Mongabay.co.id

Angka DBD Tinggi, Begini Cara Baru Bali Tangani Penyebarannya

 

 

 

 

 

Bali,  salah satu daerah di Indonesia dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) tinggi. Provinsi ini pun akan uji coba penanggulangan DBD dengan menyebarkan nyamuk dengan Wolbachia. Aksi ini dilakukan World Mosquito Program (WMP), organisasi nirlaba yang didirikan Monash University.

Tujuannya kegiatan ini untuk meningkatkan upaya pencegahan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti demam berdarah, zika, demam kuning, dan chikungunya.

Man Magilan, Senior Program Manager Save the Children Indonesia untuk WMP mengatakan, uji coba pertama di Jogja tak ada hambatan. Intinya,  harus ada penerimaan masyarakat dulu.

Untuk itu, kegiatan harus secara transparan. Misal, saat penyebaran, yang disebarkan telur dalam kontainer atau wadah harus diberitahukan ke warga titik lokasinya.

“Seperti orang tua asuh, telur ditaruh di kontainer, ditaruh di beberapa titik seperti bawah pohon, bukan diberi ke setiap rumah,” katanya.

WMP gunakan bakteri alami yang disebut wolbachia untuk mengurangi kemampuan nyamuk menularkan virus. Cara ini dinilai berhasil menurunkan penularan demam berdarah, antara lain hasil penelitian

di Indonesia dengan gunakan metode randomized controlled trial (RCT) menunjukkan penurunan kejadian demam berdarah di daerah intervensi pertama yakni Yogyakarta sebesar 77%.

Saat ini, proyek Wolbachia sedang berlangsung di 12 negara Asia, Pasifik, dan Amerika.

Mulai Juni 2023, WMP memulai proyek perluasan di Bali dengan target Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng sebagai lokasi penyebaran nyamuk ber-wolbachia fase pertama hingga 2024. Dua daerah itu merupakan lima kasus demam berdarah tertinggi di Indonesia.

Perbedaanya nyamuk biasa yang terpapar virus dengue, bisa menularkan ke sejumlah orang. Sedangkan nyamuk ber-wolbachia kalau bertemu dengan nyamuk bervirus dengue, akan menghambat penularan ke orang lain hingga tak terpapar DBD.

Nyamuk ber-wolbachia ini diperkirakan bisa menginfeksi nyamuk liar atau nyamuk dengue, kemudian mendominasi populasi nyamuk.

 

Baca juga: Nyamnuk Wolbachia, Harapan Baru Atasi Demam Berdarah

Maskot proyek wolbachia di Bali. Foto: Luh De Suryani/ Mongabay Indonesia

 

Kalau nyamuk jantan ber-wolbachia kawin dengan betina tanpa wolbachia makan telur tidak bisa menetas. Kalau keduanya ber-wolbachia maka telur menetas dan mengandung wolbachia. Sebaliknya, kalau jantan tanpa wolbachia kawin dengan betina wolbachia, telur menetas dan mengandung wolbachia.

Telur nyamuk yang mengandung wolbachia ini akan menetas sekitar dua minggu kemudian. Petugas akan mengecek tiap minggu sampai proses keseluruhan berlangsung selama 22 minggu.

Kemudian baru monitoring. Sampel nyamuk dicek apakah mengandung wolbachia, lokasi penyebaran, dan lain-lain.

Nyamuk dewasa yang sudah ber-wolbachia diperkirakan bertelur jauh lebih banyak sekitar 4-5 kali dibanding nyamuk biasa.  Seperti siklus nyamuk biasa, katanya, nyamuk ini juga akan mati setelah berkembang biak. Kunci keberhasilannya, jika nyamuk wolbachia mendominasi.

Edukasi pencegahan DBD sebelumnya seperti perilaku hidup sehat dan bersih juga tetap diterapkan, termasuk 4 M dengan menutup, menguras, mengubur, dan memantau.

Setelah 22 minggu, katanya, proses penyebaran telur tak akan dilakukan lagi, hanya monitoring.

