Mongabay.co.id

Kubung, Satwa Misterius yang Berkomunikasi dengan Suara Ultrasonik

 

 

Kubung [Galeopterus variegatus] merupakan satwa misterius. Dalam Bahasa Inggris disebut Sunda flying lemur dan sebagian menyebutnya Malayan flying lemur. Persebarannya di Asia Tenggara. Di Indonesia jenis ini ditemukan di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa.

Disebut misterius karena informasi tentang satwa ini masih minim. Terlebih, kubung aktif malam hari, jarang ditemui siang hari. Bulunya yang abu-abu kecokelatan mirip warna kulit kayu, membuatnya tersamar di kelebatan pohon.

Kubung memiliki membran yang digunakan untuk meluncur dari pohon ke pohon. Uniknya, induk kubung juga memakai membran ini untuk melindungi anaknya. Membran yang disebut patagium ini seperti yang dimiliki kelelewar, juga tupai terbang. Tapi lebih lebar karena merentang dari leher hingga ujung ekor.

Baca: Mengkubung yang Tak Lagi Nyaman di Hutan Bangka Belitung

 

Hingga saat ini filogenetik mengkubung masih menjadi perdebatan, apakah memiliki hubungan yang lebih dekat dengan kelelawar, primata, atau tikus pohon. Foto: Nopri Ismi/Mongabay Indonesia

 

Suara frekuensi tinggi

Beberapa peneliti belum lama ini mengetahui bahwa kubung berkomunikasi dengan suara frekuensi tinggi atau ultrasonik. Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Bioacoustics dengan judul “Ultrasound use by Sunda colugos offers new insights into the communication of these cryptic mammals” tahun 2018.

Para peneliti menyatakan, selama ini kubung hanya diketahui mengeluarkan suara yang bisa didengar. Ternyata, mereka juga mengeluarkan suara frekuensi tinggi, yang bisa berfungsi sebagai tanda bahaya akan kehadiran predator. Namun, masih diperlukan penelitian mendalam untuk mengetahui kapan suara itu diperdengarkan dan keragaman panggilan.

Baca: Kubung Sunda, Mamalia Melayang yang Menginspirasi Olahraga Wingsuit Flying

 

Kubung yang dinamakan Sunda flying lemur atau Malayan flying lemur., serta Colugo. Foto: Wikimedia Commons/Didasteph/Public Domain

 

Priscillia Miard, peneliti asal Perancis yang menulis dalam jurnal itu, menjelaskan beberapa binatang malam diketahui berkomunikasi menggunakan suara ultrasonik. Misalnya kelelawar, tarsius, dan kukang. Miard dan kolega menemukan bahwa kubung juga melakukan hal yang sama. Awalnya, dia belum bisa memastikan apakah suara ultrasonik itu benar-benar berasal dari kubung.

“Satu rekaman berasal dari sumber suara yang sangat dekat dengan kami dan saat saya mendongak saya melihat seekor kubung di sebuah cabang pohon. Setelah melihat beberapa saat saya yakin bahwa suara itu berasal darinya,” jelasnya sebagaimana dikutip dari Mongabay.com.

Untuk memastikan suara itu benar-benar berasal dari kubung, para peneliti mengulangi survei. Saat berhasil mendeteksi suara frekuensi tinggi, tim mengkonfirmasikan sumber suara dengan menggunakan teropong suhu dan lampu sorot berwarna merah agar tidak mengganggu penglihatan kubung.

Total, Miard mengumpulkan 16 contoh suara dari 7 individu kubung. Peneliti yakin bahwa suara frekuensi tinggi itu memang berasal dari kubung. Miard dan tim saat itu belum memastikan apa fungsi panggilan dengan frekuensi tinggi itu. Namun, mereka menduga kubung menggunakannya sebagai tanda bahaya kepada kelompoknya akan kehadiran manusia.

“Tidak seperti kelelawar, kubung tidak benar-benar bisa terbang,” kata Lim Lee Sim, kolega Miard dari University of Science, Malaysia. “Penglihatan malam mereka sangat mengagumkan dan makanan utamanya dedaunan. Dengan begitu, kami menduga kubung tidak menggunakan ekolokasi. Faktanya, kami tidak mendeteksi suara frekuensi tinggi kubung saat mereka melayang maupun makan.”

“Ada kalimat yang bagus bahwa kita seharusnya tidak hanya mencari apa yang bisa dilihat namun juga apa yang tidak terlihat. Dalam, kasus kami itu berarti apa yang tidak bisa didengar dan ini berlaku dalam sains secara umum,” lanjut Miard.

Baca juga: Namanya Mentilin, Matanya Bulat dan Suka Keluar Malam Hari

 

Gambaran seekor kubung bersama anaknya. Sumber: Animaldiversity

 

Suka menyendiri

Mengutip scincenews.com, kubung dianggap sebagai satwa yang suka menyendiri. Namun, berdasarkan riset Miard dan kolega, kubung ternyata membentuk kelompok sosial betina bersama anak-anaknya. Berbeda dengan kubung jantan dewasa, terlihat bergerak sendiri dan hanya bergabung dengan kelompok betina untuk sementara waktu.

Kubung merupakan juaranya dalam hal melayang dari pohon ke pohon. Tercatat, jarak terjauh yang ditempuh adalah 145 meter. Angka itu dilaporkan dalam Journal of Experimental Biology, 2011, oleh Gregory Byrnes, seorang ahli biologi dari Loudonville, New York.

Byrnes juga menemukan fakta menarik. Sebelumnya, para ahli berpendapat melayang merupakan cara kubung menghemat energi saat berpindah mencari makan. Ternyata, kubung akan memanjat pohon terlebih dulu sebelum melayang. Caranya, dengan menggerakkan kaki depan dan belakang bersamaan seperti gerakan meloncat. Total dalam sehari, satu individu kubung bisa memanjat pohon hingga 320 meter dan melayang sejauh 1.342 meter.

 

Exit mobile version