Mongabay.co.id

Gelombang Panas Laut Mematikan Bulu Babi dan Moluska di Pantai Australia Barat

 

Pemanasan global menjadi satu masalah lingkungan yang harus segera diatasi. Pada ekosistem laut, efeknya membuat suhu laut menghangat. Kondisi ini terjadi secara global, tetapi fenomenanya tidak merata. Beberapa wilayah bisa menghangat lebih cepat daripada yang lain.

Pantai di Australia dapat dijadikan contoh dampak pemanasan global. Dikutip dari Jurnal Frontiers, pemutihan karang terjadi di sebagian besar wilayah Australia utara, hilangnya lamun di pantai timur dan barat, menurunnya hutan rumput laut di pantai barat, dan hilangnya mangrove karena kekeringan pada peristiwa El Nino 2016 lalu.

Melihat kondisi tersebut, para peneliti Curtin University melakukan riset mengenai kenaikan suhu laut di pantai Australia Barat. Mereka gusar atas anjloknya jumlah invertebrata di Pulau Rottnest. Berdasarkan hasil pengamatan 2017-2019, jumlah moluska dan bulu babi di sana telah menurun hingga 90 persen.

baca : Studi: Perubahan Iklim Membuat Sebagian Spesies Ikan di Laut Mengecil, yang lainnya Membesar

 

Gambar wilayah penelitian yang dilakukan oleh Prof. Fred Wells, peneliti dari Curtin’s School of Molecular and Life Sciences. Sumber : Jurnal Frontiers

 

Prof. Fred Wells, peneliti dari Curtin’s School of Molecular and Life Sciences mengatakan, keanekaragaman hayati di ujung barat Pulau Rottnest terus menurun sejak ia mengamati wilayah tersebut pada 1982. Padahal keberadaan satwa itu sangat berperan penting sebagai indikator ekosistem terumbu karang.

“Kami telah memantau keanekaragaman hayati moluska laut dan echinodermata termasuk siput laut, kerang, bintang laut, dan bulu babi di terumbu berbatu di Rottnest Island, Cottesloe, Trigg Point, dan Waterman,” kata Profesor Wells, seperti dikutip dalam Science Daily, Kamis (9/3/2023).

Menurut Wells, meskipun merupakan zona suaka dengan tingkat perlindungan tinggi dari aktivitas manusia, wilayah Radar Reef dan Cape Vlamingh di Rottnest Island tetap mengalami penyusutan keanekaragaman hayati yang sangat besar sejak tahun 2007. Kemungkinan terbesar faktor penyebabnya adalah karena paparan arus Leeuwin (arus di Australia Barat) yang hangat.

“Sebaliknya, garis pantai yang tidak terpengaruh arus Leeuwin memiliki keanekaragaman hayati dan kekayaan spesies yang terpelihara dengan baik,” katanya. Dari hasil surveinya, terumbu karang di daerah Rottnest Island menyusut hingga 90 persen.

baca juga : Karang Porites, Bank Data Perubahan Iklim Dunia

 

bulu babi atau Echinoidea. Foto :  Ian Shaw/Australian Museum

 

Wells bilang, gelombang panas laut di pantai Australia Barat dalam beberapa tahun terakhir menyebabkan suhu laut yang sangat tinggi. Hal itu jadi musabab populasi tumbuhan dan hewan laut di daerah itu menurun.

“Survei kami pada tahun 1982 dan 2007 menunjukkan Radar Reef dan Cape Vlamingh memiliki campuran spesies endemik tropis. Dengan meningkatnya suhu laut, kami memperkirakan akan melihat proporsi spesies tropis meningkat, tetapi ini tidak terjadi di West End of Rottnest,” kata Profesor Wells.

Hasil penelitian ini sangat penting agar semua pihak sadar akan dampak pemanasan global. Dengan begitu, mereka bisa bergerak untuk menyelesaikan masalah ini. Jika tidak, kondisi laut bisa semakin menghangat dan membunuh ekosistem.

Bagi Prof. Wells, temuannya menunjukkan sekalipun lautan dilindungi dari aktivitas manusia secara langsung, tetapi tetap saja tidak kebal terhadap efek perubahan iklim global. Ancaman ini sudah jelas menimbulkan kekacauan yang serius. Dan itu merupakan alarm bagi penyangga kehidupan termasuk manusia.

baca juga : Perubahan Iklim, Kepiting Salju di Alaska Tunjukkan Tren Penurunan Populasi

 

Ilustrasi sekumpulan moluska. Foto : freepik.

 

Exit mobile version