Menurut Man, secara kasat mata nyamuk ber-wolbachia tak bisa dibedakan dengan nyamuk lain, harus uji lab.

A.A. Ngurah Gede Dharmayudha, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Denpasar pada kampanye wolbachia 6 Juni lalu di Denpasar menunjukkan wadah berisi telur pada sejumlah petugas kesehatan dan juru pemantau jentik yang akan dilatih. Maskot sosialisasi berupa figur berkostum nyamuk berwarna biru untuk menarik perhatian warga

Kariyasa Adnyana,  anggota DPR Komisi IX yang membidangi kesehatan menyebut,  biaya kesehatan karena DBD sangat membebani anggaran. “Walau sudah fogging, nyamuk DBD terus berkembang,” keluhnya.

Bahkan,  saat musim DBD, banyak pasien tak dapat kamar karena tingginya kasus, termasuk di Bali.

 

Baca juga: Mengenal Nyamuk dari Pembawa Petaka hingga Pengendali

Brosusr untuk sosialisasi nyamuk lawan DBD. Foto: Luh De Suryani/ Mongabay Indonesia

 

Kadek Agus Arya Wibawa, Wakil Walikota Denpasar mengatakan, kasus DBD di Denpasar sebanyak 92 kasus per 100.000 orang pada 2018,  jauh lebih tinggi dari target nasional 49 kasus. Sampai awal Juni 2023,  sudah lebih 1.100 kasus DBD dengan empat kematian. “Masih dipetakan titik penyebaran telurnya, misal, daerah dengan kepadatan kasus dan sanitasi kurang.”

Untuk kegiatan WMP ini, Kader Jumantik akan dilatih untuk mengedukasi masyarakat. Sosialisasi mulai Juni hingga nyamuk siap disebarkan akhir tahun ini terutama daerah dengan kasus DBD tinggi.

Dua daerah ujicoba pertama di Bali adalah Kota Denpasar dan Kabupaten Buleleng. Targetnya, selama 2023-2025, nyamuk ber-wolbachia ini tersebar di seluruh Bali dan melindungi masyarakat dari DBD.

Dari studi peneliti, intervensi akan mencegah 35.000 kasus DBD setiap tahun. Selama 15 tahun, diperkirakan mengurangi 500.000 kasus, antara lain, 80.000 rawat inap, hingga penghematan biaya kesehatan sekitar US$25 juta berdasarkan biaya perawatan DBD di Indonesia.

WMP ada di Indonesia sejak 2014, dengan ujicoba di Kota Yogyakarta, Bantul, dan Sleman. Hasil penelitian selama 2018-2020 disebut menurunkan kasus DBD sekitar 77% dan menurunkan pasien rawat inap di rumah sakit sekitar 86%.

 

Kantong telur nyamuk wolbachia. di Jogja Foto: Nuswantoro

 

WMP bekerja sama dengan Save The Children Indonesia sebagai mitra nasional dan Yayasan Kerti Praja (YKP) sebagai mitra lokal untuk perluasan pembelajaran inovasi metode wolbachia untuk penanggulangan dengue di Bali.

Sebelum penyebaran nyamuk Aedes aegypti ber-wolbachia, WMP harus memastikan masyarakat memahami dan memberikan dukungan serta penerimaan terhadap kegiatan penyebaran nyamuk ini di lingkungan tempat tinggal mereka.

Langkah awal,  ada peningkatan kapasitas bagi para pemangku kepentingan terutama bagi kader Jumantik yang akan menerima pelatihan khusus terkait metode wolbachia.

Satu dari 10 rumah akan mendapatkan kesempatan untuk jadi lokasi penyebaran nyamuk ber-wolbachia di Denpasar dan Buleleng.

“Pada September 2023, rencananya kami melakukan penyebaran awal dan diikuti dengan penyebaran merata di 24 Desa di Denpasar dan 55 desa di Buleleng.”

 

 

Nyamuk Aedes aegypti penyebab demam berdarah. Foto: Paul I. Howell, MPH; Prof. Frank Hadley Collins/Centers for Disease Control and Prevention [CDC]/Image Number: 9534 via Britannica.com

*******

Exit mobile version