Mongabay.co.id

Ikan Beracun Ini Ternyata Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi

 

 

Pernahkah Anda mendengar nama ikan buntal? Ini adalah jenis ikan yang memiliki racun mematikan. Bahkan racunnya disebut lebih mematikan dibandingkan racun sianida. Buntal sendiri memiliki makna gembung atau buncit. Nama buntal disematkan pada ikan ini karena ketika disentuh ia akan membentuk buntalan atau menggembung sehingga terlihat seperti buncit.

Di Indonesia, kerap kali terjadi peristiwa kematian yang diakibatkan mengonsumsi ikan buntal. Kejadian tahun 2009 di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, dua orang warga meninggal dunia dan empat lainnya dalam kondisi kritis dengan wajah membiru akibat keracunan setelah menyantap ikan buntal. Di Kabupaten Sikka, NTT, pada 2021 belasan orang dirawat di rumah sakit dan empat di antaranya meninggal dunia setelah mengonsumsi ikan buntal.

Gusnar Lubis Ismail, seorang penyelam juga pemerhati kelautan dan perikanan di Gorontalo menyebut bahwa kejadian serupa juga pernah terjadi di Kabupaten Gorontalo Utara, beberapa waktu lalu. Satu keluarga terdiri ayah, ibu, dan anak meninggal setelah mengonsumsi ikan buntal yang disantap dengan olahan sagu.

Peristiwa kedua terjadi di Desa Bulontio, Kecamatan Sumalata, Kabupaten Gorontalo Utara, seorang nelayan yang mengonsumsi ikan buntal mengalami keracunan namun beruntung nyawanya tertolong karena segera dilarikan ke rumah sakit. Meski demikian, katanya, ada satu desa bernama Desa Buloila, yang masyarakatnya biasa mengonsumsi ikan buntal karena mereka tahu bagaimana cara mengolahnya.

“Peristiwa kematian setelah mengonsumsi ikan buntal terjadi karena racun yang ada pada organ tubuh ikan sudah pecah lebih dulu dan tersebar ke bagian tubuh si ikan buntal ketika dimasak. Kemungkinan lainnya, orang yang memakannya tidak tahu kalau ikan ini beracun dan tidak tahu cara mengolahnya,” ungkap Gusnar kepada Mongabay, Jumat [21/04/2023].

Baca: Meski Berbeda Bentuk, Kuda Laut Termasuk Jenis Ikan

 

Ikan buntal yang tersebar luas di perairan dunia. Foto: Pixabay/KevinYi/Public Domain

 

Kadar racun

Ikan buntal memiliki nama ilmiah Tetraodon retricularis atau nama sinonimnya Arothon reticularis yang dalam Bahasa Inggris disebut Pufferfish. Diperkirakan, terdapat 120 spesies ikan buntal yang tersebar secara global di perairan tropis dan juga di perairan Indonesia.

Berdasarkan penelitian, ikan buntal memiliki kadar racun sangat tinggi yang disebut tetrodotoksin [TTX]. Racun ini biasanya digunakan sebagai alat pertahanan diri dari serangan predator. Hal ini terungkap dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis [2014], yang ditulis Eka Deskawati, Sri Purwaningsih, dan Purwantiningsih, berjudul “Karakterisasi dan Uji Toksisitas Ikan Buntal Dari Perairan Pameungpeuk, Jawa Barat”.

Para peneliti menyebut, tingkat toksisitas atau dampak beracunnya ikan buntal bervariasi, tergantung pada jenis organ tubuh, geografi, musim, dan jenis kelamin. Namun ternyata, tingkat racun yang ada pada ikan buntal betina lebih tinggi dari jantan karena setelah dideteksi ovarium lebih banyak mengandung racun TTX dibandingkan testis ikan buntal.

“Racun TTX pada ikan buntal terdistribusi di organ hati dan ovarium [paling tinggi], diikuti usus dan kulit. Sementara daging dan testis merupakan organ yang tidak toksik atau toksisitasnya lemah, kecuali pada spesies Lagochephalus lunaris dan Chelonodon patoca,” ungkap peneliti.

Masih dalam penjelasan mereka, tingkat toksisitas pada organ hati juga umumnya sangat tinggi dan terjadi sepanjang tahun, kecuali pada musim pemijahan yang racun dari hati akan ditransfer ke organ ovarium.

Menariknya, racun TTX pada telur yang dipijahkan dari ovarium berfungsi untuk melindungi telur dari predator. Hal unik lainnya, ketika ada predator ikan buntal akan menggelembungkan dirinya dua sampai tiga kali ukuran normal tubuh dan racun TTX akan diekskresikan dari kulit untuk mengusir musuh. Inilah alasan kenapa ikan ini disebut buntal.

Baca juga: Olele, Desa Wisata Laut di Gorontalo yang Mulai Hadapi Masalah

 

Ikan buntal yang memiliki kadar racun mematikan namun memiliki nilai ekonomi. Foto: Fishbase/Arret_u3/Greenfield, J

 

Potensi ekonomi

Menurut Gusnar Lubis Ismail, meski ikan ini beracun dan mematikan, namun ikan buntal memiliki nilai ekonomis tinggi jika diolah dengan baik dengan harapan bisa membantu perekonomian masyarakat setempat. Sebab, ikan buntal bisa diekspor ke negara-negara seperti China, Taiwan, dan Jepang.

“Saya pernah makan daging ikan ini dan rasanya sangat enak. Di Jepang ikan buntal dijadikan sasimi dengan nama Fugu. Harganya sangat mahal, bahkan bisa sampai jutaan Rupiah dalam satu porsi. Tapi di sana koki yang memasak ikan buntal harus ahli dan bersertifikat,” kata Gusnar.

Ikan buntal, katanya, sering kali ditemukan nelayan baik sebagai tangkapan samping atau tangkapan utama bagi mereka yang mengonsumsi. Ketika menyelam di perairan laut Olele di Gorontalo, Gusnar pernah menyaksikan larva ikan buntal yang seperti berbaris dalam jumlah banyak. Itu berarti, di Gorontalo memiliki kelimpahan ikan buntal, juga di perairan laut lainnya di seluruh Indonesia.

Namun karena memiliki racun dan kerap kali peristiwa kematian terjadi akibat menyantapnya, maka ikan buntal tidak banyak dilirik sebagai potensi ekonomi untuk meningkatkan kehidupan masyarakat pesisir.

 

Exit mobile version