Mongabay.co.id

Gigi Komodo Seperti Pedang, Gigitannya Sangat Berbahaya

Komodo betina dewasa yang ada di TN Komodo. Foto: Rhett Butler/Mongabay Indonesia

 

 

Komodo [Varanus komodoenesis] memang satwa istimewa.

Keunikan kadal purba terbesar sejagad ini telah mengilhami ide penciptaan di banyak bidang. Dari kendaraan tempur sampai bahasa pemrogaman. Tubuhnya berotot, dibalut kulit yang keras, dengan indera penciuman tajam, dan mampu berlari dengan kecepatan rata-rata lari manusia. Cara berburunya simpel, namun mematikan.

Komodo merupakan predator puncak di habitatnya. Makhluk karnivora ini menjadikan binatang kecil seperti tikus sampai binatang yang lebih besar darinya seperti kerbau ke daftar menu makanannya.

Saat berburu makanan, komodo lebih suka strategi menyergap. Dia bersembunyi di balik semak, dekat jalur lintasan yang sering dilewati binatang lain.

Dengan kekuatan dan kecepatannya, komodo akan menggigit rusa atau kerbau yang lewat dan membiarkan untuk sementara waktu dengan luka terbuka. Komodo baru akan menyantap, saat hewan buruannya itu tak berdaya karena kehabisan darah.

Baca: Perubahan Iklim dan Ancaman Kepunahan Komodo

 

Komodo betina dewasa yang ada di TN Komodo. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Gigi komodo

Sekelompok peneliti dari Polandia dan Ukraina baru-baru ini membuat laporan riset mengenai gigi komodo. Mereka mengamati struktur gigi rahang bawah baik secara makroskopis [mata telanjang], dengan mikroskop, juga memindai dengan peralatan terkomputasi.

Laporan mereka diterbitkan dengan judul “Macroanatomical, Histological and Microtomographic Study of the Teeth of the Komodo Dragon [Varanus komodoensis]— Adaptation to Hunting” di jurnal Biology, Februari 2023.

“Tujuan utama penelitian ini adalah melakukan pemeriksaan makrokospik, mikrotomografi dan histologi terkomputasi dari gigi spesies ini dalam konteks metode mereka mendapatkan makanannya,” tulis Maciej Janeczek, penulis utama penelitian.

Bagi makhluk hidup, gigi berperan untuk memroses makanan. Bentuk dan ukuran gigi berbeda, tergantung cara makan, jenis makanan, dan perilakunya. Gigitan komodo membawa kerusakan pada tubuh mangsanya, berupa kerusakan pada kulit, kelenjar, otot, pembuluh darah serta saraf, dan jaringan dengan racun yang dihasilkan kelenjar racun yang terletak dekat tulang rahang bawah, mengutip laporan itu.

“Kekuatan gigitan komodo relatif rendah, dan saat makan, ia menghindari kontak gigi dengan tulang [mangsanya],” tulis peneliti dari jurusan Biostruktur dan Fisiologi Hewan bagian Anatomi Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Wrocław University of Environmental and Life Sciences, Polandia ini.

Baca: Satwa Rumahan, Komodo Tidak Ingin Hidup Selain di Indonesia

 

Komodo, satwa kebanggaan Indonesia yang hidup di Nusa Tenggara Timur. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Gigi komodo diadaptasi untuk memotong jaringan lunak dan menambah luka. Tampaknya racun komodo lebih punya peran dalam membunuh mangsanya. Jadi dibanding kekuatan giginya, komodo lebih mengandalkan racunnya untuk melemahkan mangsa sebagai strategi mendapatkan buruan.

Dengan menggunakan pengamatan mata telanjang dan sinar x terlihat gigi komodo pada rahang bawah melengkung ke dalam. Tepi gigi bergerigi seperti gergaji. Gigi di rahang bawah dikelilingi bukaan kelenjar racun. Saat ditekan, cairan racun akan keluar.

Dijelaskan bahwa gigi komodo disebut ziphodont yang berarti gigi pedang, dicirikan melengkung dan mahkotanya bergerigi. Ada kesamaan teknik antara beberapa hiu dan komodo saat melakukan serangan, juga Smilodon fatalis, mamalia bertaring panjang yang telah punah.

Para peneliti berpendapat, seperti halnya gigi buaya, tampaknya gigi komodo yang sudah rusak bisa berganti dengan yang baru. Morfologi gigi komodo diadaptasi untuk menimbulkan luka yang dalam dan luas, serta merusak jaringan mangsanya. Di saat yang sama, racun mulai masuk ke tubuh mangsanya dan merusak sistem. Komodo lalu menguntitnya hingga mangsanya lemah.

Terkait racun pada komodo, pada penelitian sebelumnya, peneliti memasukkan racun komodo pada tikus percobaan. Hasilnya tekanan darah tikus itu turun. Racun telah mencegah pembekuan darah, meningkatkan pendarahan, dan menyebabkan shok.

Beberapa peneliti berharap bisa memanfaatkan racun komodo ini untuk mengobati penyakit yang terkait pembekuan darah, termasuk serangan stroke.

Baca jugaDarah Komodo Bisa Sembuhkan Luka Lebih Cepat?

 

Anak komodo berada di atas pohon. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

Di alam liar, komodo hidup tersebar di lima pulau. Yaitu Pulau Komodo, Rinca, Nusa Kode [Gili Dasami], dan Gili Motang yang masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur, serta Pulau Flores.

International Union for Conservation of Nature [IUCN] yang bermarkas di Gland, Swiss, memasukan komodo dalam kategori Endangered [EN] atau Genting, atau dua langkah menuju kepunahan di alam liar. Sebelumnya, statusnya adalah Vulnerable [VU] atau Rentan.

 

Exit mobile version