Mongabay.co.id

‘Ampapaga’, Tumbuhan Kaya Manfaat Kesehatan

 

 

 

 

 

Setiap hari, Jerni Siallagan, turun ke ladangnya di Desa Dolok Parmonangan, Simalungun, Sumatera Utara. Pagi itu, dia dan keluarga sibuk menanam sayur. Di antara ladang itu banyak tumbuhan liar,  salah satu pegagan atau sering disebut ampapaga. Tumbuhan ini masyarakat gunakan untuk mengobati sakit perut dan demam.

“Biasanya daun direbus dalam air mendidih dan diminum seperti teh hangat atau dimakan langsung seperti lalapan juga bisa”, kata perempuan adat Sihaporas ini.

Di daerah tepian Danau Toba yang lain, di Kabupaten Samosir,  ampapaga dianggap sebagai gulma tetapi juga jadi obat herbal untuk sakit perut, asma, dan keluhan paru-paru.

“Tumbuhan ini sering ditemukan di ketinggian 900-1.500 mdpl, di daerah lembab dan basah seperti ladang. Juga bermanfaat untuk menyuburkan tanah,”  kata Eva Hutagalung, Ketua UPTD Kebun Raya Samosir.

Sementara Suku Karo mengenal ampapaga dengan nama pegaga. Warga lokal memanfaatkan untuk menambah imun tubuh dan tenaga. Tumbuhan ini sering ditemukan di kebun-kebun dan sekitar rumah, serta subur di Taman Hutan Raya Tongkoh, Karo.

 

Ampapaga (pegagan) tumbuh di semak-semak persawahan wilayah adat Sihaporas. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dikenal umum di Indonesia. Tumbuhan ini tumbuh di tanah lembab atau berair, dengan daun bundar atau berbentuk setengah bulat. Bunga berwarna putih hingga merah muda, dan buah berdiameter kecil. Tumbuhan ini tumbuh subur pada ketinggian antara 0-1.500 mdpl dengan suhu hangat (20-30 derajat Celcius) dan perlu air cukup.

Ada dua jenis pegagan, yaitu hijau dan merah. Pegagan merah tumbuh merambat dengan stolon (geragih) dan tak mempunyai batang, tetapi mempunyai rhizoma (rimpang pendek).

Masyarakat di Danau Toba sudah lama mengenal ampapaga dan memanfaatkan sebagai obat tradisional. “Biasa tanah atau ladang yang ditumbuhi ampapaga lahan subur, dan akar mengikat tanah hingga baik untuk mencegah longsor,” kata Eva.

 

Hengky Manalu, AMAN Tano Batak. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Manfaat kesehatan

Pegagan memiliki kandungan senyawa kimia yang bermanfaat bagi kesehatan manusia. Studi Sukri Paramita Hasibuan, peneliti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara menunjukkan,  kandungan kimia dalam pegagan efektif menghambat pertumbuhan bakteri yang menyebabkan karies gigi (plak), gigi berlubang, dan radang gusi. Selain itu, sejumlah penelitian menunjukkan, pegagan juga bermanfaat bagi kesehatan perut dan otak.

Dalam penelitian itu juga menyebutkan, kandungan senyawa triterpenoid dan asiaticoside dalam tumbuhan ini membantu mengatasi masalah pencernaan seperti diare, sembelit, dan radang usus. Ekstrak pegagan juga dapat membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan radikal bebas dan mengurangi peradangan yang terkait dengan penyakit degeneratif seperti alzheimer dan parkinson.

Sebuah studi pada 2018 yang diterbitkan di jurnal “Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine” menemukan, ekstrak pegagan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada tikus yang mengalami defisit kognitif.

Disebutkan pulau kalau pegagan juga dikenal bermanfaat dalam mengobati penyakit pinggang dan maag. Cara mengonsumsinya bisa merebus dan meminum air rebusan, bisa juga mencuci bersih dan langsung memakan daunnya.

 

Ampapaga di Simalunguan. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Daun ampapaga jadi aktif dalam beberapa jenis obat di pasaran, termasuk obat herbal, suplemen kesehatan, dan produk kosmetik. Beberapa jenis obat ini meliputi obat anti-inflamasi, obat antioksidan, obat penurun panas, dan obat penambah daya ingat.

Negara pemasok pegagan paling banyak di dunia adalah India, yang merupakan produsen utama dan pemimpin dalam industri obat-obatan herbal. Selain itu, pegagan juga tumbuh di negara-negara seperti Indonesia, Thailand, dan beberapa negara di Amerika Latin seperti Brazil dan Meksiko. Namun, India tetap jadi sumber utama ekstrak pegagan dalam produk-produk obat dan suplemen di seluruh dunia.

“Di lokasi kita belum membudidaya ampapaga karena masih banyak tumbuh, bahkan di areal persawahan,” kata Eva.

Ampapaga merupakan tumbuhan obat cukup populer di Indonesia. Meskipun di Sumatera Utara, khusus di sekitar Danau Toba belum populer, ada beberapa wilayah di Indonesia sudah membudidayakan ini.

Beberapa daerah yang dikenal sebagai pusat budidaya pegagan di Indonesia antara lain, Jawa Tengah seperti di Wonosobo, Magelang, dan Klaten). Lalu, Jawa Timur, antara lain di Ngawi, Madiun, dan Blitar, lalu Bali di Bangli dan Gianyar. Di Sumatera Barat, ada di Bukittinggi dan Payakumbuh. Pegagan tumbuh subur di daerah dengan ketinggian sekitar 500-800 mdpl.

 

Pegagan banyak tumbuh di ladang-ladang adat Sihaporas. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Degradasi lahan dan pengetahuan

Meskipun tumbuh liar dan subur di Danau Toba, tetapi pengetahuan lokal pegagan sebagai obat tradisional minim pada generasi muda. Belum lagi, pengelolaan lahan tak ramah lingkungan bisa merusak ekosistem tumbuhan ini.

“Pengetahuan manfaat ampapaga dan tumbuhan herbal lain tidak diturunkan ke generasi muda. Bisa jadi kearifan lokal perlahan hilang, dan masyarakat akan bergantung pada farmasi modern, konsumsi obat kimia,”  kata Hengky Manalu dari Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak.

Masyarakat adat belum ada yang membudidayakan ampapaga. “Pemerintah harus melindungi tumbuhan ini supaya tidak langka, dan dibudiayakan,”  katanya.

AMAN Tano Batak dan BRWA mencatat wilayah adat Sihaporas dan Dolok Parmonangan berada di hutan lindung dengan tujuan khusus penelitian (KHDTK) Aek Nauli, dikelilingi konsesi perkebunan. Salah satu perusahaan skala besar, hutan tanaman industri (HTI) PT Toba Pulp Lestari, di Aek Nauli sekitar 122.000 hektar

Data web resmi perusahaan, 2019, menyebutkan, luas konsesi TPL di Aek Nauli berkisar 122.000 hektar.  Sekitar 78.000 hektar, untuk operasional, sisanya kawasan konservasi alam dan hutan lindung.

 

 

*******

Exit mobile version