Mongabay.co.id

Mikroplastik, Ancaman Nyata di Kehidupan Kita

Kondisi dasar sungai Brantas yang penuh sampah plastik di Sengguruh, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

 

Sejumlah penelitian membuktikan, material plastik kecil yang disebut mikroplastik bukan hanya mencemari lingkungan, namun juga bisa membunuh biota, tertingggal di jaringan tubuh manusia, dan menimbulkan masalah kesehatan serius. Ukurannya yang sangat kecil membuatnya bisa melewati jaringan membran biologis dengan mudah.

Mikroplastik ada di mana-mana. Kontaminasi bahan sintetik ini tidak hanya terjadi di laut, darat, tapi juga udara. Ukurannya yang kecil, antara 0,1 mm hingga 5 mm, membuatnya mudah berpindah tempat. Misalnya, karena terbawa air atau angin.

Terlebih, degradasi material plastik semakin hari semakin kecil hingga ukuran nano, yaitu antara 0,001 hingga 0,1 mm atau yang kini disebut nanoplastik.

Perhatian para peneliti terhadap keberadaan mikroplastik di udara akhir-akhir pun semakin meningkat. Beberapa riset dilakukan dengan mengambil contoh udara di berbagai kota besar dunia dan diperiksa di laboratorium. Sebagai informasi, mikroplastik dan bahkan nanoplastik mudah terhirup dan masuk ke jaringan tubuh manusia saat bernapas.

“Bernapas dalam plastik di Metro Manila, Filipina”, begitu potongan judul sebuah laporan penelitian di jurnal Environmental Science and Pollution Research, 2 Maret 2023. Laporan itu menyebutkan, dari beberapa kota di Filipina yang diteliti telah ditemukan mikroplastik dengan konsentrasi berbeda, kebanyakan adalah polyester.

Kajian itu memperkirakan, satu orang dewasa di Metro Manila menghirup 1 SAMP [Suspended Atmospheric Microplastics] jika berada di luar ruang/ambient air dalam 99 hingga 132 jam.

Baca: Ikan Robot untuk Atasi Persoalan Mikroplastik

 

Kondisi dasar sungai Brantas yang penuh sampah plastik di Sengguruh, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Foto: Falahi Mubarok/Mongabay Indonesia

 

Kajian lainnya di China menunjukkan, jumlah mikroplastik yang ditemukan pada debu jatuh [dustfall] rata-rata mencapai 123,6 item setiap gram. Rata-rata ukuran mikroplastik yang ditemukan pada wilayah urban di Beijing adalah 66,62 mikrometer [1 mm sama dengan 1.000 mikrometer]. Terbanyak adalah mikroplastik berbahan polypropylene dan polyamide. Kajian itu muncul pada jurnal Science of The Total Environment, 10 September 2022.

Karena ukurannya yang sangat kecil, mikroplastik juga lebih mudah tersebar. Baik disebabkan oleh pergerakan manusia maupun oleh cuaca. Mikroplastik dari daratan sangat mungkin terbawa oleh angin dan jatuh ke wilayah lain, misalnya lingkungan perairan baik karena gravitasi maupun hujan.

Baca: Memprihatinkan, Satwa Laut di Bali dan NTB Makin Beresiko Keracunan karena Ini…

 

Seekor pari manta tampak dikelilingi sampah di perairan Manta Bay, Nusa Penida, Bali. Foto: Marine Megafauna Foundation

 

Kajian mikroplastik di atmosfer

Mengutip laporan yang dimuat dalam International Journal of Environmental Science and Technology, 26 Mei 2022, bahan plastik dimanfaatkan sangat luas. Dalam ukuran kecil bahkan digunakan untuk produk perawatan pribadi dan penambah kekentalan pasta gigi. Data terbaru menunjukkan, pengemasan dan konstruksi merupakan pengguna akhir utama dari plastik. Sementara industri otomotif menjadi konsumen terbesar ketiga.

Masih dari laporan yang sama, mikroplastik bisa ditemukan di puncak Gunung Everest hingga laut dalam. Terkait keberadaan mikroplastik di darat dan laut sudah banyak kajian yang mengulasnya. Namun khusus keberadaannya di atmosfer masih sedikit peneliti yang mengkaji.

Penelitian tentang ini baru dilakukan pada 2017, yang menunjukkan bahwa konsentrasi mikroplastik di dalam ruangan berkisar antara 1 hingga 60 serat per meter kubik udara. Sementara di luar ruang, konsentrasinya lebih rendah yaitu 0,3 hingga 1,5 serat per meter kubik.

Sementara penelitian tentang mikroplastik yang jatuh dari atmosfer berbeda-beda, tergantung lokasi penelitian. Karena fenomena alam seperti kecepatan angin, arah angin, hingga turbulensi mempengaruhi kepadatan mikroplastik di suatu wilayah. Namun, mikroplastik yang dihasilkan kota-kota besar menjadi lebih mudah ditemukan di tempat-tempat terpencil.

Baca juga: Studi: Memprihatikan, Hiu di Lautan pun Kini Terpapar Mikroplastik

 

Mikroplastik yang berasal dari plastik, kini sudah memasuki tubuh manusia, di darah dan paru-paru. Foto: 5Gyres/Universitas Oregon State

 

Banyak penelitian yang mengaitkan mikroplastik dengan gangguan kesehatan manusia. Misalnya, temuan mikroplastik dalam kotoran manusia yang sakit radang usus. Diduga, mikroplastik ikut mempengaruhi mikrobioma pada usus. Temuan lainnya, mikroplastik bisa berada dalam aliran darah manusia yang berpotensi mengganggu organ dalam. Mikroplastik di udara yang terhirup diketahui meningkatkan kemungkinan iritasi saluran napas dan berpengaruh pada penderita asma.

Penggunaan kemasan ramah lingkungan bisa menjadi solusi untuk mengurangi dampak plastik ke ekosistem. Pengembangan bioplastik juga harus didorong, termasuk pemanfaatan bakteri untuk mendegradasi plastik. Sementara, manajemen pengelolaan sampah plastik perlu ditingkatkan agar sampah plastik bisa dimanfaatkan kembali, seperti menjadi energi untuk meminimalkan dampak kerusakan lingkungan.

 

Exit mobile version