- Perubahan iklim karena pemanasan global dapat menyebabkan perubahan signifikan pada fitoplankton atau ganggang di laut. Sebuah studi yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology menyebutkan, selama beberapa dekade mendatang perubahan ini akan membuat warna lautan menjadi biru dan hijau.
- Para peneliti telah mengembangkan model yang menyimulasikan pertumbuhan dan interaksi berbagai spesies ganggang. Mereka juga menganalisis bagaimana campuran spesies di berbagai lokasi akan berubah warna ketika suhu naik di seluruh dunia.
- Para peneliti juga menyimulasikan cara ganggang menyerap dan memantulkan cahaya, dan bagaimana warna laut berubah ketika pemanasan global mempengaruhi pertumbuhan ganggang.
- Dalam model yang dibuat, para peneliti berkesimpulan bahwa sampai akhir abad ke-21 atau pada 2100, lebih dari 50 persen lautan dunia akan berubah warna, karena perubahan iklim.
Bumi dikenal sebagai planet biru, mungkinkah sebutan itu akan berubah di akhir abad-21? Jawabannya mungkin saja bisa berubah. Hal itu bisa terjadi karena efek dari pemanasan global yang dipengaruhi keberadaan fitoplankton atau ganggang di laut.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat menunjukkan prediksi bahwa daerah biru, seperti subtropis, akan menjadi lebih biru. Hal ini mencerminkan lebih sedikit fitoplankton.
Sementara itu, beberapa daerah yang hijau, seperti di dekat kutub, dapat berubah menjadi lebih hijau. Alasannya, karena suhu yang lebih hangat menghasilkan lebih besar fitoplankton.
“Lautan masih akan terlihat seperti memiliki daerah biru di subtropis dan daerah hijau di dekat khatulistiwa dan kutub,” kata penulis utama Stephanie Dutkiewicz, seorang ilmuwan peneliti utama di MIT’s Department of Earth, Atmospheric, and Planetary Sciences seperti dikutip dari Science Daily, Jumat (5/5/2023).
Hal tersebut diperkuat dalam penelitian lain dalam Jurnal Geophysical Research Letter oleh M. Vargas, dkk. Mereka menyebutkan, bahwa perubahan iklim diperkirakan akan mempengaruhi waktu dan besarnya berbagai kondisi lingkungan. Termasuk suhu, angin, dan curah hujan.
Kata Vargas, di antara dampak lainnya, perubahan tersebut akan menimbulkan respons dalam produktivitas ekosistem laut yang dimanifestasikan oleh perubahan waktu dan besarnya biomassa fitoplankton.
baca : Karang Porites, Bank Data Perubahan Iklim Dunia

Warna Laut Dipengaruhi oleh Klorofil
Warna air laut tergantung pada bagaimana sinar matahari berinteraksi dengan apa pun yang ada di dalam air. Molekul air menyerap hampir semua sinar matahari kecuali bagian biru dari spektrum yang dipantulkan kembali. Oleh karena itu, daerah laut terbuka yang relatif tandus tampak biru tua dari luar angkasa.
Fitoplankton mengandung klorofil. Yakni pigmen yang menyerap sebagian besar bagian biru dari sinar matahari untuk menghasilkan karbon dalam proses fotosintesis. Akibatnya, lebih banyak cahaya hijau dipantulkan kembali dari laut. Sehingga bila dilihat dari luar angkasa, lautan berwarna hijau.
Sejak akhir 1990-an, para peneliti sudah memanfaatkan citra satelit untuk melakukan pengukuran warna laut secara terus menerus. Para ilmuwan menggunakan pengukuran ini untuk mendapatkan jumlah klorofil, dan keberadaan fitoplankton di wilayah laut.
Namun karena metode melihat perubahan warna laut melalui jumlah klorofil memiliki kekurangan. Mereka mengubah model lain untuk memprediksi perubahan fitoplankton dengan meningkatnya suhu dan pengasaman laut.
Model ini mengambil informasi tentang fitoplankton secara lebih detail, seperti apa yang mereka konsumsi dan bagaimana mereka tumbuh. Dengan begitu mereka bisa memperkirakan populasinya berdasarkan panjang gelombang cahaya yang diserap dan dipantulkan oleh laut.
Ketika para peneliti membuat skema dengan menaikkan suhu global dalam model terbarunya hingga 3 derajat Celcius pada tahun 2100, mereka menemukan bahwa panjang gelombang cahaya di pita gelombang biru/hijau merespons paling cepat. Hasilnya, perubahan iklim mengubah susunan fitoplankton, dan membuat perluasan warna lautan.
baca juga : Laut adalah Korban sekaligus Jawaban Perubahan Iklim

Berdasarkan model tersebut, Dutkiewicz memprediksi, pada akhir abad ini, planet bumi yang biru lambat laun tampak berubah warnanya menjadi hijau.
“lima puluh persen akan ada perbedaan nyata terkait warna lautan yang berubah pada akhir abad ke-21 mendatang,” kata dia. “Ini bisa berpotensi sangat serius.”
Dutkiewicz melanjutkan jika perubahan iklim menggeser satu komunitas fitoplankton, maka itu juga akan mengubah jenis makanan mereka. Tentu saja hal yang tidak normal ini bakal otomatis menganggu fungsi yang sudah terbentuk selama jutaan tahun.
Menurutnya, fenomena yang telah dimodelkan itu bisa menjadi peringatan ihwal perubahan iklim dan dampaknya pada ekosistem laut. Ia menyarankan agar citra satelit bisa melakukan riset melalui gambar yang mereka tangkap tentang perubahan warna laut. Dengan begitu laju perubahan iklim bisa segera diantisipasi minimal “mendinginkan” suhu bumi.
Sumber: sciencedaily.com, dan doi.org