Mongabay.co.id

Harapan Baru Tedong Saleko, Kerbau Unik Toraja yang Harganya Super Mahal

 

 

Iris matanya berwarna putih. Saat dewasa tanduknya seperti bulan sabit. Warnanya kuning. Kulit badannya putih dengan totol hitam. Sepintas seperti sapi perah Holstein Friesian yang terkenal itu. Tapi ini adalah kerbau khas Toraja. Orang lokal menyebutnya tedong saleko. Kerbau dengan corak totol indah ini harganya bisa mencapai miliaran Rupiah.

Masyarakat Tana Toraja di Sulawesi Selatan menyebut kerbau belang sebagai tedong bonga. Belang ini bisa muncul di mana saja. Di kepala, tubuh, sampai kaki. Warna iris mata juga bisa bermacam. Ada yang hitam, cokelat, atau putih. Warna tanduk juga beraneka. Ada yang hitam, putih kekuningan, atau cokelat. Saat ini tedong saleko merupakan kasta tertinggi dunia kerbau belang Toraja.

Dalam kebudayaan masyarakat Toraja, kerbau mempunyai posisi penting. Kerbau menjadi perlambang etos kerja keras, kemakmuran, sekaligus bermakna spiritual. Dalam upacara adat, kerbau dikorbankan dan dagingnya dimakan bersama. Sementara kepala berikut tanduknya dipasang di rumah adat tongkonan yang atapnya menyerupai perahu. Semakin banyak tanduk yang dipasang di tongkonan, semakin tinggi pula derajat sosial pemiliknya.

Baca: Tedong Saleko, Kerbau Unik Toraja Berharga sampai Rp1 Miliar

 

Kerbau belang ini harganya bisa mencapai 1 milar Rupiah lebih. Foto: Wahyu Chandra/Mongabay Indonesia

 

Kebutuhan kerbau di Sulawesi Selatan untuk upacara adat lumayan tinggi. Syamsuddin Hasan, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin [Unhas], Makassar, pada acara Buffalo International Conference 2013 di Makassar, memperkirakan sekitar 70 persen atau 18 ribu kerbau di provinsi ini dipotong untuk upacara adat. Ini menimbulkan konsekuensi, jika tidak diimbangi dengan pertumbuhan, dikhawatirkan populasinya terus menurun.

Populasi kerbau di Sulawesi Selatan menurut BPS pada 2020 mencapai 118.472 ekor. Sementara pada 2021 jumlahnya 122.012 ekor. Dari penelusuran, belum ada data pasti berapa jumlah kerbau belang di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan.

Secara nasional populasi kerbau cenderung fluktuatif. Pada 2021 mencapai 1,19 juta ekor, atau mengalami sedikit kenaikan dari 1,15 juta ekor pada 2020.  Namun, dalam sepuluh tahun terakhir ini jumlah populasi kerbau di Indonesia cenderung menurun.

Kerbau yang dikembangkan di Indonesia umumnya adalah kerbau rawa [Bubalus bubalis carabanensis].

Baca: Inilah Nasib Si Belang, Kerbau Seharga Miliaran Rupiah Dalam Ritual Adat Toraja

 

Kerbau khas Toraja memiliki kulit badan putih dengan totol hitam. Foto: Maliku Pakambanan

 

Dari sperma

Mengembangbiakkan tedung bonga terbilang susah. Hal ini masih ditambah mitos bahwa kerbau unik ini tidak bisa berkembang biak di luar Sulawesi Selatan.

Sejumlah peneliti dari Indonesia dan Swedia pada 2015 lalu, bekerja sama untuk menyelamatkan kelestarian jenis kerbau ini. Mereka berasal dari IPB, BRIN, Uppsala University, dan Swedish University of Agricultural Sciences [SLU]. Dalam upayanya itu, mereka berhasil mengidentifikasi dua mutasi gen terpisah yang menjelaskan penyebab munculnya warna putih pada tedong bonga. Umumnya, kerbau berwarna hitam atau kelabu.

Ronny Rachman Noor, Guru Besar Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan IPB yang juga terlibat dalam penelitian ini mengatakan, tingkat mortalitas embrio dan anak tedong bonga tinggi. Sementara tingkat kesuburannya rendah. Mengutip situs IPB, tim peneliti diizinkan untuk mengambil sperma kerbau mati, yang baru saja dikorbankan dalam ritual adat.

Pada situs SLU, Goran Andersson yang memimpin penelitian menjelaskan, munculnya warna putih menunjukkan kegagalan dalam perkembangan dan migrasi melanosit.

“Ini adalah sel yang menghasilkan pigmen melanin. Oleh karena itu kami memutuskan untuk melihat gen yang disebut MITF yang kami tahu sangat penting bagi perkembangan melanosit,” kata Andersson.

Travel Foto: Mengintip Upacara Rambu Solo’, Ritual Pemakaman orang Toraja [bagian-2]

 

Tanduk-tanduk kerbau yang sudah dipotong menjadi hiasan rumah adat. Foto: Agavia Kori/Mongabay Indonesia

 

Tim peneliti berhasil mengidentifikasi dua mutasi pada gen MITF, yang masing-masing menonaktifkan fungsi protein MITF. Mutasi itu memiliki pengaruh dominan pada warna fenotip dan kerbau belang menjadi putih ketika mereka mewarisinya dari salah satu induknya.

Berangkat dari hasil penelitian itu, Yulnawati Yusnizar, salah satu tim peneliti dari BRIN melanjutkan dengan membuat penangkaran kerbau belang di Bogor. Sebuah metode disiapkan untuk mengidentifikasi embrio yang dibuahi secara in vitro, yang nantinya menjadi tedong bonga.

Ronny mengatakan, embrio yang memiliki mutasi sangat spesifik ini bisa dipakai untuk meningkatkan populasi kerbau belang. “Dengan begitu, kekayaan satwa Indonesia ini dapat dilestarikan,” jelasnya.

 

Exit mobile version