- Kucing hutan bukan merupakan satwa asli yang bisa ditemukan di kawasan Wallacea.
- Faktor geologis terpisahnya Paparan Sahul dan Paparan Sunda menjadi alasan kenapa kucing hutan tidak ditemukan di kawasan Wallacea
- Meski demikian, ada banyak kemungkinan temuan suatu spesies kucing hutan di area yang bukan sebaran aslinya. Hal itu bisa saja terjadi semisal kucing hutan yang dipelihara orang terlepas atau sengaja dilepas.
- Secara umum hewan ini memiliki karakteristik sebagai predator, bergantung pada satwa, reproduksi rendah, dan daya jelajah tinggi. Satwa ini juga termasuk soliter dan teritorial serta memiliki karakter yang elusif [sulit dipahami] dan kriptif [sulit dipelajari].
Seekor satwa liar membuat kaget sebagian penghuni rumah di Desa Uwedikan, Kecamatan Luwuk Timur, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Satwa tersebut memasuki halaman belakang warga dan memangsa ayam peliharaan. Warga menyebut perawakan hewan liar itu sebagai kucing hutan.
“Ini bukan kali pertama masyarakat menemukan kucing hutan masuk kampung. Masyarakat di sini menyebutnya pojek, kalau Bahasa Indonesia namanya kucing hutan,” kata Al Azis, warga di Desa Uwedikan kepada Mongabay Indonesia, Sabtu, 6 Mei 2023.
Hewan yang disebut kucing hutan tersebut berasal dari hutan di belakang kampung dan memangsa ayam, baik yang di kandang atau yang dilepas. Beberapa bulan sebelumnya, kata Azis, hewan tersebut masuk kampung dan sempat ditangkap, sebelum dilepas kembali ke hutan.
“Ternyata hewan ini kembali ke kampung dan memangsa ayam. Akhirnya ditangkap warga lalu dimasukan ke kandang. Tidak bisa dipastikan apakah kucing hutan ini individu yang sama dengan sebelumnya,” ungkap Azis.
Benarkah itu kucing hutan?
Baca: Kucing Hutan Itu Terpantau di Kawasan Taman Nasional Batang Gadis
Setelah diidentifikasi, temuan warga tersebut bukanlah kucing hutan, melainkan musang sulawesi. Menurut Erwin Willianto, dari Save Indonesian Nature & Threatened Species [SINTAS] Indonesia dan anggota Fishing Cat Working Group, musang sulawesi memang sangat unik bentuknya.
Untuk membedakannya, musang sulawesi memiliki ciri-ciri mulut memanjang seperti moncong dan ekor rata-rata sama panjang atau lebih panjang dari badannya. Ciri lainnya, tubuh musang sulawesi didominasi warna cokelat dan pucat dengan bintik-bintik cokelat tipis di sisi serta punggung bagian bawah.
Baca: Dijuluki Satwa Misterius, Begini Penampakan Musang Sulawesi
Tidak Ditemukan di Wallacea
Seperti diketahui, Kabupaten Banggai berada di sebelah timur Pulau Sulawesi. Wilayah ini berada dalam kawasan Wallacea yang terkenal memiliki flora dan fauna dengan tingkat keragaman dan endemisitas sangat tinggi dan unik di Indonesia. Wallacea merupakan kawasan biogeografi yang meliputi Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Ambon, Halmahera, Seram, dan gugusan kepulauan kecil di wilayah sekitarnya.
Wilayah ini disebut sebagai kawasan Wallacea merujuk pada nama seorang naturalis asal Inggris bernama Alfred Russel Wallace. Dia telah menjajaki kepulauan di Nusantara lebih 150 tahun lalu dan mengembangkan teori tentang seleksi alam.
Menurut Erwin Willianto, kucing hutan atau kucing liar jenis lainnya memang tidak ditemukan sebagai satwa endemik di kawasan Wallacea. Hal ini dikarenakan faktor geologis, terpisahnya Paparan Sahul [Sulawesi ke arah timur] yang banyak dipengaruhi ciri Australasia dan Paparan Sunda di bagian barat Indonesia, yang banyak dipengaruhi ciri Asia. Dahulunya, keluarga kucing-kucing-an ini berevolusi dan menyebar ke seluruh penjuru daratan.
“Ini juga yang menyebabkan kenapa tidak adanya kucing liar asli di Benua Australia,” ungkapnya.
Baca juga: Warga Lamongan Kembali Selamatkan Kucing Hutan
Namun menurut Erwin, kondisi sekarang ada banyak kemungkinan temuan suatu spesies kucing hutan di area yang bukan sebaran aslinya. Hal itu bisa saja terjadi, semisal kucing hutan yang dipelihara orang terlepas atau sengaja dilepas.
Selain itu, ada juga kucing bengal yang merupakan hasil kawin silang antara kucing hutan dan kucing domestik, yang memiliki kemiripan dengan morfologi kucing hutan.
Kucing hutan [Prionailurus bengalensis], di Indonesia sebaran aslinya hanya akan ditemukan di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Secara umum, satwa ini memiliki karakteristik sebagai predator, bergantung pada satwa, reproduksi rendah, dan daya jelajah tinggi. Satwa ini juga termasuk soliter dan teritorial serta memiliki karakter elusif [sulit dipahami] dan kriptif [sulit dipelajari].
Berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi, terdapat jenis-jenis kucing liar yang dilindungi di Indonesia. Ada kucing merah [Catopuma badia], kucing emas [Catopuma temminckii], macan dahan [Neofelis diardi], macan tutul [Panthera pardus melas], harimau sumatera [Panthera tigris sumatrae], kucing batu [Pardofelis marmorata], kucing kuwuk atau kucing hutan [Prionailurus bengalensis], kucing tandang [Prionailurus planiceps], dan kucing bakau [Prionailurus viverrinus].