Mongabay.co.id

Perubahan Iklim Berpotensi Ubah Warna Permukaan Laut di Akhir Abad ke-21

 

Bumi dikenal sebagai planet biru, mungkinkah sebutan itu akan berubah di akhir abad-21? Jawabannya mungkin saja bisa berubah. Hal itu bisa terjadi karena efek dari pemanasan global yang dipengaruhi keberadaan fitoplankton atau ganggang di laut.

Sebuah studi yang dilakukan oleh Massachusetts Institute of Technology (MIT) Amerika Serikat menunjukkan prediksi bahwa daerah biru, seperti subtropis, akan menjadi lebih biru. Hal ini mencerminkan lebih sedikit fitoplankton.

Sementara itu, beberapa daerah yang hijau, seperti di dekat kutub, dapat berubah menjadi lebih hijau. Alasannya, karena suhu yang lebih hangat menghasilkan lebih besar fitoplankton.

“Lautan masih akan terlihat seperti memiliki daerah biru di subtropis dan daerah hijau di dekat khatulistiwa dan kutub,” kata penulis utama Stephanie Dutkiewicz, seorang ilmuwan peneliti utama di MIT’s Department of Earth, Atmospheric, and Planetary Sciences seperti dikutip dari Science Daily, Jumat (5/5/2023).

Hal tersebut diperkuat dalam penelitian lain dalam Jurnal Geophysical Research Letter oleh M. Vargas, dkk. Mereka menyebutkan, bahwa perubahan iklim diperkirakan akan mempengaruhi waktu dan besarnya berbagai kondisi lingkungan. Termasuk suhu, angin, dan curah hujan.

Kata Vargas, di antara dampak lainnya, perubahan tersebut akan menimbulkan respons dalam produktivitas ekosistem laut yang dimanifestasikan oleh perubahan waktu dan besarnya biomassa fitoplankton.

baca : Karang Porites, Bank Data Perubahan Iklim Dunia

 

Foto satelit NASA menunjukkan permukaan air laut berwarna kehijauan karena pertumbuhan secara massif fitoplankton di lepas pantai New York (atas) dan New Jersey (kiri) pada Agustus 2015. Foto : NASA via AP

 

Warna Laut Dipengaruhi oleh Klorofil

Warna air laut tergantung pada bagaimana sinar matahari berinteraksi dengan apa pun yang ada di dalam air. Molekul air menyerap hampir semua sinar matahari kecuali bagian biru dari spektrum yang dipantulkan kembali. Oleh karena itu, daerah laut terbuka yang relatif tandus tampak biru tua dari luar angkasa.

Fitoplankton mengandung klorofil. Yakni pigmen yang menyerap sebagian besar bagian biru dari sinar matahari untuk menghasilkan karbon dalam proses fotosintesis. Akibatnya, lebih banyak cahaya hijau dipantulkan kembali dari laut. Sehingga bila dilihat dari luar angkasa, lautan berwarna hijau.

Sejak akhir 1990-an, para peneliti sudah memanfaatkan citra satelit untuk melakukan pengukuran warna laut secara terus menerus. Para ilmuwan menggunakan pengukuran ini untuk mendapatkan jumlah klorofil, dan keberadaan fitoplankton di wilayah laut.

Namun karena metode melihat perubahan warna laut melalui jumlah klorofil memiliki kekurangan. Mereka mengubah model lain untuk memprediksi perubahan fitoplankton dengan meningkatnya suhu dan pengasaman laut.

Model ini mengambil informasi tentang fitoplankton secara lebih detail, seperti apa yang mereka konsumsi dan bagaimana mereka tumbuh. Dengan begitu mereka bisa memperkirakan populasinya berdasarkan panjang gelombang cahaya yang diserap dan dipantulkan oleh laut.

Ketika para peneliti membuat skema dengan menaikkan suhu global dalam model terbarunya hingga 3 derajat Celcius pada tahun 2100, mereka menemukan bahwa panjang gelombang cahaya di pita gelombang biru/hijau merespons paling cepat. Hasilnya, perubahan iklim mengubah susunan fitoplankton, dan membuat perluasan warna lautan.

baca juga : Laut adalah Korban sekaligus Jawaban Perubahan Iklim

 

Foto satelit NASA menunjukkan permukaan air laut berwarna kebiruan karena pertumbuhan secara fitoplankton yang masif di berbagai wilayah laut di bumi. Foto : NASA

 

Berdasarkan model tersebut, Dutkiewicz memprediksi, pada akhir abad ini, planet bumi yang biru lambat laun tampak berubah warnanya menjadi hijau.

“lima puluh persen akan ada perbedaan nyata terkait warna lautan yang berubah pada akhir abad ke-21 mendatang,” kata dia. “Ini bisa berpotensi sangat serius.”

Dutkiewicz melanjutkan jika perubahan iklim menggeser satu komunitas fitoplankton, maka itu juga akan mengubah jenis makanan mereka. Tentu saja hal yang tidak normal ini bakal otomatis menganggu fungsi yang sudah terbentuk selama jutaan tahun.

Menurutnya, fenomena yang telah dimodelkan itu bisa menjadi peringatan ihwal perubahan iklim dan dampaknya pada ekosistem laut. Ia menyarankan agar citra satelit bisa melakukan riset melalui gambar yang mereka tangkap tentang perubahan warna laut. Dengan begitu laju perubahan iklim bisa segera diantisipasi minimal “mendinginkan” suhu bumi.

 

Sumber: sciencedaily.com, dan  doi.org

 

Exit mobile version