Mongabay.co.id

Ekowisata Saniang Baka Kenalkan Rafflesia dari Dekat

 

 

 

 

Cuaca mendung dan sempat gerimis ketika kami akan melihat Rafflesia arnoldii mekar di Batu Karuik, Jorong Balai Panjang, Nagari Saniang Baka, Solok, Sumatera Barat, awal Mei lalu.

Ketika kami menyusuri sawah, menyeberangi sungai dan masuk ke bekas parak lama, awan mendung seperti pecah dan cuaca cerah-cerah saja.

Eldo Ashkia,  Koordinator Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tangaya,  Saniang Baka mengatakan,  area yang barusan dilewati ini merupakan ladang lama.

Dalam rimba lebat itu ada bebatuan yang tersusun untuk membuat batas-batas sawah. Sekarang sudah tumbuh pelbagai flora, antara lain bisa dimanfaatkan masyarakat. Antara lain, ada kapulaga (Elettaria cardamomum), pala (Myristica fragrans), maupun jamur jenis Microporus xanthopus dan banyak lagi.

Kami terus berjalan. Menyusuri pinggiran Sungai Air Bareh, atau dalam bahasa Indonesia,  air beras berarti air beras.

Selang dua jam, kami tiba di lokasi tumbuh Rafflesia arnoldii. Bunga besar itu belum benar-benar berkembang. Kelopak sudah terbuka dan beberapa lalat terbang mengitari. Terlihat seekor kaki seribu sibuk melata di satu bagian kelopak merahnya.

“Hati-hati jala di sekitarnya, mungkin ada bonggol-bonggol yang tidak nampak mau tumbuh disitu. Takutnya terinjak dan tidak jadi mekar,” kata Diah, dari Pokdarwis Saniang Baka mengingatkan.

 

Biji Raflesia arnoldii.. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Lantas saya mendekati Rafflesia ini dengan berpijak pada batu-batu sekitar. Bunga merah ini tumbuh pada tanah miring hingga agak sulit. Tetrasigma yang berada di sekitarnya juga rentan ditarik. Di sekitar bunga yang mekar ada beberapa bonggol belum mekar,  ada juga yang sudah mati membusuk.

Sore itu,  kami juga melihat kalong berterbangan di atas tutupan pohon rimba itu. Saya juga melewati kubangan babi masih baru dan ada jejak rusa. Menjelang senja beberapa simpai atau monyet ekor merah lewat.

Eldo bilang, mereka semua berawal dari inisiatif atau hobi dari tim senang yang menelusuri hutan. Mereka pun punya divisi belukar.

“Jadi ada temuan mereka Rafflesia arnoldii dan amorpopalus di sini pada 2014. Ketika kita up ternyata dapat sambutan hangat dari BKSDA Sumbar,” katanya.

BKSDA Sumbar  lalu meninjau lokasi dan lakukan beberapa penilaian serta pengambilan data baik koordinat maupun mengenali jenis. “Alhamdulilah kerjasama itu masih berjalan baik,” katanya.

 

Mengamati Raflesia arnoldii, bersama tim Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Tangaya, Saniang Baka. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Menurut Eldo, pada umumnya dalam setahun belakangan sekitar 26 kali Refflesia mekar. “Diperkirakan setiap bulan mekar, karena ada beberapa titik selalu bergantian tempatnya.”

Pria berusia 38 tahun ini mengatakan,  yang mereka coba bangun adalah wisata minat khusus. “Memang yang datang ke sini betul-betul pecinta alam, peneilti atau wisatawan asing. Kita tekankan mereka bisa menikmati alam tanpa merusak,” katanya.

Saniang Baka memiliki banyak potensi dan pengembangan jalur wisata. “Kita ada air terjun. Tempat camping dan punya alat-alat camping yang bisa disewakan,” katanya.

Ares, pegiat wisata di Saniang Baka dari Belukar mengatakan,  rafflesia di Saniang Baka ada di 18 titik. “Itu semua di luar daerah konservasi atau di alokasi penggunaan lain. Lima titik yang kita pantau.”

Menurut Ares, ada beberapa ancaman alam di Saniang Baka, seperti tambang emas dan perburuan. Padahal,  Sanjang Baka kaya keanekaragaman hayati, antara lain Rafflesia arnoldii.

“Kita kasih penyuluhan  bertahap,” katanya.

Dia mencatat,  sepanjang 2022 ada 23 bunga mekar. “Yang gagal mekar karena faktor cuaca dan kebusukan ada empat. Total 27.”

 

Jamur hutan di Saniang Baka. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

 

Pada 2023,  sudah ada tujuh bunga mekar sejak Januari hingga Mei. Ada pula Amorphohallus titanum tetapi belum ada yang mekar sampai Mei lalu.

“Untuk Amorphophallus gigas sudah tiga yang kita temukan mekar tahun ini,” katanya.

Dia menduga,  iklim tempat mereka cocok untuk tumbuh kembang atau sebagai habitat bunga raksasa ini. Area ini bersebelahan dengan Bukit Barisan.

Desea Saniangbaka berada di bawah administrasi Nagari Saniangbaka,  Kecamatan Koto Singkarak,  Kabupaten Solok. Sebelah selatan desa ini berbatasan dengan Nagari Koto Sani dan Sumani, sebelah utara Nagari Muaro Pingai. Bagian timur berbatasan dengan Danau Singkarak dan barat dengan Suaka Margasatwa Bukit Barisan.

Menurut Sofi Mursidawati dan Irawati dalam bukunya berjudul “Biologi Konservasi Rafflesia” mengatakan, serangga, angin, air atau mamalia seperti landak, tupai babi hutan sampai gajah membantu penyebaran biji. Kulit buah raflesia itu keras, hanya bisa dipecahkan satwa yang disebut tadi.

Ardi Andono, Kepala BKSDA Sumbar mengatakan, potensi Saniang Baka sangat bagus dan nilai positifnya warga ikut melindungi. Kelompok sadar wisatanya, juga mengembangkan ekonomi produktif dan memiliki peralatan camping.

“Perlindungan lingkungan dari masyarakat akan berdampak positif dengan ada bunga raksasa ini.”

Rafflesia arnoldii di Nagari Saniang Baka. Foto: Jaka HB/ Mongabay Indonesia

*****

Exit mobile version