Mongabay.co.id

Ilmuwan Ungkap Keberadaan Terumbu Karang Kuno di Laut Galapagos

 

Ekspedisi Galapagos Deep 2023 yang berlangsung pada 27 Maret hingga 22 April, berhasil mengungkap “harta karun” laut yang amat berharga bagi ilmu pengetahuan. Sebanyak 21 ilmuwan menemukan terumbu karang paling kuno di kawasan Cagar Alam Laut Galapagos di Ekuador.

Wilayah laut ini memang masih misteri. Tak banyak yang berhasil diungkap. Belum pernah juga dipetakan sekalipun dengan teknologi canggih manapun. Agaknya karena itu kapal “robot” human-occupied vehicle (HOV) Alvin coba dilibatkan. Dan berhasil membuat senang hati para peneliti.

Ekspedisi ini merupakan konsorsium dari Woods Hole Oceanographic Institution (WHOI), University of Bristol (Inggris), Boise State University (AS), dan University of Essex, bekerja sama dengan Direktorat Taman Nasional Galapagos (GNPD), Yayasan Charles Darwin dan Institut Oseanografi dan Antartika Angkatan Laut Ekuador (INOCAR). Ekspedisi ini didanai oleh US National Science Foundation (NSF) dan Natural Environmental Research Council (NERC) di Inggris.

baca : Gelasa, Pulau Perawan Bertabur Terumbu Karang Purba

 

Kapal riset yang digunakan oleh tim ekspedisi Galapagos Deep 2023. Foto : Tim Ekspedisi Galapagos

 

Kepulauan Galapagos dari gambar udara. Foto : Tim Ekspedisi Galapagos.

 

Struktur terumbu yang mengesankan dijelajahi dan direkam lewat video 4K melalui HOV Alvin. Terumbu karang yang belum terdokumentasikan ini ditemukan pada kedalaman 400-600 meter di puncak gunung laut yang sebelumnya tidak terpetakan di bagian tengah kawasan lindung Galapagos.

Para peneliti menggambarkan detail terumbu karang laut dalam kuno tersebut sebagai tempat tinggal bagi perpaduan stuktur geologi dan keragaman biotanya. Ini merupakan momen pertama kali didokumentasikan sejak Cagar Alam Laut Galapagos disahkan pada tahun 1998.

Meliputi sekitar 51.000 mil persegi di lepas pantai Ekuador, Cagar Alam Laut Galapagos merupakan salah satu kawasan konservasi laut terbesar keempat di dunia. Dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang sangat besar, termasuk banyak spesies yang unik di daerah yang terbentang sejauh 133,000 kilometer persegi.

Hasil itu menarik komitmen Menteri Lingkungan Hidup Ekuador, Jose Antonio Dávalos. Dia bilang, “Ini adalah berita yang menggembirakan untuk melindungi 30% lautan dunia pada tahun 2030. Terlebih, kekayaan laut Ekuador yang belum dijelajahi adalah alasan untuk berusaha mencapai komitmen Global Ocean Alliance.”

Jose berkeinginan temuan karang kuno makin menegaskan tekad pemerintah untuk membangun kawasan lindung laut baru di Ekuador sekaligus mempromosikan perlindungan kawasan lindung laut regional di Pasifik Tropis Timur. Tujuan akhirnya yakni menyelaraskan kepentingan ekonomi dan konservasi.

baca juga : Studi Terbaru, Terumbu Karang di Pasifik Timur Mampu Bertahan dari Pemanasan Global Hingga 2060

 

Lengan wahana HOV Alvin mengumpulkan sampel dari singkapan berbatu di puncak punggungan, dihuni oleh karang air dingin, lobster jongkok, anemon, bintang keranjang, dan ikan laut dalam. Foto : L. Robinson (U. Bristol), D. Fornari (WHOI), M. Taylor (U. Essex), D. Wanless (Boise State U.) Fasilitas MISO NSF/NERC/HOV Alvin/WHOI, Lembaga Oseanografi Woods Hole 2023

 

Sebelum penemuan ini, Wellington Reef di lepas pantai Pulau Darwin sebelah utara dianggap sebagai salah satu dari sedikit terumbu karang dangkal struktural di Kepulauan Galapagos yang selamat dari peristiwa El Nino 1982-1983. Catatan geologis tersebut manjadi pijakan dalam upaya mitigasi anomali iklim saat ini.

Apalagi penemuan baru para ilmuwan di HOV Alvin menunjukkan bahwa karang laut dalam yang terlindung kemungkinan telah bertahan selama berabad-abad. Penemuan ini juga mendukung keanekaragaman laut yang kaya, beragam, dan unik. Terutama daya adaptasinya.

Para peneliti beranggapan bahwa menjelajahi, memetakan, dan mengambil sampel Galapagos adalah kesempatan untuk menerapkan teknologi pemetaan dasar laut pada abad ke-21. Teknik pencitraan laut dalam dengan sistem pencitraan video 4K berkualitas tinggi dan ultra-high definition dinilai sangat efektif mengungkap proses vulkanik dan biologis di Galapagos. Metode semacam ini sangat memungkinkan dilakukan di daerah lain.

Dr. Stuart Banks, Peneliti Kelautan Senior di Charles Darwin Foundation, menambahkan, terumbu karang yang ditemukan dengan usia tua (kuno) di Galapagos itu unik. Tidak banyak ditemukan di lautan di dunia. Bagi dia, penemuan ini memberikan referensi untuk memahami betapa pentingnya terumbu karang sebagai warisan keanekaragaman hayati alam laut.

“Ini juga membantu kita merekonstruksi lingkungan laut masa lalu untuk memahami perubahan iklim masa kini,” ujarnya seperti dikutip dari rilis www.whoi.edu, Sabtu (6/5/2023).

baca : Unik, Terumbu Karang jadi Obat Kulit bagi Lumba-lumba

 

Tangkapan layar terumbu karang kuno yang berhasil direkam dengan kualitas video 4K di Laut Dalam Galapagos. Foto : Tim Ekspedisi Galapagos.

 

Salah satu pemandangan terumbu karang yang berada di laut galapagos. Foto : Tim Ekspedisi Galapagos

 

Sementara menurut Dr. Michelle Taylor, co-lead ekspedisi dan Ketua Deep Sea Society dari University of Essex, pentingnya penemuan ini tak lain adalah tentang bagaimana proses penciptaan atau terbentuknya habitat di laut. Terutama yang membikin Taylor penasaran karena terumbu yang ditemukan memiliki 50-60% karang hidup, artinya karang jenis ini memang sudah sangat langka. Padahal terumbu karang ini menjadi tumpuan atau pusat persebaran biota laut yang mengagumkan.

“Terumbu karang yang baru ditemukan ini berpotensi memiliki signifikansi secara global. Ini menjadi situs yang dapat kita pantau dari waktu ke waktu secara simultan untuk melihat bagaimana habitat laut berevolusi. Tentu ini sangat berguna untuk dikembangkan mengingat kita sedang menghadapi krisis iklim,” tambahnya.

Berdasarkan laporan Sciencedaily, temuan ilmiah ini membantu menginformasikan tindakan pengelolaan dan konservasi yang efektif bagi konservasi terumbu karang. Momentum ini penting karena negara-negara Pasifik-Tropis di Timur Panama, Kosta Rika, Kolombia, dan Ekuador juga mulai peduli dan secara aktif berkolaborasi untuk melindungi dan mengelola lautan secara bertanggung jawab.

 

 

Sumber :  sciencedaily.com dan  whoi.edu

 

 

Exit mobile version