Mongabay.co.id

Studi: Meski Sudah Didaur Ulang, Mikroplastik Masih Tetap Jadi Sumber Pencemar

 

Sebuah penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa fasilitas daur ulang plastik masih tetap melepaskan air limbah yang mengandung miliaran partikel plastik kecil. Hal ini berkontribusi pada pencemaran saluran air dan membahayakan kesehatan manusia.

Sampel air yang diambil dari fasilitas daur ulang di sebuah lokasi di Inggris, -yang namanya tidak disebutkan telah melepaskan hingga 75 miliar mikroplastik, berukuran kurang dari 5 milimeter per meter kubik air limbah setiap tahunnya. Jumlah itu adalah sekitar 6 persen dari jumlah plastik yang masuk fasilitas daur ulang.

Para peneliti pun membandingkan air limbah sebelum dan sesudah masuk ke sistem penyaringan air dipasang. Hasilnya, meski sistem telah menyaring sekitar 90 persen mikroplastik yang lebih besar dari 10 μm, namun tidak menghilangkan potongan yang lebih kecil dari 10 μm.

 

Sebuah studi baru-baru ini menunjukkan bahwa banyak instalasi pengolahan air limbah tidak dapat menyaring mikroplastik kecil. Foto: Ryan Levi/KOMU 8 melalui Flickr (CC BY 2.0).

Baca juga: Mikroplastik, Ancaman Nyata di Kehidupan Kita

 

Dalam jurnal yang diterbikan dalam Journal of Hazardous Materials Advances, menunjukkan fasilitas daur ulang memproduksi hingga 2.933 metrik ton mikroplastik setiap tahun sebelum sistem penyaringan air, dan hingga 1.366 metrik ton mikroplastik dihasilkan per tahun setelah sistem difungsikan.

“Angkanya amat mengejutkan,” sebut Erina Brown, penulis utama penelitian ini sekaligus seorang peneliti di University of Strathclyde di Skotlandia, kepada Mongabay.

“Lebih dari 80 persen partikel yang berukuran di bawah 10 mikron, sangat berbahaya buat manusia maupun organisme lain. Dari organisme yang besar hingga zooplankton kecil.”

Dunia saat ini memproduksi hampir 400 juta metrik ton plastik setiap tahun, tetapi hanya sekitar 9 persen yang didaur ulang. Artinya, fasilitas daur ulang plastik global dapat menghasilkan sekitar 2 juta metrik ton limbah mikroplastik setiap tahun.

“Mengingat ukuran partikel mikroplastik ini, maka dampak lingkungan dan juga risiko tertelan semua jenis invertebrata, biota, dan manusia sungguh amat mengkhawatirkan,” ungkap Deonie Allen, peneliti mikroplastik di University of Birmingham di Inggris dan University Canterbury di Selandia Baru.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat lepasan mikroplastik di udara di sekitar fasilitas daur ulang plastik, menunjukkan 61 persennya terdiri dari partikel berukuran kurang dari 10 μm. Jika terhirup, ukuran plastik sebesar ini dapat menyebabkan penyakit paru interstisial dan penyakit pernapasan lainnya.

“Kita harus mulai memikirkan tentang kesehatan para pekerja, mereka harus memakai masker di dalam pabrik pengolahan limbah,” kata Brown.

 

Dunia memproduksi hampir 400 juta metrik ton plastik setiap tahun, tetapi hanya sekitar 9 persen yang didaur ulang.Foto: Eko Widianto/Mongabay Indonesia

Baca juga: Peneliti: Dampak Mikroplastik Terhadap Kesehatan Manusia Perlu Kajian Lebih Lanjut

 

Kendala pun diakui oleh Ian Williams, seorang pakar polusi dan pengelolaan limbah di University of Southampton. Penggunaan filter untuk mikroplastik tidak mungkin untuk menghilangkan partikel mikroplastik 5µm.

“Mikroplastik dari fasilitas daur ulang plastik campuran telah menyebabkan potensi pelepasan polusi [mikroplastik] yang signifikan,” jelas Williams kepada Mongabay melalui email.

Demikian pula dengan kondisi fasilitas daur ulang plastik, menjadi faktor yang perlu diperhatikan. Adakalanya, fasilitas seperti ini mencampur daur ulang bahan kimia beracun, seperti benzena, timbal, kadmium, dan kromium. Juga mengeluarkan polusi udara berbahaya yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius.

“Pemeliharaan rutin instalasi menjadi penting, termasuk [pengecekan] filter yang kotor dan bahan yang tersaring,” lanjutnya.

Brown menyebut dari temuan studi ini, penggunaan daur ulang tidak boleh digunakan untuk membenarkan peningkatan konsumsi dan produksi plastik.

“Kita perlu mengurangi konsumsi plastik secara besar-besaran, -alih-alih berfokus pada daur ulang. Jika tidak, kita akan berjalan mundur, plastik akan tetap mencemari lingkungan seperti semula,” pungkasnya.

Tulisan asli: Even in recycling, microplastics remain a persistent polluter, study shows Artikel ini diterjemahkan oleh Akita Verselita

 

Referensi:

Brown, E., MacDonald, A., Allen, S., & Allen, D. (2023). The potential for a plastic recycling facility to release microplastic pollution and possible filtration remediation effectiveness. Journal of Hazardous Materials Advances, 100309. doi:10.1016/j.hazadv.2023.100309

Prata, J. C. (2018). Airborne microplastics: Consequences to human health? Environmental Pollution, 234, 115-126. doi:10.1016/j.envpol.2017.11.043

 

***

Foto Utama: Fasilitas daur ulang membuang hingga 2.933 metrik ton mikroplastik sebelum sistem penyaringan air, dan hingga 1.366 metrik ton mikroplastik setiap tahun setelah sistem diterapkan. Dok: Universitas Negeri Oregon di VisualHunt/CC BY-SA.

 

Exit mobile version