagi baru terlihat. Mulai dari Kampung Juanga sampai di Pelabuhan Feri,” ujar Hawania   salah satu warga yang sempat mengais ngais sampah yang terdampar. Dia mengaku, baru kali pertama melihat sampah begitu banyaknya berserakan di Pesisir pantai Morotai.

Kepala Dinas Pariwisata (Kadispar) Pulau Morotai, Kalbi Rasid, mengatakan   kondisi cuaca ekstrim di laut saat ini menyebabkan banyak sampah kiriman dari pulau lain mampir sampai di pesisir pantai Morotai. “Kejadian ini tidak hanya di Army Dock, tetapi di beberapa pantai lain,” kata Kalbi Minggu (15/1/2023).

Karena itu pihaknya meminta perlu ada penanganan bersama. “Butuh kesadaran bersama bagi kita di Morotai untuk tidak menjadikan laut sebagai tempat sampah,” tandasnya.

Menurutnya, upaya penanganan sampah itu harus dilakukan secara kolaboratif melibatkan pemerintah daerah, instansi vertikal, dengan stakholder lain termasuk pelaku usaha. “Pengelolaannya harus secara kolaboratif,” katanya.

Akademisi Teknik Lingkungan,  Universitas Pasifik (Unipas) Morotai, Maluku Utara, M Reza Kusman bilang, sampah di sepanjang pesisir pantai Army Dock dan Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan (Morsel), itu merupakan fenomena sampah kiriman dari pulau-pulau terdekat. Sumbernya bisa juga dari tempat usaha dan atau dari sampah domestik warga.

“Kajian dasarnya, harus ada kesadaran pentingnya kebiasaan membuang sampah di tempatnya. Sampah kiriman itu seperti bom waktu, apalagi beberapa hari ini cuaca di Morotai lagi tidak bagus (hujan),” kata Reza.

baca juga : Menjaga Ekosistem Pesisir dan Laut Bebas dari Sampah

 

Beragam sampah yang berseakan di pantai Army Dock,Morotai Selatan (Morsel), Kabupaten Pulau Morotai, Maluku Utara. Foto : Irjan Rahaguna

 

Diduga kuat  sampah yang  bertebaran di pantai dan perairan itu merupakan kiriman  dari laut pasifik dan laut Halmahera. Pasalnya, sampah ini muncul saat gelombang tinggi dan  musim hujan. Ada dugaan lain sampah-sampah ini merupakan kiriman dari laut lepas Pasifik. Ini tak lepas dari musim hujan dan gelombang pasang yang tengah berlangsung.

Sekadar diketahui, kawasan pantai Juanga ini dulunya sangat bersih dengan pantai pasir putihnya. Namun akibat sampah bertebaran pasir putih juga tertutupi.

“Menangani sampah ini butuh kajian komprehensif dari pihak-pihak terkait. Instansi pemerintah, tokoh masyarakat, LSM dan akademisi harus duduk bersama membuat program dan perencanaan yang matang menangani masalah sampah,”usul dia.

Soal sampah di Morotai ini sempat dikeluhkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno  saat kunjungannya ke Morotai akhir November 2022 lalu. Kala itu dia bilang di Dodola juga terdapat banyak sampah.

“Saat saya berenang juga saya lihat banyak sampah, tapi katanya sampah kiriman 8 negara, jadi butuh kolaborasi yang sangat kompherensif,” ujarnya kepada media. Sandiaga mengatakan, Pulau Dodola harus terus dilestarikan agar keindahan pantainya tidak tercemar. Sebab, saat berenang masih menemukan banyak sampah di laut, apalagi ini kawasan obyek wisata. Karena itu, perlu ada kolaborasi pemerintah dan masyarakat mengatasi persoalan sampah ini.

“Indonesia bagian timur ini untuk bahu-membahu, bergotong royong, sampah itu harus diselesaikan di hulu. Jika kita lakukan reduce, reuse, recycle. Kita lihat ada sampah plastik, ada juga kayu dan tutup botol,” ujarnya.

Menurutnya harus dipastikan ada sistem menangkal sampah dari hulu. Tapi kalau sudah sampai laut seperti sekarang ini harus ada kemampuan berkolaborasi dengan kelompok sadar lingkungan untuk membersihkan pantai, laut, dan meningkatkan kepedulian terhadap kelestarian alam,” tambah Sandiaga.

 

Exit mobile version