Mongabay.co.id

Perubahan Iklim, Satu dari Banyak Tantangan Perikanan

Nelayan menata ikan pari di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal. Ikan pari menjadi salah satu tangkapan dominan alat cantrang. Foto : A. Asnawi/Mongabay Indonesia

 

Ancaman resesi global kini sedang menghantui semua sektor kehidupan. Tak terkecuali, sektor kelautan dan perikanan yang sedang merasakan was-was karena ancaman yang bisa menurunkan nilai dan pendapatan ekonomi, baik bagi pelaku usaha maupun masyarakat perikanan.

Salah satu yang dinilai akan terkena dampaknya, adalah kinerja ekspor produk kelautan dan perikanan. Ada banyak faktor yang diprediksi mempengaruhi kinerja ekspor, karena kinerjanya sangat bergantung kepada negara-negara yang menjadi tujuan ekspor.

Sejumlah faktor yang disebut bisa mengancam ekonomi nasional itu, bisa disiasati dengan fokus mengembangkan pemasaran di dalam negeri. Hal itu diungkapkan Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza belum lama ini di Jakarta.

Menurut dia, resesi global bisa diubah dari ancaman menjadi peluang besar yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku usaha dan masyarakat di Indonesia. Caranya, adalah dengan mengembangkan produk perikanan di dalam negeri.

Perubahan cara pandang tersebut diakuinya menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh ID Food, badan usaha milik Negara (BUMN) yang saat ini menjadi perusahaan induk (holding) bagi sektor pangan di Indonesia.

Untuk itu, dia menilai kalau pengembangan sektor perikanan di dalam negeri mutlak harus dilakukan dengan lebih baik dan memanfaatkan ancaman resesi yang mengintai seluruh negara di dunia. Cara tersebut diyakini akan melindungi sektor perikanan di dalam negeri menjadi aman.

“Permintaan yang tinggi produk perikanan dalam dua tahun terakhir harus mampu dimanfaatkan pelaku usaha,” ungkap dia.

baca : Membumikan Ekonomi Biru di Tengah Ancaman Perubahan Iklim

 

Direktur Pemasaran Ditjen PDSPKP KKP Erwin Dwiyana (paling kiri), Direktur Pengembangan dan Pengendalian Usaha ID Food Dirgayuza (tengah), dan Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty (paling kanan) dalam Talkshow Bincang Bahari di Media Center KKP, Jakarta, Selasa (21/2/2023). Foto : KKP

 

Namun, Dirgayuza mengingatkan kepada semua pihak yang terlibat untuk melakukan banyak inovasi untuk bisa sukses menghindari ancaman dari resesi global. Inovasi yang dimaksud, adalah dengan membuat strategi pemasaran yang tepat dan efisien hingga sampai ke tangan konsumen.

Pemasaran yang dimaksud, juga harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi agar produk perikanan bisa sampai ke masyarakat dengan kualitas tetap terjaga dengan baik. Cara itu harus bisa dipahami dengan baik oleh pelaku usaha, karena target pasar saat ini adalah fokus ke dalam negeri.

Tantangan resesi yang mengancam seluruh dunia, ternyata hanya satu dari sekian banyak tantangan yang harus dihadapi saat ini di Indonesia. Tantangan lainnya, adalah perubahan regulasi, utamanya tentang hilirisasi produk ekspor.

Kemudian, ada juga tantangan perubahan iklim, pandemi COVID-19 yang berdampak pada subsektor perikanan budi daya seperti komoditas udang, pembiayaan, dan faktor perang yang terjadi di Rusia dengan Ukraina.

Dia mengatakan, semua tantangan yang disebutkan di atas adalah badai yang sempurna (perfect storm) bagi semua pelaku usaha di Indonesia. Namun, lagi-lagi dia mengingatkan bahwa setiap tantangan akan selalu ada peluang yang bisa memberi dampak positif.

