Mongabay.co.id

Gerhana Bulan Penumbra, Fenomena Malam Luar Biasa

 

 

Gerhana Bulan adalah peristiwa terhalanginya cahaya Matahari oleh Bumi sehingga tidak semuanya sampai ke Bulan. Peristiwa yang merupakan akibat dinamisnya pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan ini hanya terjadi pada fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya.

Gerhana Bulan Penumbra merupakan gerhana yang terjadi ketika posisi Bulan-Matahari-Bumi sejajar. Hal ini membuat Bulan hanya masuk ke bayangan penumbra Bumi.

“Akibatnya, saat puncak gerhana terjadi, Bulan akan terlihat lebih redup dari saat purnama,” sebagaimana dijelaskan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika [BMKG] dalam keterangan tertulisnya.

Rilis BMKG menjelaskan, di Indonesia, Gerhana Bulan Penumbra terjadi 5-6 Mei 2023.

“Gerhana Bulan Penumbra ini merupakan anggota ke 24 dari 73 anggota pada seri Saros 141. Gerhana bulan sebelumnya yang berasosiasi dengan gerhana ini adalah Gerhana Bulan Penumbra 24 April 2005. Adapun Gerhana Bulan akan datang yang berasosiasi dengan gerhana bulan ini adalah Gerhana Bulan Sebagian pada 16 Mei 2041,” jelas BMKG.

Baca: Akankah Tiga Fenomena Bulan ini Terulang Kembali?

 

Gerhana Bulan Penumbra yang dipantau dari Banda Aceh, Jumat [5 Mei 2023] malam. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Rhorom Priyatikanto, peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional, dikutip dari situs BRIN memaparkan, fenomena Gerhana Bulan Penumbra bisa dilihat di wilayah Indonesia sekitar tengah malam, mulai pukul 21.15 WIB hingga pukul 01.30 WIB.

“Perbedaan umbra dan penumbra pada gerhana Bulan adalah bila ada bagian Bulan yang memasuki umbra, maka bagian tersebut tidak menerima cahaya Matahari, kecuali sebagian kecil yang terbiaskan oleh atmosfer Bumi. Sebaliknya, bagian yang masuk penumbra masih menerima cahaya Matahari,” tuturnya, Kamis [04/05/2023].

Foto: Begini Uniknya Micro Blood Moon Terlama yang Terjadi Seabad Sekali

 

Gerhana Bulan Penumbra terjadi pada 5-6 Mei 2023, mulai pukul 21.15 WIB hingga pukul 01.30 WIB. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Rhorom melanjutkan, masyarakat akan cukup sulit menyaksikan gerhana ini tanpa bantuan kamera, karena hanya peredupan purnama. Gerhana ini tidak seperti gerhana sebagian atau gerhana total yang membuat Bulan tampak kemerahan.

“Untuk menyaksikan fenomena ini, masyarakat dapat mengecek kondisi cuaca lokal dan sempatkan memantau langit malam.”

Baca juga: Indahnya Angkasa Raya Dilihat dari Bosscha

 

Gerhana Bulan Penumbra kali ini merupakan paling redup yang terjadi sejak Februari 2017. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Paling redup

Akun Instagram Planetarium Jakarta menjelaskan, Gerhana Bulan Penumbra kali ini merupakan paling redup yang terjadi sejak Februari 2017. Gerhana seredup ini baru akan terjadi kembali pada September 2042.

 

Penampakan Gerhana Bulan yang terjadi 31 Januari 2018 lalu, dipantau dari Banda Aceh. Foto: Junaidi Hanafiah/Mongabay Indonesia

 

Furqan, masyarakat Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, mengatakan sulit membedakan Gerhana Bulan Penumbra dengan sinar seperti biasa, karena Bulan tetap terlihat dan hanya sedikit redup.

“Awalnya, saya berpikir fenomena ini seperti Gerhana Bulan lainnya, bulan terlihat berbentuk sabit atau justru cahayanya tidak terlihat,” paparnya, Jumat [05/05/2023] malam.

 

Ilustrasi Gerhana Penumbra. Sumber BMKG

 

Exit mobile version