Mongabay.co.id

Bunga Puring dan Tradisi Masyarakat Gorontalo

 

 

Bagi pencinta tanaman hias, bunga puring merupakan tanaman populer. Bunga ini memiliki beragam bentuk, mulai oval hingga pita dengan warna dan corak berbeda.

Di Gorontalo, bunga puring mudah ditemukan di berbagai tempat, bahkan sering terlihat di kuburan. Bunga ini dicampur dengan bunga lain saat berziarah kubur.

Dalam Bahasa Gorontalo, bunga puring disebut bunga polohungo. Beberapa desa bahkan menamakan desa mereka dengan nama polohungo karena ciri khas desa tersebut terdapat banyak bunga puring.

Selain sebagai tanaman hias, di beberapa tempat di Gorontalo, bunga puring ditanam berjejer di depan rumah hingga membentuk pagar hidup. Tujuannya, selain memperindah halaman rumah, bunga puring memiliki arti penting bagi sang pemilik rumah karena merupakan tanaman adat.

“Sering kali orang-orang datang ke rumah kami hanya meminta daun bunga polohungo, keperluannya lebih ke syarat adat. Misalkan, untuk ritual anak gadis dan sunat anak perempuan, lalu ritual orang meninggal dunia, serta saat tumbilotohe [tradisi malam pasang lampu di bulan Ramadhan],” ungkap Muhlis, warga yang halamannya memiliki bunga puring di Desa Lupoyo, Kabupaten Gorontalo.

Dalam kamus istilah adat Gorontalo, bunga polohungo diartikan sebagai lambang gadis dalam peradatan daerah Gorontalo.

Baca: Perkenalkan Yondok, Sayur Sehat dari Bolaang Mongondow

 

Bunga puring yang memiliki bentuk dan warna bervariasi. Foto: Wikimedia Commons/Setiawanap/CC BY-SA 4.0

 

Penelitian

Berdasarkan penelitian yang diterbitkan di Jurnal Ilmu Budaya [2020] dengan judulNilai-nilai Filosofis Dalam Upacara Adat Mongubingo Pada Masyarakat Suku Gorontalo” dijelaskan bahwa bunga puring bagi masyarakat Gorontalo memiliki makna sebagai penolak bala. Untuk itu, ditanam di halaman rumah karena dipercaya dapat menghindarkan sang penghuni dari hal-hal buruk.

Mongubingo adalah penyebutan untuk prosesi adat khitanan bayi perempuan di Gorontalo. Serangkaian ritual dilaksanakan dengan menggunakan berbagai kebutuhan, salah satunya daun bunga puring.

“Daun yang diambil sebanyak tujuh jenis kemudian diris kecil dan dicampurkan bahan-bahan lain. Angka tujuh dipilih karena menggambarkan watak yang ada pada setiap anak perempuan Gorontalo,” tulis Moch Zihad Islami dan Yulia Rosdiana Putri dalam penelitiannya.

Baca juga: Asal Mula Masakan Rica-rica Khas Manado dan Sumber Pedasnya

 

Bunga puring yang memiliki nilai penting bagi masyarakat Gorontalo. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Khasiat obat

Selain memiliki fungsi sebagai tanaman hias dan tanaman adat, bunga puring memiliki khasiat sebagai bahan obat untuk menyembuhkan penyakit.

Ini terungkap dalam penelitian Monika Andreastuti Kusumaningrum, Aziz Purwantoro, dan Rudi Hari Murti berjudul “Keragaman Molekuler Puring [Codiaeum variegatum (L.) Rumph. Ex A.Juss] dengan Penanda RAPD” yang dipublikasikan pada Jurnal Vegetalika [2015].

Menurut mereka, bunga puring dengan nama ilmiah Codiaeum variegatum memiliki keragaman bentuk dan warna yang cukup membingungkan ahli botani untuk dilakukan  klasfikasi. Sebab, warna dan coraknya terlihat berbeda meskipun memiliki bentuk yang serupa.

 

Bunga puring juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional. Foto: Christopel Paino/Mongabay Indonesia

 

Penggunaan bunga puring sebagai obat tradisional sudah dipraktikkan puluhan tahun lalu. Terutama, untuk mengatasi demam, flu, penyakit kulit, dan diare.

Beberapa negara yang telah memanfaatkan bunga puring sebagai obat tradisional adalah negara-negara di Pasifik Selatan seperti Fiji, Papua New Guinea, juga Hawaii, serta Bangladesh.

“Tanaman puring memiliki manfaat sebagai tanaman berkhasiat obat, bahkan dapat menyerap unsur timah hitam yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor [2,05 mg/lt],” ungkap para peneliti.

 

Exit mobile version