- Menurut sebuah studi baru, rencana restorasi mangrove 600 ribu hektar yang di target oleh pemerintah menghadapi rintangan besar, dimana hanya kurang dari sepertiga area target yang sebenarnya layak untuk direstorasi.
- Studi ini menemukan lokasi yang paling menjanjikan untuk restorasi berada di lima provinsi: Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Riau, dan Sumatera Selatan.
- Restorasi mangrove akan mengamankan pasokan perikanan, mengurangi angka kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan.
- Memulihkan 193.367 hektar ekosistem mangrove pada tahun 2025 akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan bagi 74 juta warga pesisir di Indonesia.
Pemerintah Indonesia di tahun 2020 menetapkan tujuan restorasi ekosistem mangrove seluas 600 ribu hektar pada tahun 2024. Apakah target ini akan tercapai?
Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melaporkan telah memulihkan 34.911 hektar pada tahun 2021, atau lebih dari target 30.000 hektar yang ditargetkan untuk tahun tersebut, namun angka itu masih tampak lebih kecil dari target total yang ada. Di luar itu, target restorasi ini pun menghadapi tantangan lain.
Restorasi mangrove ternyata jauh lebih kompleks dari sekedar penanaman bibit. Faktor substrat tempat bibit ditanam, hidrologi, historis lokasi, hingga status penguasaan lahan tempat bibit itu di tanam. Dalam istilah lain, upaya memulihkan mangrove memerlukan pemahaman mendalam dalam aspek biologi, geologi, dan tata kelola.
“Kami terpicu dengan adanya rencana besar restorasi 600 ribu hektar mangrove. [Dari pernyataan itu] kami penasaran di mana dapat menemukan lahan tersebut,” sebut Daniel Murdiyarso, peneliti utama CIFOR-ICRAF, sekaligus rekan dari para penulis.
Mengacu pada peta kesesuaian lahan yang diterbitkan baru-baru ini, disebut kawasan yang cocok untuk restorasi mangrove hanya sekitar 193.367 hektar, atau sekitar 30 persen dari kawasan target yang ada.
Permasalahan ini diteliti dalam jurnal Nature Ecology & Evolution yang dilakukan oleh Sigit Sasmito dari National University of Singapore dan Mohammad Basyuni dari Universitas Sumatera Utara. Tim Sasmito dan Basyuni telah mengumpulkan data nasional untuk mengidentifikasi area dengan peluang restorasi mangrove tinggi, sedang, dan rendah.
Dari temuan mereka, maka dari lahan potensial yang dapat direstorasi: hanya 9 persen yang merupakan area dengan peluang tinggi, dan hampir 60 persen diklasifikasikan sebagai peluang rendah. Adapun area restorasi yang paling menjanjikan ada di lima provinsi: Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Riau, dan Sumatera Selatan.
Baca juga: Karbon Biru di Tengah Tantangan dan Hambatan
Pemulihan Mangrove Membawa Manfaat Besar
Memulihkan ratusan ribu hektar mangrove akan membawa banyak manfaat bagi masyarakat pesisir. Sebagai contoh hutan mangrove yang ada di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Dalam analisis Sasmito dan Basyuni kawasan ini dikategorikan memiliki ‘peluang sedang’ untuk di restorasi.
“Masyarakat di Kubu Raya memanfaatkan mangrove untuk berbagai produk perikanan dan non-kayu,” kata Direktur Eksekutif Planet Indonesia Adam Miller.
Planet Indonesia bekerja dengan lembaga pengelolaan hutan di tingkat desa di Kubu Raya turut memantau strategi pengelolaan mangrove desa, yang mencakup zona larang tangkap dan penutupan perikanan sementara.
Restorasi bakau yang berhasil di Kubu Raya jelasnya, turut mengamankan pasokan perikanan bagi masyarakat pesisir dan meningkatkan ekonomi, sehingga akan berkontribusi pada pengurangan angka kemiskinan dan meningkatkan ketahanan pangan.
Dalam skala nasional, memulihkan 193.367 hektar ekosistem mangrove pada tahun 2025 akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan, pasokan gizi dan kesehatan bagi 74 juta warga. Berkontribusi pada konservasi ratusan spesies jenis satwa, dan akan menyerap CO2 sekitar 22 juta metriks ton pada 2023.
Meski masih belum begitu jelas berapa hektar mangrove yang akan direstorasi BRGM dalam dua tahun mendatang, namun hal terpenting adalah Indonesia perlu terus serius dalam memperbaiki ekosistem mangrovenya.
Tulisan asli dapat dibaca pada tautan ini: Indonesia’s mangrove restoration will run out of land well short of target, study warns. Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita.
Referensi:
Sasmito, S. D., Basyuni, M., Kridalaksana, A., Saragi-Sasmito, M. F., Lovelock, C. E., & Murdiyarso, D. (2023). Challenges and opportunities for achieving sustainable development goals through restoration of Indonesia’s mangroves. Nature Ecology & Evolution, 7(1), 62-70. doi:10.1038/s41559-022-01926-5
***
Foto utama: Mangrove yang berada pesisir Padang Tikar, Kubu Raya, Kalbar. Foto: Putri Hadrian/Mongabay Indonesia