Mongabay.co.id

Kematian Beruntun Gajah di Barumun, Bagaimana Upaya Pencegahan?

 

 

 

 

 

Gajah-gajah Sumatera sedang bermain di area Suaka Margasatwa Barumun. Ada yang saling kejar berakhir di sekitar danau buatan yang penuh dengan air segar. Mereka menceburkan diri ke dalam sambil berendam dan meminum sepuasnya.

Syukur Alfajar biasa disapa Sugeng, pengurus Suaka Margasatwa Barumun, memandangi gajah-gajah itu dari kejauhan di lantai dua bangunan di suaka itu,  Februari lalu.  Saat itu, sudah 18 bulan Sugeng tidak lagi bertanggung jawab menangani gajah-gajah korban konflik ini.

“Lebih dari lima tahun saya mengurus gajah-gajah itu, sekarang tidak lagi, saya diembankan untuk mengurusi harimau Sumatera di Suaka Barumun ini, ” kata Sugeng, sapaan akrabnya, belum lama ini.

Di Barumun, satwa ini seperti gajah-gajah liar yang hidup di habitat asli, tak ditunggangi dan angon bebas dalam kawasan yang begitu luas.

Tumbuh kembang gajah Sumatera di Barumun ini sampai ke telinga Nadia Hutagalung dan grup band Slank. Bimbim dan Kaka serta personil Slank datang melihat bagaimana gajah-gajah ini hidup bebas di suaka ini.

Slank berkunjung ke Barumun Nagari Juli 2019, Nadia datang Agustus 2019. Keduanya melihat gajah-gajah di sana begitu sehat dan terurus dengan baik.  Kala itu Sugeng masih memegang urusan gajah.

Kaka, sang vokalis berharap, perlindungan gajah Sumatera terus ditingkatkan dan penegakan hukum terhadap pelaku kejahatan satwa liar terus dijalankan.

Kala itu, Bimbim senang ketika Dwiki, gajah jantan dewasa mengizinkan gadingnya yang panjang itu dipegang. Selain berkenalan dan berinteraksi langsung dengan Dwiki, personil band ini juga berkenalan dengan gajah lain antara lain,  Dargo, Fitri dan Kety.

Kenangan itu begitu membekas di hati Sugeng. Dia ingat betul, ketika gajah-gajah itu diajak berkeliling personil band ini.

Nadia tak kalah girangnya ketika bisa bercentrama dengan Dwiki. Menurut Sugeng, perempuan Batak itu sempat mengatakan Barumun Nagari satu dari 10 tempat di dunia yang terbaik dalam mengurus gajah-gajah korban konflik.

 

Pemeriksaan kesehaan gajah oleh dokter hewan BNWS. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Satu per satu mati

Bagaimana nasib gajah-gajah yang pernah bertemu Slank dan Nadia ini? Empat sudah mati sepanjang 2022 sampai Februari 2023. Mulai dari Dargo, lalu Fitri. Belum lagi duka usai, Katy pun meregang nyawa. Ada juga Dwiki, gajah yang pernah di Suaka Barumun,  menyusul mati. Dwiki mati tak berapa lama setelah dipindahkan ke Aek Nauli Elephant Conservation Camp (ANECC).

Empat gajah yang tewas itu pernah dikagumi personil Slank ketika berkunjung ke Barumun.  Tak ada penjelasan dari BBKSDA Sumatera Utara soal kematian tiga gajah di Barumun. Berdasarkan informasi, gajah-gajah ini mati diduga keracunan.

Hasil nekropsi dan pemeriksaan laboratorium juga menyebutkan ada senyawa kimia pestisida di lambung ketiga gajah hingga terjadi kerusakan lambung.

Mengapa ada senyawa kimia pestisida yang begitu banyak di lambung gajah-gajah ini belum ada satu pihak pun yang memberikan penjelasan.

Penyidik Seksi Wilayah I Balai Penegakan Hukum KLHK Wilayah Sumatera Tengah bergerak mendalami penyebab kematian satwa dilindungi ini.

“Hasilnya di tangan PPNS. Itu kewenangan mereka, kami tidak mau mengganggu penyelidikan PPNS,” kata Rudianto Saragih Napitu, kala masih Kepala BBKSDA Sumut,  Februari lalu.

Dia hanya memberikan penjelasan dan kronologis kematian Dwiki yang dipindahkan ke Aek Nauli. Menurut dia, bermula 18 Desember 2022, gajah Dwiki dan Dini pindah dari Barumun ke ANECC.

Kaka berfoto dengan gajah Dwiki ketika berkunjung ke BNWS. Dwiki mati ketika dipindah ke Aek Nauli dengan kondisi malnutrisi. Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

 

Saat pemindahan gajah selalu didampingi tim medis dokter hewan dari Vesswic. Setelah sampai di ANECC dilakukan perawatan intensif dengan pakan, obat-obatan dan vitamin.

Ketika dibawa ke Aek Nauli,  Dwiki sedang sakit, ada luka menganga di dagu. Dia bilang, 7-8 Januari, Tim Medis Vesswic, dokter hewan Daniel Sianipar dan Munhar kunjungan ke ANECC untuk monitoring kesehatan Dwiki dan Dini.

