Mongabay.co.id

Mengenal Sicerek, Tumbuhan Istimewa Penyembuh Berbagai Penyakit

 

 

 

 

Namanya sicerek (Clausena excavata).  Bagi masyarakat Kampar, Riau, tumbuhan ini digunakan sejak dulu untuk pengobatan berbagai macam penyakit. Siceghek atau siceek,  dalam bahasa keseharian masyarakat Kampar, setinggi 2-10 meter dengan batang berbentuk bulat ramping, berkayu dan bercabang. Panjang cabang 60 cm dan memiliki 10-15 pasang daun. Daun hijau tua panjang sekitar 7 cm, menyirip, miring lonjong sempit dan memiliki ujung runcing.

Lembaran daun sicerek memiliki bau kuat seperti daun kari (Murraya koenigii). Sicerek juga memiliki bunga putih kecil, diikuti buah berwarna merah muda dan ranting berbulu halus.

Sering terjadi kekeliruan di masyarakat dalam penamaan sicerek dan kari karena bentuk mirip. Meskipun sama-sama dari famili Rutaceae, namun dua tumbuhan ini berbeda. Sicerek sebagai obat herbal, sedangkan kari sebagai bumbu dapur atau penyedap masakan kari.

Elizar, warga Dusun 1 Kuapan, Kecamatan Tambang menanam sicerek di halaman rumah. Dia dapat di kebun beberapa tahun silam.

Sicerek, katanya,  berkhasiat menurunkan panas demam, sakit maag, dan sakit perut. Elizar mengetahui manfaat tumbuhan ini karena telah lama dikonsumsi oleh keluarga.

“Kalau lagi demam, rebus 5-9 helai daun sicerek dengan segelas air, kemudian diminum saat hangat. Insya Allah sembuh,” katanya.

Daun muda sicerek, katanya,  bisa jadi lalapan untuk menemani nasi dan lauk untuk mencegah sakit perut.

Berdasarkan jurnal Ismail Adam Arbab berjudul “Clausena excavata Burm. f. (Rutaceae): A review of its traditional uses, pharmacological and phytochemical properties” yang terbit di academicjournals.org (Medicinal Plants Research) 2011, menyebutkan, di sejumlah negara sejak lama memanfaatkan sicerek secara intensif dalam pengobatan tradisional.  Ia termasuk tumbuhan semak dan dibudidayakan di India, Cina Selatan, dan Asia Tenggara.

 

Sicerek, tumbuhan obat berbagai penyakit. Foto: Rahmi Carolina/ Mongabay Indonesia

 

Sicerek mudah ditanam dan minim hama. Di Malaysia, secara lokal dikenal dengan sebutan cherek hitam, chemama dan kemantu hitam. Sedangkan di Thailand dikenal sebagai san soak.

Di Malaysia, semua bagian tumbuhan ini dimanfaatkan sebagai pengobatan tradisional. Mulai dari sakit perut, gigitan ular, hingga sebagai agen detoksifikasi.

Tumbukan akar sicerek sebagai tapal untuk penyembuh luka, termasuk bisul pada hidung. Bunga yang direbus dengan daun dipercaya bisa mengobati kolik. Daun saja dapat meredakan flu, sakit perut, malaria dan disentri.

“Bagian batang bawah yang dikeringkan juga dapat mengobati gigi busuk,” tulis Ismail.

Penelitian lain, dari Rahmi Aliffah Zakiyyah dalam “Potensi ekstrak daun sicerek sebagai anti fungi dalam menghambat pertumbuhan Sclerotium rolfsii secara In vitro”menyebutkan, ekstrak daun sicerek mampu menghambat pertumbuhan jamur Sclerotium rolfsii yang menyebabkan penyakit pada tanaman holtikultura.

Sclerotium rolfsii merupakan jamur patogen yang sulit dikendalikan dan memiliki kemampuan bertahan hidup lebih lama. Ekstrak daun sicerek dikembangkan sebagai pengendali penyakit pada tanaman mejadi fungisida nabati.

 

Sicerek, yang dikenal di Kampar, Riau, untuk berbagai penyakit. Foto: Rahmi Carolina/ Mongabay Indonesia

 

***

Beberapa daerah di Kampar, masih banyak dijumpai praktisi pengobatan tradisional. Di Desa Kuntu Taroba, misal, profesi ini disebut dukun kampung. Dukun kampung pakai ragam tumbuhan sebagai ramuan tradisional yang dipadukan dengan beberapa ritual.

Pengetahuan dan kemampuan pengobatan tradisional dukun kampung diwarisi dari nenek moyang yang disampaikan secara lisan, baik turun sengaja kepada anak, cucu, keponakan atau pun keturunan lain, maupun diajarkan. Selain itu, pengetahuan dan kemampuan ini juga ada dari pengalaman pribadi.

Ravika Amalia dalam publikasi berjudul “Analisis Senyawa Flavonoid pada Tumbuhan Obat Masyarakat Kuntu, Kecamatan Kampar Kiri Kampar” diketahui dukun kampung pakai ramuan paku aiu sebagai obat penyubur kandungan.

Bahan-bahan pembuat ramuan paku aiu antara lain, daun kemiri, limau kambiang, mentimun dondang, paku (pakis) dan sicerek. Semua bahan diremas untuk pengobatan luar tubuh, lalu dibungkus dengan kain dan diletakkan di atas perut pasien selama tiga hari.

Dalam penelitian itu, Ravika memaparkan sicerek merupakan satu tumbuhan yang memiliki kandungan senyawa flavonoid sangat pekat pada daun.

 

Sicerek, tumbuhan obat, dengan bentuk daun hampir sama dengan daun kari. Foto: Rahmi Carolina/ Mongabay Indonesia

 

Flavonoid merupakan golongan senyawa fenolik terbesar di alam. Pada manusia,  flavonoid dalam dosis kecil dapat bekerja sebagai stimulan jantung dan peredaran darah kapiler, sebagai diuretik, serta antioksidan.

Senyawa flavonoid salah satunya berfungsi sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas. Flavonoid juga memiliki efek sebagai  pemicu sistem saraf, menaikkan tekanan darah, mengurangi rasa sakit, antimikroba, antidiabetes, jantung dan obat penenang.

Namun, kata  Ravika, tawaran kemudahan di segala bidang membuat pemanfaatan tanaman obat mulai terlupakan dan terkikis. Padahal, pengetahuan masyarakat ini terbukti keampuhannya.

“Praktisi pengobatan atau dukun kampung yang memakai tumbuhan obat saat ini mulai sedikit. Ini dapat mengancam kelestarian pengetahuan obat dan jenis tumbuhan yang jadi bahan obat-obatan di Kampar.”

Selain sebagai obat, sicerek juga bisa jadi pelindung tanaman alami. Foto: Rahmi Carolina/ Mongabay Indonesia

 

*******

Exit mobile version