Mongabay.co.id

Berukuran Raksasa, Ubur-ubur Ini Hanya Hidup Satu Tahun

 

 

Namanya ubur-ubur surai singa [Cyanea capillata]. Tubuh dan tentakelnya bisa melebihi panjang paus biru yang dianggap sebagai mamalia laut terbesar di dunia. Atau jika panjang bus Transjakarta adalah 13,5 meter dengan tinggi 3,5 meter, maka panjang ubur-ubur unik ini hampir 3 kali panjang bus itu. Sementara tubuhnya yang mirip lonceng itu sedikit lebih kecil dari badan bus.

Dinamai ubur-ubur surai singa karena memang bentuk tentakelnya sepintas mirip surai atau rambut yang tumbuh di kepala dan tengkuk singa. Cyanea berasal dari Bahasa Yunani yang berarti kebiruan sedangkan capillata berarti rambut panjang.

Lion’s mane jellyfish punya sengatan untuk membela diri dan melemahkan mangsanya. Penyelam yang berpapasan dengan ubur-ubur surai singa ini, akan memilih menjaga jarak.

Jika seseorang terkena sengatannya akan menderita alergi yang menyebabkan ruam, hingga gangguan pernapasan. Untungnya, ubur-ubur surai singa lebih menyukai laut dingin yang jarang diselami manusia. Misalnya di Laut Arktik di sekitar Kutub Utara atau di Laut Pasifik bagian utara.

Baca: Ubur-ubur Surai Singa dan Fakta Uniknya

 

Ubur-ubur surai singa yang tentakelnya sepintas mirip surai atau rambut singa. Foto: Wikimedia Commons/W.carter – Own work/Public Domain

 

Hanya setahun

Berbeda dengan paus biru yang bisa berusia hingga 90 tahun, ubur-ubur surai singa hanya berumur satu tahun. Ada empat tahap kehidupan yang harus dilalui satwa ini: berupa larva, kemudian polip, lalu menjadi efira, selanjutnya medusa.

Awalnya, ubur-ubur jantan akan melepaskan sperma dan bertemu sel telur melalui pembuahan eksternal. Ubur-ubur betina bakal membawa sel telur yang dibuahi ini di tentakel hingga berbentuk larva. Setelah semakin besar maka induknya akan meninggalkan larva di permukaan yang keras untuk bermetamorfosa menjadi polip.

Berikutnya, masuk tahap efira yaitu saat mereka keluar dari kerumunan dan bisa mencari makan sendiri. Tahap selanjutnya adalah medusa, yaitu saat ubur-ubur menjadi dewasa dan siap melakukan reproduksi. Umumnya proses dari larva hingga menjadi medusa dilewati dalam 30 hingga 40 hari.

Baca: Unik, Ubur-Ubur Ini Bisa ‘Hidup Abadi’

 

Ubur-ubur urai singa yang panjang tubuhnya bisa mencapai 36 meter. Foto: Wikimedia Commons/W.carter – Own work/Public Domain

 

Rentang hidup ubur-ubur surai singa memang terbilang singkat. Namun, ada jenis ubur-ubur lain yang bahkan bisa dibilang abadi. Nama ilmiah ubur-ubur abadi ini adalah Turritopis dohrnii. Ukuran rata-ratanya hanya sekitar tiga milimeter. Ditemukan di seluruh dunia, terutama di daerah tropis.

Saat berada dalam lingkungan yang tidak ideal, terluka, atau kelaparan, ubur-ubur abadi akan jatuh ke dasar laut dan kembali menjadi polip. Artinya, ubur-ubur abadi ini mampu mengulangi fase hidup awal, sebelum dirinya kembali menjadi medusa.

Makanan ubur-ubur surai singa cukup beragam, mulai zooplankton, ubur-ubur kecil, udang, juga ikan kecil. Saat ada makanan, tentakelnya akan menyergap lalu membawanya ke mulut yang sekaligus jadi lubang pembuangan. Sulit bagi mangsa menghindar dari sengatan tentakelnya yang bisa mencapai 1.200 buah, yang dibagi dalam delapan kluster.

Uniknya, ada sejumlah ikan kecil yang sengaja berlindung di sekitar tentakel tersebut. Ini salah satu peran ubur-ubur surai singa dalam ekosistem, turut menjaga organisme laut kecil dari predator.

Baca juga: Naiknya Suhu Perairan Menyebabkan Ubur-ubur Menghilang?

 

Ubur-ubur surai singa yang terlihat bersama tiga ubur-ubur bulan [Aurelia aurita]. Foto: Wikimedia Commons/W.carter – Own work/CC BY-SA 4.0

 

Predator ubur-ubur surai singa jika masih kecil antara lain burung, ikan, penyu belimbing, dan ubur-ubur lebih besar. Saat tubuhnya bertambah besar, semakin sedikit predator yang menginginkan.

Sebagai informasi, ubur-ubur lebih tua dibanding dinosaurus. Diperkirakan, lebih dulu ada di Bumi sekitar 650 juta tahun sebelum dinosaurus. Sebagai hewan primitif yang tidak memiliki otak, darah, dan organ kompleks lain, ubur-ubur terbukti mampu bertahan dari perubahan iklim sehingga keberadaannya masih bisa kita jumpai hingga kini. [Berbagai sumber]

 

Exit mobile version