Mongabay.co.id

Longsor Pasuruan Tewaskan Tiga Petani Kentang, Waspada Daerah Rawan Bencana

 

 

 

 

 

Tiga petani kentang di Kecamatan Puspo, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur,  tewas tertimbun tanah longsor setelah hujan deras melanda kawasan Bromo-Tengger-Semeru 28 April lalu.

Ketiga korban masih memiliki hubungan keluarga. Mereka adalah Ngatimin (50), Ravianto (15) dan Agus Kuprit (30). Ketiganya warga Dusun Keduwung, Desa Keduwung, Kecamatan Puspo.

Abdul Haris, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasuruan, menyebut, titik longsor itu merupakan lahan Perhutani KRPH Cukurguling, termasuk dusun atau Desa Keduwung, Puspo.

“Itu memang lahan Perhutani yang dikontrak untuk ditanami kentang,” katanya dalam keterangan tertulis, 29 April lalu.

Saat peristiwa itu, kata Haris, ketika korban tengah berteduh setelah hujan lebat melanda wilayah itu.  Tak seberapa lama, tebing setinggi 100 meter di atasnya longsor.

Berdasar pengamatan BPBD, bidang tebing longsor pada kemiringan 70 derajat. “Lebar tanah longsor sekitar tujuh meter sepanjang 300 meter,” katanya.

Kondisi lahan cukup curam membuat material longsoran mengalir deras. Saking derasnya, tubuh ketiga korban ikut terbawa sejauh 300 meter. Tubuh korban baru ditemukan di dasar jurang dengan kondisi tertimbun longsoran.

 

Tanah longsor di Pasuruan. Foto: A. Asnawi/ Mongabay Indonesia

 

Proses evakuasi perlu beberapa jam. Selain kurang dalam, jarak titik longsoran dengan permukiman sekitar delapan kilometer. “Tapi para korban diserahkan ke pihak keluarga.”

Selain di Puspo, longsor juga terjadi di Dusun Pronojiwo, Desa Blarang, Kecamatan Tutur, Pasuruan. Dalam peristiwa 28 April itu, satu rumah ambruk kena material longsoran. Kejadian tak ada korban jiwa. “Tebing longsor mencapai 12 meter dengan kerugian ditaksir Rp25 juta,” kata Haris.

Longsor di Puspo,  memantik keprihatinan, Irsyad Yusuf, Bupati Pasuruan. Dia pun meminta masyarakat yang tinggal atau beraktivitas di daerah rawan untuk meningkatkan kewaspadaan di tengah situasi cuaca tak menentu.

“Bagaimanapun juga keselamatan diri harus menjadi perhatian. Hindari daerah rawan, seperti bertebing saat hujan lebat,” kata bupati dua periode ini.

Imbauan bupati cukup beralasan. Lantaran sebagian wilayah berupa dataran tinggi yang membentang antara Pegunungan Bromo Tengger Semeru dan Arjuno Welirang.

Secara khusus, pemerintah kabupaten akan memberikan santunan kepada para korban masing-masing Rp10 juta yang diserahkan kepada perwakilan keluarga korban.

Dalam peta bencana BPBD, sedikitnya delapan dari 24 kecamatan di Pasuruan rawan bencana longsor. Yakni,  Kecamatan Gempol, Prigen, Purwosari, Purwodadi, Tutur, Puspo, Tosari dan Lumbang.

Khusus Kecamatan Puspo, Tosari dan Lumbang bahkan masuk daerah dengan risiko tinggi bencana longsor. Bahkan, sepanjang 2023, tercatat lebih 15 kali bencana longsor.

 

 

Perubahan bentang

Gunawan Wibisono,  ahli Hidrologi Universitas Merdeka Malang, mengatakan, risiko longsor di Puspo, Tosari dan Lumbang  tinggi tak lepas dari perubahan bentang di karena berbagai kegiatan, terutama pertanian dan pertambangan.

“Topografinya memang begitu ya, dataran tinggi lalu banyak palung. Tetapi, kalau disana ada banyak tegakan, potensi longsor bisa lebih ditekan,” katanya.

