Mongabay.co.id

Obituari Sarwono Kusumaatmadja, Menata Lingkungan Indonesia dengan Konsep Pentahelix

Foto 1

 

 

Indonesia berduka. Sosok penting penata lingkungan hidup di Indonesia, Sarwono Kusumaatmadja berpulang selamanya, di Penang Adventist Hospital [PAH], Malaysia, Jumat [26/05/2023] sekitar pukul 17.12 waktu setempat.

Sarwono Kusumaatmadja, merupakan politisi di era Orde Baru yang banyak diterima berbagai pihak, khususnya para pegiat lingkungan hidup. Termasuk, menjelang Reformasi 1998.

Dia juga menteri pertama setelah era Orde Baru yang mengurus kelautan. Sarwono ditunjuk Gus Dur sebagai Menteri Eksplorasi Kelautan [1999-2001].

“Dia sosok egaliter. Dia mau berdiskusi dengan siapa pun. Dia menerima pandangan, masukan, saran dari siapa pun,” kata Erwin Widodo, Senior Advisor for Business DIPI [Dana Ilmu Pengetahuan Indonesia], kepada Mongabay Indonesia, Jumat [26/05/2023] malam.

“Sikap egaliter ini yang membuat almarhum dapat masuk ke berbagai kalangan,” kata Erwin.

Saat menjabat Menteri Negara Lingkungan Hidup [1993-1998], Sarwono pernah menyampaikan hanya meneruskan pondasi yang telah dibangun Emil Salim [mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup] dalam menata lingkungan hidup.

“Pondasi tersebut yakni menjaga hutan yang masih ada, memperbaiki hutan yang rusak, dan melakukan inovasi tata kelola lingkungan,” kata Erwin.

Dalam menjalankan pondasi yang sudah dibangun Emil Salim, dia pun terbuka dengan berbagai pihak. Mencari berbagai masukan untuk menjaga amanah tersebut.

Konsep yang dia tawarkan dalam menata lingkungan hidup yakni pentahelix atau multipihak. Yakni melibatkan pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat.

“Ibarat tali tambang. Lima tali yang disatukan, menjadi tali yang kuat.”

Damayanti Buchori, Guru Besar IPB menyatakan, “Kerendahan hati membuat sosok Sarwono dicintai semua kalangan. Dia orangnya tegas,  tetapi memiliki hati sangat lembut dan penuh kearifan. Beliau tidak pernah letih untuk selalu mengingatkan kita bahwa sudah menjadi kodrat bahwa manusia seharusnya menjaga alam.”

“Hingga masa tuanya, dia selalu bersemangat membina kader-kader muda di bidang lingkungan hidup,” kata Director CTSS [The Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences], IPB.

Chalid Muhammad, anggota Dewan Pertimbangan Perubahan Iklim dan Dewan Pengarah Penghargaan Adipura yang dipimpin Sarwono Kusumaatmadja menuturkan, “Kekuatan dari sosok almarhum adalah setiap keputusan yang mau diambil selalu didasarkan kekuatan saintifik. [Hasil] analisis, riset, yang kemudian diramu dengan pendekatan politik, memudahkannya berkomunikasi dengan banyak pihak.”

Salah satu yang fenomenal, jelas Chalid, ketika terjadi kebakaran hutan sangat luas di Indonesia [kali pertama terjadi] pada 1997.

“Dia memadukan kajian analisis dengan tindakan strategis dengan melibatkan stakeholder, dan itu mendapatkan apresiasi banyak pihak.”

Selain itu, Sarwono bisa dekat banyak pihak, meskipun seorang politisi. Dia sosok sederhana, tegas, tidak diskriminatif, tidak memandang pihak yang berbeda pandangan sebagai ancaman, dan mungkin latar belakang sebagai aktivis mahasiswa dan kematangannya di organisasi politik, yang menjadikan Sarwono sebagai menteri yang berbeda saat itu.

