Mongabay.co.id

Cegah Penularan, Sikka Tetapkan Kejadian Luar Biasa Rabies

 

 

Rabies merupakan persoalan serius yang terjadi di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.

Kasus kematian balita S usia 4 tahun 11 bulan di Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Senin [08/05/2023], mengejutkan banyak pihak.

Balita S meninggal di Rumah Sakit [RS] TC. Hiller Maumere, saat menjalani perawatan akibat gigitan anjing di bagian wajah, Senin [24/04/2023].

Direktur RS TC. Hillers Maumere, Clara Y. Francis mengatakan, balita S sempat disuntik Vaksin Anti Rabies [VAR] dua kali di Puskesmas Beru. Lalu, dibawa ke rumah sakit, Sabtu [29/04/2023], dengan keluhan panas, mual, dan muntah.

“Dokter berusaha menangani dengan yang terbaik, namun nyawanya tidak bisa diselamatkan,” ungkapnya.

Hasil pemeriksaan sampel otak anjing yang menggigit S di Balai Besar Veteriner [BBVet] Denpasar, Bali, menunjukkan positif rabies.

Kejiadian berikutnya, balita usia 2 tahun juga digigit anjing di bagian wajah. Pasien dibawa ke Puskesmas Watubaing dan dirujuk ke RS TC Hillers.

“Pasien menjalani operasi karena terdapat luka gigitan di kepala dan telinga,” jelas Plh. Direktur RS TC Hillers Maumere, Loly Parera, saat ditemui Mongabay, Selasa [16/05/2023].

Baca: Bali Helat Uji Coba Vaksin Oral Rabies Pertama di Indonesia

 

Animasi 3D struktur virus rabies. Sumber: Scientific Animations/Wiki Images/Free to share

 

Pemerhati penyakit rabies dr. Asep Purnama memaparkan, sejak 1997 lebih 300 warga Flores Lembata meninggal karena rabies.

“Anak-anak rentan menjadi korban rabies. Postur tubuhnya memungkinkan anjing melompat dan menggigit wajahnya,” ucapnya.

Asep menambahkan, luka di wajah termasuk risiko tinggi karena virus rabies akan bergerak cepat menuju otak, kemudian muncul gejala khas rabies yakni takut air [hydrophobia] dan takut udara [aerophobia].

“Ketika gejala itu muncul, belum ada obat yang bisa menyembuhkan,” ungkapnya.

Mengutip Kompas.com, periode Mei 2023, dilaporkan sebanyak tiga orang meninggal akibat rabies di Flores.

Baca: Antisipasi Sebaran Penyakit Rabies, Ratusan Kucing Divaksin

 

Seekor anjing divaksin antirabies dengan cara disuntik. Foto: Luh De Suriyani/Mongabay Indonesia

 

Kejadian luar biasa

Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo menetapkan Kejadian Luar Biasa [KLB] Rabies melalui Surat Dinkes.P2P/8/2/V/2023.

Bupati menjelaskan, data Dinas Kesehatan Sikka menunjukkan pada Januari hingga April 2023, terdapat 518 kasus gigitan HPR [Hewan Penular Rabies]. Dari 17 spesimen otak anjing yang diperiksa, 10 spesimen dipastikan positif rabies.

Dalam surat imbauan kepada camat, kepala desa, lurah, serta kepala puskesmas tersebut, Bupati menekankan beberapa langkah yang harus dilakukan.

Pertama, mengimbau masyarakat untuk segera mencuci luka setelah digigit anjing dengan sabun/detergen dengan air mengalir selama 15 menit. Serta melapor kepada puskesmas atau Rabies Center terdekat untuk mendapatkan vaksin anti rabies sesuai indikasi.

Kedua, melakukan penyuluhan atau koordinasi informasi edukasi [KIE] secara rutin kepada masyarakat mengenai bahaya penyakit rabies dan pencegahannya. Ketiga, mengimbau masyarakat untuk mengikat atau mengandangkan hewan penular rabies. Keempat, melakukan vaksinasi hewan penular rabies secara rutin.

Baca juga: Waspada, Ada Penyakit Zoonosis di Sekitar Kita

 

Kucing dan monyet merupakan hewan penular rabies yang perlu diwaspadai. Foto: Ebed de Rosary/Mongabay Indonesia

 

Tantangan vaksinasi

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sikka, Yohanes Emil Satriwan menyatakan, populasi anjing di Kabupaten Sikka sebanyak 55 ribu ekor dan tersebar di 21 kecamatan. Sejauh ini, Kementerian Pertanian telah mengirim bantuan 2.520 dosis vaksin HPR.

“Banyak pemilik anjing menolak anjingnya divaksinasi dengan berbagai alasan. Untuk itu, kami berharap para pemilik anjing bersikap kooperatif guna mencegah penyebaran virus rabies,” ujarnya.

Asep Purnama menambahkan, cakupan vaksinasi harus lebih dari 70%. Artinya, minimal 47.500 anjing harus divaksinasi. Menurut dia, tahun 2019, Sikka juga mengalami KLB Rabies sehingga perlu dianalisa mendalam agar tidak terulang lagi.

“Kita sudah mengendalikan pandemi COVID-19 dengan vaksinasi. Kita juga bisa mengusir virus rabies dari Flores Lembata,” pungkasnya.

Rabies adalah infeksi virus pada otak dan sistem saraf. Virus penyebab rabies umumnya menular ke manusia melalui gigitan hewan. Jika tidak cepat ditangani, rabies dapat menyebabkan kematian.

Di Indonesia, mengutip alodokter, rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi masalah yang mengancam kesehatan masyarakat. Meski demikian, penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada hewan peliharaan.

Hewan utama penular rabies ke manusia adalah anjing, kelelawar, kucing, dan monyet. Virus rabies dapat menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang tertular rabies.

 

Exit mobile version