Mongabay.co.id

Edukasi Dini Peduli Lingkungan dengan Memanfaatkan Limbah

 

Sejak tiga bulan lalu, para siswa Puhua School di Purwokerto, Jawa Tengah (Jateng) sengaja mengumpulkan limbah berupa botol-botol plastik bekas. Begitu mereka membeli air mineral atau minuman lainnya dengan botol plastik, maka tidak langsung dibuang ke bak sampah.

Mereka telah menyiapkan tempat-tempat penampung botol-botol plastik di lingkungan sekolah mereka. Para siswa Puhua School Purwokerto yang merupakan Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan tersebut telah menyiapkan kardus bekas sebagai bak sampah botol-botol plastik. Kardus yang disiapkan bertuliskan “Ayo Kumpulkan Botol Plastik Bekas Kalian di Sini” ditempatkan di seluruh lingkungan sekolah.

Setelah tiga bulan, para siswa mampu mengumpulkan lebih dari 2 ribu botol plastik. Mengapa mereka mengumpulkan botol-botol minuman bekas?

“Kami memanfaatkannya untuk acara festival bertajuk Puhua Festival 2023 Constellation of dreams : Our Dreams Our Future,”jelas Ketua Ketua Osis Secondary Nathania Cherilyn Sanjaya.

Tujuan gerakan pengumpulan botol bekas ini juga ditulis jelas sebagai bentuk partisipasi seluruh siswa untuk membangun galeri dan dekorasi di acara tahunan Puhua Fest 2023.

baca : Belajar dari Adi Putra: Sekolah Bayar dengan Sampah

 

Siswa menyiapkan kardus sebagai tempat pengumpulan botol plastik. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Setelah terkumpul, berbagai botol bekas tersebut kemudian disulap menjadi beragam hiasan dan untuk dekorasi Puhua Festival 2023. Misalnya, botol bekas air mineral dibelah menjadi dua. Ujungnya kemudian dipanaskan agar bisa mekar untuk membuat seperti kuntum. Satu kuntum membutuhkan sekitar 3 buah botol bekas.

Tak hanya botolnya yang diolah ulang, tutup botol juga ikut dimanfaatkan. Tutup botol dibuat oleh para siswa dengan teknik tempel sebanyak 7 biji untuk jadi sebuah kelopak bunga.

Seluruh susunan tersebut dipakai untuk membangun pohon dan hiasan di sepanjang koridor sekolah agar seluruh tamu menyusuri lorong yang sudah disulap menjadi galeri berbahan barang dan botol bekas.

“Memang siswa diajak memanfaatkan barang di gudang penyimpanan yang berisi tumpukan barang bekas yang tidak terpakai di sekolah,”ujar guru pendamping Teguh Sugeng Apriawan yang dibenarkan Indhira Ayu Pertiwi, guru lainnya.

Dia menambahkan, tidak hanya botol plastik yang dimanfaatkan, tetapi juga barang bekas lainnya. Misalnya saja papan tulis rusak, triplek dan kayu bekas tak terpakai, kardus bekas, sisa plastik laundri, tongkat kayu pramuka yang patah, potongan pipa bekas serta lainnya.

“Seluruhnya dipilah, dibersihkan, kemudian dirancang ulang menjadi properti pementasan drama hingga dekorasi seluruh acara ini,”tambahnya.

baca juga : Tak Hanya Bank Sampah, Sekolah Ini Didik Siswa-siswinya Buat Produk Dari Limbah

 

Dekorasi yang terbuat dari berbagai macam limbah plastik.Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Bahkan, seluruh dekorasi pementasan drama dirancang dari barang bekas yang memanfaatkan barang-barang tak terpakai di gudang sekolah.

Mulai dari tongkat, pipa, dan papan bekas dijadikan pondasi dekorasi pentas di panggung. Lalu pot bekas dipakai untuk menata pohon-pohon yang dirangkai dari botol plastik. Dekorasi plastik sisa laundry menjadi deretan rumbai-rumbai yang digantung hingga kostum drama bahkan didesain dari kardus bekas yang dirancang dengan begitu teliti oleh siswa agar bisa dimanfaatkan maksimal.

Ada juga karya siswa Secondary dari tumpukan plastik bekas termasuk bekas jas hujan menjadi kostum yang keren dan unik antara lain gaun dan jubah layaknya karya adibusana. Padahal itu semua terbuat dari plastik sisa yang dijahit, sambung-tempel hingga teknik ikat.

Penanggungjawab kegiatan Puhua Festival 2023 Arinta Dewi mengatakan sangat kebetulan saat ini heboh dengan rencana kedatangan Coldplay ke Indonesia. Apa hubungan kegiatan ini dengan Coldplay?

“Jika konser Coldplay di seluruh dunia selalu menyerukan pengurangan esmisi karbon untuk seluruh pengunjung konsernya, maka di dalam Puhua Festival 2023 seluruh warga sekolah menginspirasikan penggunaan limbah sekolah untuk dapat dimanfaatkan oleh seluruh siswa agar memiliki kepedulian pada lingkungan dimana menjadi tempat kita hidup dan membangun mimpi,”paparnya.

baca juga : Rinwiningsih, Penggerak Sekolah Bijak Kelola Sampah dan Mandiri Pangan

 

Pernak-pernik dekorasi yang terbuat dari beragam limbah. Foto : L Darmawan/Mongabay Indonesia

 

Idenya tersebut, lanjut Arinta, karena siswa memiliki kesadaran untuk menyerukan pengelolaan limbah yang setiap hari begitu menggunung setiap hari. Gagasan mengumpulkan sampah sekolah berbasis plastik diawali dari pengumpulan botol-botol kemasan bekas yang dilakukan serempak oleh guru, siswa dan karyawan sekolah.

“Pada acara ini yang meliputi pagelaran seni budaya, musik dan drama menyatu dalam misi yakni gerakan bersama di sekolah untuk meminimalisasi sampah dan barang bekas yang tak terpakai,”jelasnya.

Menurutnya, berani membangun mimpi menjadi kunci siswa-siswi Sekolah 3 Bahasa Putera Harapan atau Puhua School mampu menembus batas minat dan bakatnya di berbagai bidang.

Puhua School menjadi sekolah yang konsisten mengedukasi siswanya untuk senantiasa berwawasan lingkungan serta mempedulikan bumi.

 

Exit mobile version