“Pengalaman saya ketemu Sarwono tahun 1994. Ke rumah dinasnya. Disambut hangat, dengan ramah. Tidak memandang kami sebagai orang muda, yang harus dibuat jarak. Justru kami diajak berdiskusi dan bertukar pikiran, sehingga membuat saya respek dengannya. Sejak itu, kami sering berdiskusi.”

Baca: Tergerusnya Hutan Adat Suku Melayu Tua di Pulau Bangka

 

Sarwono Kusumaatmadja adalah sosok negarawan Indonesia yang membanggakan. Foto: Dok. Yayasan Konservasi Alam Indonesia

 

Konsisten

Chalid menyatakan, komitmen Sarwono terhadap penataan lingkungan hidup di Indonesia, selalu terjaga, hingga akhir hayatnya.

“Dia tidak pernah lepas memantau perkembangan isu-isu lingkungan hidup. Termasuk persoalan perubahan iklim. Dia menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Perubahan Iklim dan selalu berbagai pengetahuan dengan anak-anak muda. Dia selalu konsen memikirkan kebaikan untuk banyak orang.”

Damayanti menilai, Sarwono adalah sosok negarawan Indonesia yang membanggakan. Pandangannya jauh ke depan, pikirannya tajam, dan jago navigasi di antara lautan politik Indonesia yang sangat beriak.

“Pembelaannya yang sangat konsisten terhadap lingkungan hidup dan keberaniannya mengambil keputusan-keputusan besar menjadi kunci terobosan-terobosan Indonesia di bidang lingkungan,” kata Damayanti.

Salah satu pandangannya yang jauh ke depan soal lingkungan hidup, kata Erwin adalah saat menjadi menteri [eksplorasi] kelautan. Dia menata sedemikian rupa persoalan lautan Indonesia setelah sekian belas tahun diberlakukan dalam perspektif daratan.  “Jadi, ketika dunia saat ini bicara blue carbon, Indonesia merupakan negara kepulauan di dunia yang paling siap,” kata Erwin.

“Dia sosok yang mengurusi lingkungan hidup dari puncak pegunungan hingga dasar lautan. Dia seorang pejuang, pahlawan,” ujar Erwin.

Baca: Begini Tantangan dan Strategi Pengelolaan Karbon Biru di Indonesia

 

Sarwono Kusumaatmadja mengedepankan konsep pentahelix dalam menata lingkungan Indonesia. Foto: Wikimedia Commons/Publik Domain

 

Penggemar durian dan kopi

Satu kesukaan Sarwono adalah makan buah durian. “Dia sangat suka durian, bisa makan di pagi hari. Tapi dia paling suka makan durian di malam hari, sebelum tidur. Buah durian membuat tubuhnya hangat,” kata Erwin.

Buah durian yang disukai lelaki kelahiran Jakarta, pada 24 Juli 1943, yakni durian Cibuntu [Jawa Barat]. “Dia paling suka durian Cibuntu. Tapi buah durian apa pun dimakan. Kalau melakukan kunjungan ke berbagai daerah, saat musim durian, pasti dia mencarinya.”

Selain durian, Sarwono yang merupakan adik Mochtar Kusumaatmadja, mantan Menteri Luar Negeri dan Menteri Kehakiman di era Orde Baru, yakni kopi arabika.

“Dia suka kopi arabika, dari mana pun asalnya. Baik dari Aceh maupun Sulawesi. Kopi robusta dia gunakan untuk mengharumkan ruang di rumahnya.”

Sebelum dimakamkan di Pemakaman San Diego Hills, Midday Mansion, Kav C-31, Minggu [28/05/2023], jenazah akan disemayamkan di Gedung Manggala Wanabakti, Kementerian LHK, Jl. Gatot Subroto, Jakarta Pusat.

Selamat jalan pejuang lingkungan hidup Indonesia.

 

Exit mobile version