Mongabay.co.id

Subbet, Makanan Olahan Keladi Khas Mentawai

 

 

 

 

 

Jejeran bambu tersusun bersandar di tungku panjang sekitar lima meter. Para perempuan Mentawai duduk sambil menjaga bara api masing-masing. Sekilas mereka seperti memasak lemang–beras ketan dengan santan kelapa—pangan Minangkabau, ternyata memasak subbet.

Masak subbet dalam jumlah banyak ini untuk punen putalimongat (pesta pernikahan) di Desa Muara Sikabaluan,  Kecamatan Siberut Utara, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Di bagian belakang rumah puluhan ibu tampak sibuk mempersiapkan hidangan, mulai dari nasi dan lauk-pauk juga makanan pendamping.

“Kita mempertahankan agar api stabil. Tidak membakar hangus bambu. Kalau api bagus maka keladi akan masak dengan baik,” kata Memeuk, perempuan Mentawai yang sedang memasak subbet. Sesekali dia menekan-nekan keladi di dalam bambu untuk memastikan apakah sudah lembut atau belum.

 

Keladi olahan,pangan khas Mentawai. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Subbet merupakan pangan lokal khas Mentawai yang memadukan antara pisang (bagok), keladi (gettek), serta kelapa (toitet). Dari ketiga bahan ini akan muncul cita rasa manis dengan tekstur lembut.

Sekilas subbet mirip klepon atau onde-onde. Bentuk bulat-bulat atau lonjong dengan bagian luar atau permukaan dibungkus parutan kelapa. Meski terlihat sama, subbet dan klepon jauh beda.

Kalau klepon terbuat dari tepung beras dengan gula merah di dalamnya, sedangkan subbet dari keladi bercampur pisang dan tidak ada gula merah.

Sebelum masuk dalam bambu, kulit keladi dikupas terlebih dahulu dan dipotong-potong kemudian masuk dalam bambu hingga penuh dan dimasak. Setelah beberapa lama di bara api, bambu dihentak-hentakkan agar keladi menyusut dan ditambah kembali dengan keladi baru kemudian dimasak hingga matang. Keladi yang dimasak dalam bambu ini disebut siaru (Sikabaluan) atau okbuk (Siberut Selatan).

“Kalau perapian bagus masaknya 30 menit. Kadang juga bisa satu jam, ” katanya.

 

Keladi, bahan utama pembuatan subbtet, makanan khas Mentawai. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Wadah bambu ini hanya dibuat dalam punen untuk memasak bahan makanan dalam jumlah besar yang dihidangkan dalam proses panei kan toga atau hidangan makanan untuk pengantin. Hidangan ini tidak bisa terganti nasi atau kue yang terbuat dari tepung sagu atau tepung terigu.

Untuk dapat dihidangkan sebagai kan toga, keladi yang masak dalam bambu dikeluarkan dan diletakkan dalam paneiPanei ini terbuat dari kayu yang hampir mirip seperti sampan. Ini digunakan sebagai tempat menumbuk keladi dari bambu. Alat penumbuk dari kayu juga disebut cucutcut.

“Akan tercium aroma harum dan rasa keladi yang bagus,” katanya.

 

Subbet, dimasak dalam bambu. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

Setelah keladi halus kemudian dibulatkan sebesar bola pimpong dan ditaburi parutan kelapa muda. Adakalanya keladi tumbuk ini dicampur pisang rebus agar memiliki citarasa manis.

Di Mentawai,  subbet jadi makanan pokok, selain nasi dan kapurut (sagu bakar). Masyarakat Mentawai biasa mencampur makanan ini dengan lauk pauk berupa ikan atau babi panggang.

 

 

Subbet. Hidangan subbet ini dalam pesta pernikahan tidak bisa terganti nasi atau kue yang terbuat dari tepung sagu atau tepung terigu. Foto: Vinolia/ Mongabay Indonesia

 

*******

 

Exit mobile version