Mongabay.co.id

Lewat Program Buka-Tutup Laut, Produktivitas Tangkapan Gurita Nelayan Selayar pun Meningkat

 

Andri Mustain tersenyum sumringah. Data gurita tangkapan nelayan Desa Kahu-Kahu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan meningkat. Produktivitasnya naik setelah selama empat bulan dilakukan model buka-tutup sementara kawasan tangkap ikan nelayan.

Upaya penutupan sementara kawasan dilakukan di area seluas 6 hektar dimulai pada 16 November 2022 hingga 17 Maret 2023. Setelah empat bulan penutupan sementara, pembukaan secara simbolis oleh M. Amran, Kabid Penangkapan Dinas Perikanan Kabupaten Kepulauan Selayar, pada tanggal 17 Maret 2023 lalu.

“Upaya buka-tutup ini adalah bagian dari pengelolaan perikanan berkelanjutan. Dengan cara ini, ekosistem dan biota dalam kawasan memiliki kesempatan memulihkan diri, tumbuh dan berkembang, sehingga memberi manfaat ekonomi bagi nelayan,” jelas koordinator program Yayasan Alam Indonesia Lestari (LINI) ini.

Andri membandingkan data gurita di lokasi penangkapan Pantai Jeneiya, Desa Kahu-Kahu. Wilayah ini dipilih karena telah lama tereksploitasi, sehingga memerlukan waktu pemulihan bagi gurita.

Hasilnya menggembirakan. Jika pada Maret 2022 jumlah tangkapan gurita hanya 97,7 kg (129 individu) oleh 48 nelayan, maka pada Maret 2023 meningkat menjadi (164 individu) dengan 40 nelayan. Dan jika pada Maret 2022, rata-rata nelayan hanya menangkap 2 kg gurita, pada Maret 2023 meningkat menjadi 3,7 kg per nelayan.

Data hasil monitoring yang dilakukan LINI di tingkat pengepul dan nelayan menyimpulkan dengan adanya peningkatan tangkapan, penghasilan nelayan meningkat hingga Rp1 juta dalam satu kali penangkapan. Jauh meningkat dibanding hasil sebelumnya.

“Ini jadi bukti jika kegiatan buka-tutup sementara ini berbuah hasil seperti yang diharapkan,” jelas Koordinator Program Yayasan LINI ini di Makassar (27/3/2023).

 

Gurita tangkapan nelayan Desa Kahu-Kahu, Kecamatan Bontoharu, Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan . Dok: Yayasan LINI

Baca juga: Buka-Tutup Sementara, Upaay Nelayan Kepulauan Selayar Selamatkan Terumbu Karang

 

Pendampingan bagi Nelayan

Program pendampingan sendiri telah dilakukan Yayasan LINI sejak 2020. Program ini dimulai lewat pendataan gurita, pembentukan, dan pendampingan 3 Kelompok Usaha Bersama (KUB) nelayan gurita di Desa Kahu-Kahu.

Lewat program restorasi ekosistem, selama kegiatan buka-tutup ini, juga dilakukan penurunan terumbu karang buatan dari beton dan besi yang dapat dijadikan rumah bagi gurita.

“Monitoring kondisi terumbu karang dan pengawasannya selama penutupan sementara, dilaksanakan bekerja sama dengan operator diving lokal,” jelas Andri.

Dari hasil monitoring,  tutupan karang memiliki indeks kesehatan terumbu karang kategori sedang sampai sangat baik. Terdapat sekitar 37 jenis ikan karang umumnya dari kategori jenis ikan pemakan lumut dan karang, dan sedikit jenis ikan target ekonomis seperti kerapu dan kakap.

Beberapa jenis mega benthos seperti bintang laut, bulu babi, drupella, kima, lola, teripang, sedikit lobster, anemon, dan achancaster.

Kegiatan pengawasan pun bekerja sama dengan 3 KUB nelayan gurita. Para nelayan turut aktif menginformasikan adanya kegiatan penutupan sementara di Pantai Jeniya kepada sesama nelayan. Andri menyebut, kegiatan ini adalah suatu proses edukasi dan pembelajaran bagi masyarakat dan nelayan.

“Kegiatan penutupan kawasan terumbu karang ini harapannya bisa dilakukan minimal setahun sekali. Luasannya pun perlu ditambah. Kami akan lakukan evaluasi untuk meningkatkan keberhasilan kegiatan ini,” tutur Andri.

Rencana ini pun diapresiasi secara positif oleh warga. Seperti yang disebutkan oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kahu-Kahu, Ansar.

“Kami harap kawasan penutupan sementara ini bisa diperluas, khususnya untuk gurita, agar  bisa memberikan manfaat ekonomi bagi nelayan,” katanya.

 

Nelayan gurita menandatangani kesepakatan bersama untuk melakukan buka-tutup sementara di lokasi seluas 6 hektar di pantai Jeneiya Kahu-kahu, Kepulauan Selayar, Sulsel. Dok: Yayasan LINI

Baca juga: Sistem Buka-Tutup Diharapkan Perbaiki Ekosistem Laut yang Rusak Akibat Destructive Fishing

 

Andi Rismayani, penyuluh perikanan di wilayah ini menjelaskan hasil survey kondisi terumbu karang Pantai Jeneiya ekosistemnya masih bagus. Meski jumlah ikan ekonomi yang sedikit, menandakan dulu ada eksploitasi tangkapan yang berlebih.

Selain faktor alam, dia menyebut pentingnya penguatan kelembagaan dan penanganan hasil perikanan pasca tangkap, termasuk penyediaan sarana bagi nelayan.

“Dalam membuat kawasan penutupan sementara perlu mempertimbangkan aspek ekologi, lokasi pemanfaatan nelayan, faktor pengawasan, dan kegiatan sosialisasi,” jelas Andi.

Terkait dengan program penutupan sementara wilayah laut, M. Amran, Kepala Bidang Penangkapan Dinas Perikanan Kepulauan Selayar, menyebut program ini telah dilakukan di beberapa daerah lain secara tradisional yang disebut sebagai sasi, maupun program Daerah Perlindungan Laut (DPL) yang dilakukan oleh pemerintah.

“Keberhasilan penutupan kawasan sementara ini ke depan perlu mempertimbangkan waktu yang tepat, luasan yang ideal, dan regulasi tata kelola ruang laut yang harus diikuti semua pemangku kepentingan, contohnya lewat Perdes.” tutupnya.

 

Exit mobile version