Mongabay.co.id

Studi Terbaru, Terumbu Karang di Pasifik Timur Mampu Bertahan dari Pemanasan Global Hingga 2060

 

Bumi diambang kehilangan terumbu karang. Kerusakan oleh ulah manusia dan pemanasan global adalah dua faktor paling dominan yang membuat populasi terumbu karang menciut.

Para ilmuwan dunia berpikir keras. Mereka mencoba memperlambat laju kepunahan terumbu karang dengan pendekatan ilmiah. Di University of Miami Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science, misalnya, para peneliti menemukan beberapa terumbu karang di Samudra Pasifik tropis dapat mempertahankan tutupan karang yang tinggi hingga paruh kedua abad ini dengan keberadaan ganggang simbiosis yang mereka jadikan tuan rumah. Temuan ini membawa harapan tentang masa depan terumbu karang.

“Hasil pengamatan kami menunjukkan terumbu karang di Pasifik tropis timur (meliputi pantai Pasifik Panama, Kosta Rika, Meksiko, dan Kolombia) diprediksi dapat mempertahankan tutupan karang yang tinggi hingga tahun 2060,” kata ahli biologi karang Ana Palacio-Castro dari Cooperative Institute for Marine and Atmospheric Studies, Rabu (15/2/2023).

baca : Kerusakan Terumbu Karang di Indonesia Dipicu Dampak Perubahan Iklim?

 

Koloni karang Pocillopora yang diputihkan dan tahan panas di lokasi penelitian di Pulau Uva, Panama. Foto : University of Miami Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science

 

Dengan kata lain, meskipun pemanasan global menyebabkan hilangnya terumbu karang secara luas, para ilmuwan masih percaya beberapa karang mampu bisa bertahan. Mereka menawarkan cara dengan mengubah ganggang menjadi energi untuk bertahan hidup. Upaya itu mengandalkan proses fotosintesis sehingga sedikit berpengaruh terhadap suhu di sekitar terumbu karang.

“Mungkin ini dilihat sebagai kabar baik bagi terumbu karang. Tapi tanpa usaha manusia mengurangi emisi gas rumah kaca, kenaikan suhu benar-benar memberi ancaman diluar daya adaptasi terumbu karang itu sendiri,” imbuhnya

Terumbu karang di Samudra Pasifik tropis timur sebagian besar tersusun dari karang dari kelompok genus Pocillopora. Karang tersebut juga rumah bagi ganggang. Keberadaan organisme tumbuhan tersebut begitu menguntungkan. Hasil fotosintesi ganggang menghasilkan energi bagi pertumbuhannya.

Untuk lebih memahami bagaimana karang meningkatkan adaptasi, para peneliti memeriksa data pemantauan terumbu karang selama lebih 40 tahun. Mereka menganalisis data suhu, tutupan karang, pemutihan, dan kematian yang mencakup tiga gelombang panas laut bersama dengan data-data komunitas simbion alga.

baca juga : Menguak Ketangguhan Terumbu Karang Dari Perubahan Iklim

 

Ana Palacio dari University of Miami’s Rosenstiel School of Marine, Atmospheric and Earth Science mentransfer sampel jaringan karang ke vial untuk mengawetkan DNA untuk dipelajari kembali di lab. Foto : University of Miami Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science

 

Analisis yang dilakukan Ana dan rekan peneliti lainnya menunjukkan bahwa gelombang panas 1982-1983 secara signifikan mengurangi tutupan karang di terumbu, tetapi efek El Nino 1997-98 dan 2015-16 lebih ringan, terutama untuk karang dalam genus Pocillopora, jenis karang pembangun terumbu yang dominan di Pasifik tropis timur.

Peneliti juga mengkonfirmasi bahwa selama gelombang panas, alga Durusdinium glynnii yang adaptif terhadap perubahan suhu dijumpai di karang Pocillopora. Akan tetapi, ketika dikombinasikan dengan proyeksi iklim, terumbu karang dan ganggang lebih siap untuk bertahan hidup.

“Studi ini menunjukkan bahwa ada beberapa terumbu karang mungkin dapat bertahan hidup selama beberapa dekade,” kata Ana.

baca juga : Karang Porites, Bank Data Perubahan Iklim Dunia

 

Tampilan dekat dari koloni karang Pocillopora di Pulau Gorgona, Kolombia, yang mungkin lebih tahan terhadap ancaman pemanasan global. (Kredit foto: University of Miami Rosenstiel School of Marine, Atmospheric, and Earth Science)

 

Masa Depan Karang Suram

Andrew Baker, Profesor Biologi dan Ekologi Kelautan di Rosenstiel School, punya proyeksi nyaris serupa. Meningkatnya suhu permukaan laut dan pengasaman laut bisa menghilangkan hampir semua habitat terumbu karang paling lama dalam kurun waktu 100 tahun. Hal itu menjadi tantangan utama upaya restorasi atau pemulihan habitat terumbu karang.

Terumbu karang adalah aset alam yang sangat berharga, katanya. Hutan bakau, padang lamun, dan terumbu karang merupakan tiga ekosistem penting di daerah pesisir perairan tropika. Hutan dan padang lamun berperan penting melindungi pantai dari arus dan hempasan ombak, serta tempat memijah, membesar, dan mencari makan dari berbagai biota, termasuk yang melindungi ekosistem terumbu karang.

Fungsi lain ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti di kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus. Ekosistem terumbu karang yang sangat kaya akan plasma nutfah ini, kendati tampak sangat kokoh dan kuat, ternyata sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

“Manusia telah menyebabkan kerusakan begitu luas pada terumbu karang, maka kita yang peduli masih bisa berupaya melindungi keberadaannya sebelum benar-benar hilang,” kata Baker.

baca juga :  Canggih, Suara Digunakan untuk Deteksi Kesehatan Terumbu Karang di Spermonde

 

Ana Palacio dari University of Miami’s Rosenstiel School of Marine, Atmospheric and Earth Science saat meneliti kondisi terumbu karang. Foto : news.miami.edu

 

Sumber : news.miami.edu

 

Exit mobile version