Saat pemeriksaan kesehatan Dwiki, ada luka luar di pipi kanan sudah mulai membaik dan gajah sudah mulai makan serta minum walaupun sedikit. Minggu kedua Februari 2023, Dwiki mulai mengalami perubahan perilaku, tak mau makan.

Pada 11 Februari, dokter Vesswic turun ke ANECC. Tim dibantu Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati Spesies dan Genetik  dengan mengirimkan dokter hewan ahli gajah dari Taman Safari Indonesia (TSI),  Bongot Huaso Muka dan M. Nanang Tejolaksono.

Tindakan mereka dengan memberikan 100 botol infus, obat-obatan dan vitamin. Kondisi Dwiki makin melemah, akhirnya 14 Februari, dinyatakan mati.

Setelah pemeriksaan,  Dwiki mengalami infeksi gigi kanan bawah hingga tak bisa tumbuh normal. Gigi graham atas yang sehat tidak tumbuh normal. Penampakan gigi menjadi asimetris antara kiri dan kanan. Kelainan struktur gigi ini mengakibatkan gajah sulit makan, makanan berkurang hingga berdampak pada lambung.

Tindakan nekropsi juga dilakukan. Hasilnya, ada luka rahang bagian dalam hingga gajah tak mau makan berujung kematian.


Penyebab dan antisipasi?

Dokter hewan Muhammad Wahyu, Direktur Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (Vesswic) dan Direktur Yayasan Ganesha Aksara Sumatera mengatakan, dari pengalaman mereka, kebanyakan gajah mati karena faktor usia, terserang virus maupun pemberian asupan pakan tak benar.

Untuk kasus kematian beruntun gajah Sumatera di Barumun Nagari dan Aek Nauli, katanya,  memang kabar mengejutkan apalagi satu dari empat gajah masih berusia sangat muda sekitar empat tahun.

Dari hasil nekropsi Vesswic, mereka temukan gajah mati disebabkan perubahan pakan atau asupan pakan di Aek Nauli yang merangsang atau ada energi cukup tinggi untuk bakteri tumbuh. Gajah  jadi diare berat berujung dehidrasi berat dan menyebabkan kemunculan gejala-gejala penyakit lain. Juga ditemukan beberapa kelainan (penyakit kronis) tetapi tak jadi penyebab kematian.

Penyakit kronis itu diprakondisikan terutama pola asupan pakan di Barumun Nagari. Dari analisis-analisis itu, mereka merekomendasikan agar evaluasi pola pemeliharaan dan asupan pakan dari tempat asal usul gajah yakni Barumun Nagari.

Vesswic,  katanya, sudah berbicara dengan manajemen Barumun Nagari untuk mengambil langkah-langkah dalam pola pemeliharaan. Dalam waktu dekat,  manajemen Barumun Nagari akan pelatihan dasar bagi mahot dengan menghadirkan mahot senior nasional untuk kembali menyegarkan pengetahuan dan keahlian.

Tujuannya, kata Wahyu,  agar dapat melaksanakan sesuai pola pemeliharaan gajah dan mengevaluasi kekurangan-kekurangan daya dukung di lokasi itu. Rekomendasi ini, juga mereka sampaikan kepada Kepala Balai BBKSDA Sumut.

Untuk penanganan penyakit atau virus yang terjangkit pada gajah-gajah Sumatera ini, katanya,  langkah cepat harus lewat peningkatan kapasitas dari dokter hewan yang bertugas di pusat-pusat pelatihan gajah atau lokasi pengembangbiakan gajah Sumatera di Sumut.

Terkait kontak langsung antara manusia dan gajah yang berisiko zoonosis, katanya, di Indonesia tak dapat dihindari misal saat pemeriksaan kesehatan, mencari makanan atau mengangon serta pemindahan.

Belakangan gajah Sumatera ada yang terserang virus  elephant endotheliotropic herpesviruses/EEVH), seperti terjadi di Riau. Khusus untuk kasus EEHV, kata Wahyu,  tak ada hubungan dengan zoonosis karena sampai saat ini pola penularan penyakit ini belum diketahui pasti dari mana. Untuk itu, masih jadi pekerjaan rumah.

Saat ini,  pola antisipasi virus ini dengan pengenalan indikasi-indikasi penyakit herpes kepada mahot.

Apabila,  ada gejala bisa segera lapor ke dokkter hewan. Dari gejala kemunculan penyakit ini, katanya, dokter hewan akan lakukan langkah cegah penyebaran.

“Di Indonesia kapasitas manajemen baik itu dokter hewan maupun mahot dan pemilik pengelola harus terus ditingkatkan. Inilah yang sementara bisa dilakukan.”

 

 

Dalam lima bulan, rentang 2022 sampai Februari 2023, ada empat gajah yang berada dan berasal dari Suaka Barumun, mati. Apa penyebabnya? Foto: Ayat S Karokaro/ Mongabay Indonesia

*********

 

Exit mobile version