Mongabay.co.id

Pesona Hutan Sicike-cike

 

 

 

 

 

Taman Wisata Alam Sicike-cike menawarkan pesona alam memikat dengan keanekaragaman flora dan fauna menakjubkan. Kelestarian alam yang terjaga baik ini juga hutan sakral dan tempat berdoa atau sembahyang masyarakat adat yang menghuni wilayah ini.

Hutan yang terletak di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi,  Sumatera Utara, memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.

Hutan Sicike-cike ditetapkan sebagai taman wisata alam pada 7 Februari 1989 dengan luas sekitar 575 hektar.

“Dalam bahasa Pakpak, cike-cike berarti rumput ilalang. Tumbuh melimpah di sekitar danau di dalam hutan itu”, kata Konstantin Capah, Ketua Adat Sulang Silima.

Menurut kakek 65 tahun ini, hutan Sicike-cike dipercaya sebagai tempat asal nenek moyang Keturunan Marga Silima, yaitu, Marga Ujung, Angkat, Bintang, Kudadiri, dan Marga Sinamo.

Ritual mereka lakukan di tepi danau dengan menghiasi altar kayu kecil sebagai bentuk penghormatan kepada roh para leluhur yang tinggal di dalamnya.

 

Bunga dari tanaman sejenis rimpang-rimpangan di TWA Sikice-cike. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Capah, salah satu keturunan marga-marga itu. Sekarang dia bertugas jadi juru kunci hutan Sicike-cike. Katanya, dia sering datang ke dekat danau untuk memohon pertolongan atau penyembuhan.

Ada tiga danau yang tenang dan air terjun nan indah. Di tepi danau, sesajen seperti ayam, telur, daun sirih, dan persembahan lain.

“Diletakkan sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan. Macam-macamlah permintaan mereka. Gak tahu kita. Apalagi kalau udah masuk tahun politik kek gini,” kata Pak Capah.

Masuk ke TWA ini tanpa biaya. Perjalanan dari tempat registrasi ke danau pertama memakan waktu sekitar 30 menit hingga satu jam melalui jalan tanah dan jembatan kayu.

Ketika memasuki Hutan Sicike-cike, harmonisasi alam yang menakjubkan menghampiri. Suara burung berkicau,  beragam anggrek, kantong semar, dan lumut-lumut menyapa hampir di setiap sudut mata.

 

Salah satu jenis anggrek di TWA Sicike-cike. Foto: Barita Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Amri Sitanggang, Staf Pengelola BKSDA TWA Sicike-cike mengatakan, hutan ini juga jadi rumah bagi berbagai jenis satwa liar, seperti burung enggang, siamang, itik liar, ular, dan serangga lain.

Di dalam TWA Sicike-cike, setidaknya ada empat danau. Salah satu, katanya, Danau Sicike-cike, merupakan danau terbesar dan paling penting di antara tiga danau lain.

“Menurut kepercayaan masyarakat, danau ini dulu perkampungan tujuh marga Pakpak yang legendaris. Danau ini memiliki tempat suci dalam budaya adat Pakpak, terutama bagi keturunan dari ketujuh marga itu”, kata Amri.

Debit air danau-danau ini tidak pernah berubah seiring waktu. Danau ini, katanya,  jadi sumber sungai-sungai penting seperti Sungai Lae Pandaroh dan Sungai Lae Simblin di Kabupaten Dairi, maupun Sungai Lae Mbilulu di Pakpak Bharat.

Untuk mencapai danau kedua dan ketiga serta air terjun yang mempesona, harus melewati hutan yang lebat.

 

Danau Sicike-cike. Foto: Barita N. Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

***

Hutan Sicike-cike adalah surga bagi para pecinta maupun peneliti bunga anggrek maupun tumbuhan obat.  Meskipun begitu, katanya, perburuan flora masif khawatir berdampak buruk pada populasi tanaman. Pengetahuan soal tumbuhan di daerah ini pun tidak diwariskan memadai.

Adalah anggrek Pabihiopedilum tonsum, dengan tinggi batang sekitar satu meter dari permukaan tanah, salah satu jenis flora memukam di sini. Di sekitarnya, tumbuh pohon kemenyan yang memiliki banyak manfaat. Getah bisa jadi obat dan bunga untuk ritual bagi Komunitas Sulang Silima Sipitu. Kemenyan punya aroma wewangian khas.

Pakurani, tumbuhan hias dan obat sebagai minyak urut oleh Suku Karo, bunga kiong, tumbuhan  yang memiliki khasiat sebagai obat sesak napas. Ada juga gagatan harimau, tumbuhan yang memberikan energi tambahan, dan masih banyak lagi.

Makin masuk ke dalam hutan, makin banyak flora ditemui. Ada beragam  jenis anggrek seperti Dendrobium cannatum, Eria sp, Bulbopholyum sp, Calanthe pulchara, dan lain-lain.

 

Pintu masuk hutan Wisata Alam Sicike-cike. Foto: Barita N. Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

Di dekat danau pertama, kantong semar (nephentes) mendominasi. Tumbuhan ini dapat ditemukan menjulur di ranting-ranting pohon atau tumbuh di tanah di antara lumut-lumutan.

Binsar Alexander Pardamean Sinambela, peneliti Etnobotani dari Universitas Sumatera Utara, dalam penelitiannya 2015 menyebutkan, penurunan pengetahuan masyarakat Desa Lae Hole II soal tumbuhan hutan sekitar 61,64% pada kelompok usia 20-35 tahun. Pengetahuan mengenai kekayaan flora dan fauna kepada generasi muda seakan terputus.

Sinambela nyatakan, keragaman flora hutan Sicike-cike perlu dilindungi.

“Perburuan ilegal dan kegiatan merusak lain harus dikendalikan agar keajaiban alam ini tetap ada untuk dinikmati generasi mendatang.”

 

Kantong semar (Nepenthes tobaika). Foto:  Barita N. Lumbanbatu/ Mongabay Indonesia

 

******

Exit mobile version