Khusus untuk pembiayaan, Dirgayuza mengingatkan kepada semua pihak bahwa itu adalah elemen sangat penting dalam menjalankan sebuah usaha, utamanya bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Untuk UMKM sektor perikanan, selain bantuan permodalan yang diberikan oleh KKP melalui LPMUKP, ada juga uluran perbankan,” ungkap dia menyebut nama Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan.

baca juga : Air Semakin Dekat, Ikan Semakin Jauh : Dampak Perubahan Iklim di Pesisir Lombok (2)

 

Sejumlah buruh nelayan saat membongkar ikan cakalang di Pelabuhan Perikanan Muara Angke di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Pasar Domestik

Banyaknya tantangan yang harus dihadapi Indonesia di tengah ancaman resesi global, memaksa semua pelaku usaha dan masyarakat perikanan untuk semakin jeli dalam memaksimalkan pasar perikanan di dalam negeri.

Cara tersebut, menurut Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty, sangat efektif untuk menghindari kerugian akibat penerimaan dan pembayaran yang lebih lama dari negara tujuan ekspor.

Perusahaan rintisan (startup) yang fokus membantu kinerja ekspor produk kelautan dan perikanan di Indonesia itu, melihat kalau dampak dari ancaman resesi global sudah mulai terlihat nyata. Khususnya, dengan kebijakan sejumlah negara untuk memindahkan resiko yang dihadapi ke negara yang melakukan ekspor.

Menurut dia, memindahkan resiko ke negara lain terpaksa dilakukan, karena negara-negara tersebut sedang menghadapi dampak negatif akibat resesi global. Dengan demikian, alih-alih menggunakan dana atau uang berputar dengan normal, mereka memilihnya untuk berhati-hati dalam bertransaksi dan memindahkannya ke negara lain seperti Indonesia.

“Karena resesi, banyak negara yang memindahkan kegiatan ekspor ke Indonesia,” jelas dia.

Agar pemindahan resiko bisa berjalan baik, Utari mengatakan kalau negara yang akan melaksanakan kegiatan impor akan membiarkan barang ditampung oleh perusahaan yang melaksanakan ekspor dari negara asal. Kemudian, juga menahan pembayaran transaksi menjadi lebih lama.

Untuk itu, perusahaan Indonesia harus lebih selektif dalam memilih calon pembeli produk perikanan nasional. Itu kenapa, perlu diciptakan demand atau kebutuhan konsumsi ikan di dalam negeri agar kegiatan pengembangan sektor perikanan menjadi lebih menarik.

baca juga : Kala Masyarakat Pesisir di Maluku Terdampak Perubahan Iklim

 

Aktivitas bongkar muatan hasil tangkapan ikan di kawasan Pelabuhan Perikanan Pantai Tegalsari, Kota Tegal, Jawa Tengah. Foto : A. Asnawi/Mongabay Indonesia

 

Tentang ancaman resesi dunia yang saat ini masih mengintai semua negara, Direktur Pemasaran Kementerian Kelautan dan Perikanan Erwin Dwiyana menyebut kalau Indonesia memang menjadi salah satu negara yang bisa terkena dampaknya.

Prediksi itu muncul, karena pertumbuhan ekonomi dunia pada 2023 diproyeksikan mengalami penurunan hampir di seluruh negara. Sementara, inflasi tinggi juga terjadi di negara tujuan ekspor perikanan Indonesia, yakni Amerika Serikat dan negara-negara Uni Eropa.

Bagi dia, kondisi tersebut menjadi tantangan yang harus bisa dihadapi oleh sektor perikanan. Dia yakin dan optimis kalau Indonesia bisa menghadapi semua tantangan akibat ancaman resesi ekonomi secara global.

Namun, dia juga meyakini bahwa di balik ancaman yang sedang mengintai sekarang, ada peluang yang bisa dimanfaatkan dengan baik. Selain memaksimalkan peran pasar domestik, Indonesia harus memanfaatkan potensi produk perikanan Indonesia yang sangat beragam dan berkualitas.

“Dari seluruh komoditas perikanan dunia, Indonesia hampir memiliki semua spesies,” tegas dia.

Erwin menambahkan, dengan memahami keunggulan sendiri, maka semua tantangan harusnya bisa dilewati. Terlebih, pasar di dalam negeri juga masih sangat besar potensinya untuk bisa berkembang lebih besar dari sekarang.

“Penyerapan produk perikanan dalam negeri terus meningkat, dan resesi (kemungkinan) tidak terjadilah di Indonesia,” pungkasnya.

 

 

Exit mobile version