Mongabay.co.id

Tanpa Monitoring, Terumbu Karang Hasil Transplantasi di Pulau Samalona Terbengkalai

 

Salah satu upaya untuk menumbuhkan kembali terumbu karang dilakukan melalui transplantasi terumbu karang. Banyak metode yang bisa dilakukan, termasuk menggunakan media transplantasi yang disebut spider. Sayangnya tak semua upaya transplantasi ini berhasil. Transplantasi yang gagal justru menyisakan rangka spider yang terbengkalai, menjadi sampah di dasar laut.

Salah satu lokasi transplantasi terumbu karang yang dipenuhi sampah rangka spider ini adalah Pulau Samalona, Makassar, Sulsel. Salah satu pulau dalam gugusan Spermonde yang berjarak sekitar 7,8 km dari daratan Makassar.

Mengatasi masalah ini, beberapa klub selam yang terdiri dari GGI Scuba, Triangle Diving Club (TriDC), Brigade Diving Club (BDC), Alam Indah Diving Club (AIDC), Sulawesi SCUBA Squad (S3) dan Sangkarrang Ocean Dive (SOD) melakukan aksi memungut dan mengangkat kembali sisa media transplantasi karang yang tidak terawat, terbengkalai, dan tidak ditumbuhi karang.

Mereka menamai aksi ini “Underwater Clean-up of Coral Transplant Waste”.

“Kegiatan ini mengangkat media transplantasi yang berpotensi dan menjadi sampah pada dasar perairan. Aksi ini pertama kali dilakukan di Sulawesi dengan fokus aksi di Pulau Samalona,” ungkap Mudasir Zainuddin, dari GGI SCUBA, salah seorang penggagas aksi (28/05/2023)

Menurut Mudasir, aksi ini diikuti oleh 23 diver, terdiri dari 21 diver pria dan 2 diver perempuan. Mereka berkumpul di Pelabuhan Paotere, sebelum akhirnya berangkat ke Pulau Samalona menggunakan kapal kayu.

“Perjalanan dari Pelabuhan Paotere menuju Pulau Samalona memakan waktu kurang lebih 1 jam. Kapal yang digunakan langsung menuju spot yang dituju atau di sebelah barat pulau,” jelasnya.

 

Sebanyak 94 rangka spider yang berhasil diangkat. Rangka spider ini akan dibersihkan dan nantinya akan diturunkan kembali di spot Coral Garden Samalona disertai monitoring. Foto: Mudasir Zainuddin/GGI Scuba.

 

Setelah tiba peserta melakukan persiapan penyelaman dan dibagi menjadi 3 tim. Tim 1 terdiri dari 11 diver bertugas menyisir ke arah kanan, tim 2 terdiri dari 8 diver bertugas menyisir ke arah kiri pulau. Sementara tim 3 yang terdiri dari 3 diver bertugas snorkling di sekitar lokasi.

“Penyelaman dalam pencarian media transplantasi yang terbengkalai ini butuh waktu sekitar 65 menit di mana, pada proses pencarian tersebut, diver melakukan penyelaman maksimal pada kedalaman 10 meter, namun rata-rata penyelaman yang dilakukan berkisar 5 meter.”

Aksi ini berhasil mengumpulkan media terbengkalai dan pengangkatan rangka spider sebanyak 94 pada penyelaman kedua. Karena jumlah anggota dan waktu yang terbatas, belum seluruh bangkai spider dapat terangkat. Diperkirakan masih terdapat ratusan atau bahkan ribuan bangkai spider yang belum terangkat.

“Proses pengangkatan media transplantasi cukup berat karena dilakukan pada penyelaman kedua sekitar pukul dua siang di mana arus dan gelombang cukup kuat pada lokasi tersebut.”

Sorenya tim kembali ke Pelabuhan Paotere membawa media transplantasi yang berhasil terangkat, yang kemudian diamankan di depan kantor polisi Paotere, sebelum dibawa sekretariat Brigade Diving Club (BDC) Brimob Polda Makassar keesokan harinya.

Spider ini akan dibersihkan dan nantinya akan diturunkan kembali di spot Coral Garden Samalona dan akan terus dilakukan monitoring.”

 

Pengangkatan rangka spider yang telah karatan dan terbengkalai bukti gagalnya transplantasi akibat ketiadaan monitoring. Foto: Mudasir Zainuddin/GGI Scuba.

 

Pentingnya Monitoring

Mudasir mengakui cukup terkejut dengan banyaknya media transplantasi yang terbengkalai dan justru menjadi sampah di dasar laut. Dia menyebut alasan mengapa transplantasi gagal karena tidak adanya monitoring secara rutin setelah program transplantasi dilakukan.

“Monitoring itu sangat penting dilakukan sebagai tolak ukur dan standar keberhasilan suatu kegiatan transplantasi karang mencakup jumlah hidup, laju pertumbuhan, kesehatan karang, dll.”

Dia berharap seluruh pelaksana dan penggiat konservasi, transplantasi, rehabilitasi dan restorasi karang tidak hanya melakukan atau terfokus pada penurunan dan penanaman fragmen karang, jumlah media transplantasi atau fragmen karang, sebagai proyek sekali jalan (one-off), tetapi berfokus pada monitoring sehingga rangka spider tidak menjadi sampah.

Menurutnya, meski tiap tahun dilakukan transplantasi terumbu karang di Pulau Samalona, baik yang dilakukan pemerintah ataupun perusahaan swasta, namun akibat tingginya sedimentasi kondisi karang terus memburuk. Sedimentasi sendiri disebabkan oleh proyek reklamasi dan limpasan air tawar dari Sungai Jeneberang.

Meski demikian terdapat sejumlah spesies karang yang mampu bertahan pada kondisi semi ekstrem di pulau tersebut.

“Kerusakan juga disebabkan aktivitas wisata khususnya di daerah reef flat, terinjak wisatawan yang snorkling serta terkena jangkar perahu nelayan.”

 

Ratusan rangka spider yang terbengkalai menjadi sampah di dasar laut. Foto: Mudasir Zainuddin/GGI Scuba.
Hasil survei di 3 titik lokasi Maret 2023 menunjukkan tingkat kerusakan terumbu karang di Pulau Samalona. Dok: Mudasir Zainuddin/GGI Scuba.

 

Survei terakhir yang dilakukan Mudasir bersama tim pada Maret 2023 lalu di tiga titik menunjukkan kerusakan yang bervariasi dari buruk hingga sedang. Pada titik 1 lokasi survei menunjukkan persentase tutupan sebesar 6,99%, sementara di titik 2 diperoleh persentase 20,55%.

“Kalau kita berdasar pada Kepmen LH No.4 Tahun 2001 tentang kriteria baku kerusakan terumbu karang, maka hasil tersebut dikatakan tergolong buruk. Acuan tersebut mengatakan bahwa kondisi karang dikatakan buruk apabila berkisar antara 0% – 24,9%.”

Sementara persentase tutupan karang pada titik 3 sebesar 29,39% masuk dalam kategori sedang. Dalam acuan Kepmen LH No.4 Tahun 2001 sendiri dikatakan bahwa kondisi karang tergolong sedang apabila nilainya berkisar antara 25% – 49,9%.

 

Exit mobile version