Selain fungsi hidrologi, katanya, peran penting lain dari tegakan adalah sebagai pengikat tanah. Dengan begitu, ketika terjadi hujan lebat, tanah tak mudah ambrol atau longsor.

Gunawan bilang, sistem pertanian monokultur sebagaimana banyak dikembangkan di dataran tinggi Bromo, seperti daerah Tosari membawa dampak pada keseimbangan ekologi. Karena itu, dia pun mendorong pola sistem pertanian lebih ramah.

“Masalahnya, perubahan tata guna lahan di daerah atas susah terjadi begitu massif. Baik untuk pertanian atau kegiatan lain. Ini tidak hanya memicu longsor, juga bencana ekologis lain.”

Menurut Gunawan, pola agroforestri bisa menjadi metode relevan di dataran tinggi Bromo. Pola itu, katanya,  tidak hanya mengakomodir kepentingan ekonomi masyarakat setempat juga ekologi.

“Pola ini juga akan mampu menekan laju sedimentasi oleh lapisan tanah atas yang terbawa kerap memenuhi badan sungai,” kata Gunawan.

Agung Raynason Yudha, Dkk dalam jurnal  Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan 2022 mengamini pernyataan Gunawan. Dia menyebut, tanah longsor satu merupakan jenis gerakan massa tanah ataupun batuan, maupun campuran keduanya. Pergerakan terjadi ke bawah menuju keluar lereng karena ketidakstabilan tanah atau batuan.

Umumnya, terdapat dua penyebab longsor yakni alam dan manusia. Sebab alam, katanya,  contoh bermula dari curah hujan lebat, kondisi lereng terjal, batuan tak terlalu padat, gempa vulkanik atau tektonik dan sebab lain.

Penyebab lain, adalah manusia, katanya, contoh, penggundulan hutan, terdapat pemukiman berlokasi di permukaan tanah miring dan terjal juga penggunaan tanah tidak semestinya.

Untuk mencegah longsor, Agung merekomendasikan tidak menebang pohon sembarangan. Selain itu, terhadap wilayah-wilayah yang gundul agar penanaman kembali (reboisasi) dengan tumbuhan berakar kuat.

Selain itu, pertanian yang berpotensi mempertajam keterjalan lereng juga hendaknya dikurangi. Salah satu caranya, dengan menerapkan pola terasiring. “Waspadai juga saat terjadi curah hujan tinggi,” tulis Agung dalam laporannya.

 

Tanah longsor yang menewaskan tiga petani kentang. Foto: A. Asnawi/ Mongabay Indonesia

 

Tanah bergerak

Selain tanah longsor, Kabupaten Pasuruan juga rawan potensi tanah gerak. Pada Juli lalu, Badan Geologi Kementerian ESDM bahkan menerbitkan surat edaran berkaitan peta perkiraan gerakan tanah.

“Ini upaya mitigasi risiko gerakan tanah dan membangun kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat menghadapi ancaman gerakan tanah atau tanah longsor,” tulis Badan Geologi dalam surat bernomor 360/GL.03/BGL/2022.

Dalam surat tertanggal 22 Juli itu, Badan Geologi mengklasifikasikan daerah atau kecamatan rawan tanah gerak ke dalam dua kelompok, menengah dan tinggi.

Badan Geologi menjelaskan, pada zona menengah,  gerakan tanah terjadi jika curah hujan di atas normal. Terutama pada daerah berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan.

Di Pasuruan, kecamatan yang masuk kategori menengah ini meliputi Beji, Winongan, Grati, Kejayan, Lekok.  Sedangkan daerah kategori tinggi adalah yang memiliki potensi tinggi alami gerakan tanah.

Gerakan tanah terjadi  jika curah hujan di atas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali. Kecamatan dalam kategori ini meliputi Gempol, Pasrepan, Prigen, Purwodadi, Purwosari, Puspo, Tosari, Tutur dan Lumbang.

 

 

Daerah rawan bencana di Pasuruan. Foto: A. Asnawi/ Mongabay Indonesia

******

Exit mobile version