Mongabay.co.id

Banjir Rob Parah Landa Kepulauan Riau

 

 

 

 

 

Banjir rob terjadi akhir Januari lalu di berbagai pesisir Kepulauan Riau, seperti Karimun, Lingga, Batam hingga Pulau Bintan.  Warga pesisir kaget, air pasang masuk hingga ke rumah-rumah panggung mereka yang sudah didesain lebih tinggi.  BPBD meminta masyarakat pesisir waspada dan berhati-hati terhadap banjir rob.

Masyarakat pesisir Kelurahan Karas, Kecamatan Galang, Kota Batam tak pernah alami laut naik masuk ke rumah panggung mereka, pada 25 Januari lalu. Biasanya,  air tidak pernah menyentuh dasar lantai rumah panggung warga meskipun sedang musim angin utara.

Air juga menggenangi jalan setapak yang menghubungkan antar rumah di Karas. Terlihat juga anak-anak bermain di genangan air. “Ini banjir paling parah yang kami alami selama ini,” kata Saparudin, seorang warga.

Syaiful, Lurah Kelurahan Karas membenarkan,  banjir terparah menimpa warga pesisir di wilayahnya. “Ketika itu (25 Januari) air pasang sangat besar,” katanya.

Selain air pasang besar, curah hujan deras beberapa hari belakangan membuat banjir terjadi di pesisir.  Kondisi itu membuat warga membuka sebagian papan dinding dan lantai rumah yang terbuat dari kayu. Alasannya, supaya ombak pasang tidak menghempas rumah-rumah panggung mereka.

“Sepengetahuan kami memang tahun ini pasang besar, pasang besar itu satu hari saja, besoknya sudah mulai berkurang,” katanya.

Bersyukur, kata Syaiful, air pasang besar tidak bersamaan dengan angin kencang.

Kelurahan Karas ada 800 keluarga, 700 di Pulau Karas dan 100 keluarga di Pulau Mubut. Setidaknya,  di Kelurahan Karas ada enam rumah panggung warga rusak ringan.

Tidak hanya di pesisir Batam, pasang laut terjadi di beberapa daerah di Kampung Nedeang, Desa Mapur, Bintan.  Lalu di Desa Pamak Laut, Kecamatan Tebing, Karimun, banjir parah terjadi 25 Januari lalu. Pada hari sama banjir rob juga melanda Desa Persiapan Senempek, Lingga Utara.

 

Banjir rob hampir di seluruh pesisir Lingga. Tidak hanya di pesisir laut, juga di batang sungai yang bermuara ke laut.

Okta Tianus Wirsal, Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lingga mengatakan, setiap awal dan akhir tahun bagi masyarakat Lingga sudah hal biasa air laut naik ke darat. Namun,  awal 2023 ini lebih tinggi daripada tahun sebelumnya. “Diperkirakan air pasang mencapai satu setengah meter,” katanya kepada Mongabay, 2 Februari lalu.

Beberapa pesisir di Lingga yang terdampak banjir rob antara lain, di Kecamatan Katang Bidare, Lingga Utara, Lingga Timur, Lingga Barat, Selayar dan Senayang.

Tinggi air pasang di Kepri juga tidak bisa diprediksi warga pesisir di Lingga. Beberapa rumah panggung mereka sudah dibangun lebih tinggi dari air pasang yang pernah terjadi selama ini. Tetapi air pasang yang terjadi awal 2023 ini tetap membuat rumah-rumah mereka terendam banjir.

Tidak hanya merendam rumah, air pasang sangat besar juga membuat beberapa rumah rusak. Bahkan rumah panggung warga ada yang sudah miring, atap rusak dan lantai rusak.

Okta mengatakan, rumah yang terendam banjir hampir di seluruh pesisir di kecamatan itu. Satu kecamatan sampai 200 rumah. “Kita bersyukur, air pasang yang tinggi tidak dibarengi ombak kuat, kalau ombak besar banyak rumah hancur,” katanya.

BPBD minta masyarakat pesisir waspada terhadap ancaman bencana banjir rob. Apalagi,  rumah-rumah panggung warga sudah sangat dekat dengan laut.

Dia meminta,  masyarakat memeriksa kondisi rumah. Papan rumah panggung yang lapu segera diganti. Masyarakat pesisir harus memperhatikan jaringan listrik ketika banjir terjadi.

Okta meminta, kalau banjir rob sudah mulai parah warga lebih baik mengungsi ke tempat aman. “Bencana banjir rob ini tidak bisa kita prediksi.”

Selain itu,  warga pesisir juga diimbau tidak membiarkan anak-anak bermain saat banjir. Pasalnya,  beberapa daerah di Lingga ada buaya. Dia juga minta perangkat desa menyediakan anggaran kebencanaan.

Selain itu, perlu antisipasi pesisir Lingga dengan cara mendirikan tanggul pemecah ombak.

 

Seorang warga membersihkan kotoran bekas banjir rob di Kepulauan Riau. Foto: Yogi Eka Sahputra/ Mongabay Indonesia

 

Menurut Okta,  fenomena ini ada dugaan dampak dari perubahan iklim.

Selain itu, katanya, mangrove pesisir Lingga hilang jadi salah satu penyebab pengikisan pantai. Di beberapa wilayah mangrove sudah hilang padahal tanaman ini sangat membantu pesisir.

Widodo Setiyo Pranowo,  peneliti ahli utama bidang oseanografi terapan dan manajemen pesisir, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer (PRIMA), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan, anomali ketinggian muka laut ini dibangkitkan gaya pasang surut air laut.

Pada 21 Januari 2023 terjadi fenomena ‘bulan baru super’ atau ‘super new moon’. Hal itu juga mempengaruhi elevasi muka laut di perairan Kepri dan sekitar mulai 22 Januari 2023. Tingginya air laut memang terjadi 25 Januari 2023 seperti yang di perairan Galang Batam.

Kondisi  itu, katanya, kiriman air hujan dari beberapa daerah hingga kemungkinan massa air laut mengalir menuju dan melewati Kepri. “Hingga penambahan volume air laut memiliki probabilitas meningkatkan kenaikan air pasang atau rob,” katanya.

 

Banjir rob mengenangi rumah warga di Galang Kota Batam, 25 Januari 2023. Foto Yogi Eka Sahputra/ Mongabay Indonesia

******

 

 

Exit mobile version