Mongabay.co.id

Riset Kucing Liar di Sumatera Barat Sedikit, Waspadai Perburuan

 

Berdasarkan data Balai Konservasi Sumber Daya Alam [BKSDA] Sumatera Barat dan sejumlah peneliti ada empat jenis kucing liar, selain harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], yang teridentifikasi. Jenis itu adalah kucing emas [Capotuma temminckii], macan dahan [Neofellis diardi], marble cat atau kucing batu [Pardofelis marmorata], kucing kuwuk [Prionailurus bengalensis]

Erlinda C Kartika, Phd candidate di Departmen Wildlife Ecology and Conservation Wageningen University, mengatakan beberapa kali kucing batu dan jenis lainnya terekam   camera trap di Hutan Lindung Kabupaten Solok Selatan.

Kucing-kucing ini masuk kategori mesopredator atau predator tengah.

“Kucing batu, kucing kuwuk, dan kucing emas itu makannya hewan-hewan kecil seperti tikus, landak, linsang, maupun musang,” katanya. Mesopredator fungsinya mengendalikan populasi tikus dan mamalia kecil.

Leopard Cat atau kucing kuwuk beratnya 0,5-4 kg, panjang kepala sampai badan 38-66 cm, dan panjang ekor 17-31 cm. Sementara Marble Cat memiliki panjang 45-62 cm dengan panjang ekor 35-55 cm.

Nindy Ladyfandela, Wilson Novarino, dan Jabang Nurdin dalam Jurnal Biologi Universitas Andalas [2018] berjudul “Jenis-jenis Carnivora di kawasan Suaka Alam Malampah Sumatera Barat, Indonesia” menjelaskan ancaman yang dihadapi kucing liar di wilayah tersebut.

Mereka melakukan penelitian 90 hari, menghasilkan 17.474 foto dengan 303 total trap night. Namun, hanya menganalisa carnivora. Dari temuan itu ada tiga kucing liar tertangkap kamera: kucing emas, macan dahan, dan kucing batu.

Riset ini menyebutkan, ancaman terhadap karnivora kecil termasuk tinggi di Pasaman.

“Di kawasan Suaka Alam Malampah juga ditemukan beberapa lahan hutan telah beralih fungsi menjadi perkebunan dan perladangan kopi, jagung, juga cabai,” tulis peneliti.

Baca: Kucing Batu, Jenis Kucing Liar yang Mirip Macan Dahan

 

Kucing emas yang terpantau di hutan Sumatera Barat. Foto: Dok.c amera trap PhD Project Erlinda Kartika Tiger Team Wageningen University

 

Minim penelitian  

Inda Dwi Solina, peneliti di Biologi Universitas Andalas Sumatera Barat, penelitian small cat di Sumatera Barat masih sedikit.

“Riset empat spesies kucing liar tersebut masih sangat terbatas. Namun, berdasarkan penelitian Torres dan Giordano [2022], diperkirakan populasi kucing-kucing tersebut menurun karena besarnya tekanan dan ancaman.”

Inda mengatakan, kucing liar mempunyai fungsi ekologis sebagai predator.

“Predator adalah spesies yang memangsa hewan lain sebagai diet utamanya. Predasi yang dilakukan oleh predator akan membantu mengontrol populasi mangsa. Kucing liar berada pada trofik tengah [middle], setingkat dibawah harimau sumatera yang merupakan top trofik dan top predator. Tidak seperti di Kalimantan, dikarenakan harimau tidak ada, small cat adalah top predator,” katanya.

Untuk macan dahan, merupakan spesies arboreal yang lebih banyak menghabiskan waktu di pohon. Karena itu, macan dahan sangat bergantung pada hutan yang lebat.

“Di Kalimantan spesies ini adalah top predator, tapi di Sumatera tidak karena masih ada harimau.”

Dia mengatakan, sejauh ini penelitian masih fokus pada harimau sumatera.

“Mungkin, riset kucing liar dianggap “kurang menjual” dibandingkan harimau sumatera sehingga minat penelitiannya kurang. Funding sulit lolos, karena statusnya di IUCN Red List bukan Endangered Species,” katanya.

Menurut Inda, banyak data ‘by catch’ hasil camera trap yang bisa dimanfaatkan dan dianalisis. Namun, sejauh ini banyak digunakan untuk skripsi. Belum menjadi artikel ilmiah yang mudah diakses di jurnal,” jelas kandidat doktor di Universitas Andalas ini.

Baca juga: Kucing Liar, Jenis yang Sulit Ditemukan di Hutan Leuser

 

Kucing batu yang terpantau di hutan Sumatera Barat. Foto: Dok. camera trap PhD Project Erlinda Kartika Tiger Team Wageningen University

 

Mewaspadai pemburu

Tahun 2022, ada satu kasus yang diungkap BKSDA terkait penyelundupan kucing liar. Pelaku bernama Muhammad Akel Deyarli yang divonis penjara 8 bulan, subsider denda Rp 10.000.000.

Dia didakwa menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan meniagakan satwa dilindungi dalam keadaan hidup di Kota Padang.

Barang bukti berupa tiga ekor kucing kuwuk dalam kandang besi, seekor trenggiling [Manis javanica] hidup, dan satu ekor kura-kura baning cokelat [Manouria emys] hidup.

Zulmi Gusrul, Satgas Polisi Hutan BKSDA Sumatera Barat, mengatakan kucing liar belum menjadi target perburuan utama.

“Sering secara kebetulan ketemu anaknya saat pemburu mencari burung atau memburu harimau,” katanya [20/02/2023].  “Tapi pembelinya tetap ada.”

Dia mengatakan, beberapa kali warga melihat anak kucing liar seperti macan dahan atau jenis lainnya dan mengembalikannya ke BKSDA.

 

Exit mobile version