Mongabay.co.id

Foto: Sampah yang Mengotori Anak Sungai Musi

 

 

Musim kemarau yang disertai El Nino mulai melanda Sumatera Selatan, termasuk di Palembang. Sebagian besar anak Sungai Musi di Palembang, airnya mulai menyusut. Tumpukan sampah mulai terlihat di sejumlah anak Sungai Musi. Termasuk di tepian Sungai Musi.

Potret ini terlihat pada sejumlah anak Sungai Musi di kawasan Palembang Ulu, pada Minggu [11/06/2023]. Misalnya di Sungai Aur, Sungai Goren II Panjang dan Sungai Tuan Kapar Panjang. Palembang.

Sungai Musi yang panjangnya 750 kilometer, menjadi muara ratusan sungai di Palembang. Jika sebelumnya, di masa pemerintahan Hindia Belanda, tercatat 316 sungai, kini tersisa 95 sungai atau kehilangan 221 sungai.

Baca: Sungai Musi yang Kehilangan Arsipnya

 

Tepian Sungai Musi di kawasan 10 Ulu Palembang, yang dipenuhi tumpukan sampah. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Berikut anak Sungai Musi yang berada di Palembang Ulu, sebanyak 36 sungai. Kecamatan Kertapati: Sungai Baung Panjang [823 m], Sungai Buaya Panjang [624 m], Sungai Seluang Panjang [580 m], Sungai Sikung Panjang [605 m], Sungai Buntu Panjang [560 m], Sungai Kencong Panjang [1.200 m].

Seberang Ulu [SU] I: Sungai Goren I Panjang [673 m], Sungai Goren II Panjang [566 m], Sungai Kenduran Panjang [700 m], Sungai Perigi Besar Panjang [574 m], Sungai Perigi Kecil Panjang [531 m], Sungai Sintren Panjang [643 m], Sungai Demang Jambul Panjang [540 m], Sungai Semajid Panjang [600 m].

Foto: Gabus, Ikan Favorit di Sungai Musi

 

Sebuah lokasi mandi dan mencuci di tepi Sungai Musi yang dipenuhi sampah saat air Sungai Musi menyusut. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Kemudian  Sungai Kedukan Panjang [1.800 m], Sungai Pekapuran Panjang [521 m], Sungai Tuan Putri Panjang [563 m], Sungai Kedemangan Panjang [780 m], Sungai Raso Panjang [300 m], Sungai Lumpur Laut Panjang [635 m], Sungai Karang Panjang [653 m], Sungai Karang Belango Panjang [870 m], Sungai Temengu Panjang [743 m], Sungai Kangkong Panjang [920 m], Sungai Tuan Kapar Panjang [1.200 m], Sungai Aur Panjang [1.100 m], Sungai Rengat[ 780 m], Sungai Yucing [760 m], dan Sungai Telok Puyuh [760 m]. Lalu, Sungai Solok Udang [760 m], Sungai Duren [760 m], Sungai Perupitan [760 m].

Kecamatan Seberang Ulu II dan Plaju: Sungai Gunung Meru [800 m], Sungai Bakung [743 m], Sungai Sriguna [2.200 m], Sungai Tegal Binangun [860 m].

Foto: Ikan Putak, Jenis Dilindungi yang Masih Dijadikan Kuliner

 

Dasar Sungai Tuan Kapar Panjang di 7 Ulu yang airnya mulai menyusut. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Berubah fungsi

Hilangnya anak-anak Sungai Musi diduga karena penimbunan, penyempitan, serta hilangnya daerah sumber airnya, seperti rawa gambut, yang dijadikan lahan permukiman dan perkantoran.

Selanjutnya, anak-anak Sungai Musi berubah fungsi bagi masyarakat yang menetap di sekitarnya. Jika sebelumnya dijadikan sarana transportasi, sumber air bersih, protein [ikan], maka menjadi parit besar untuk tempat pembuangan limbah dan sampah.

“Berubahnya fungsi anak-anak Sungai Musi, dikarenakan pemerintahan Hindia Belanda dan pemerintahan awal Indonesia membangun jembatan di atas sungai-sungai itu tidak melengkung. Lurus. Akibatnya perahu yang ditumpangi manusia atau membawa barang kesulitan melewati bawah jembatan, terutama pada saat air pasang. Kondisi ini diperparah dengan melintasnya berbagai pipa air bersih, di bawah jembatan, yang juga lurus atau tidak melengkung,” kata Sutrisman Dinah, pegiat lingkungan, yang kini aktif memimpin FAJI [Federasi Arung Jeram Indonesia] Sumatera Selatan, 12 Juni 2023.

Selanjutnya, tersedianya air bersih dari PAM [Perusahaan Air Minum] juga menyebabkan sebagian besar masyarakat tidak lagi menjadikan air sungai menjadi sumber air bersih.

“Hilangnya fungsi tersebut, yang pada akhirnya membuat anak-anak Sungai Musi di Palembang menjadi parit besar, tempatnya limbah dan sampah.”

 

Dasar Sungai Goren II Panjang di Seberang Ulu I yang dipenuhi sampah plastik. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Volume air anak-anak Sungai Musi itu pun berkurang. Sebab, banyak rawa gambut di Palembang beralih fungsi menjadi daratan [ditimbun] untuk dijadikan lokasi perumahan, perkantoran, dan lainnya.

“Kini sudah sulit mendapatkan ikan di anak-anak Sungai Musi. Kalau mancing, kita justru dapat sampah plastik,” kata Sutrisman.

Pada 2014 lalu, luas rawa gambut di Palembang yang sebelumnya sekitar 20 ribu hektar, tersisa 5 ribu hektar.

“Mungkin berkurang, sebab fenomenanya banyak rawa terus ditimbun. Tapi kita belum tahu data terbaru,” jelasnya.

 

Tumpukan sampah di muka saluran parit yang mengalir ke Sungai Aur. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Sumber masalah

Jika sebelumnya anak-anak Sungai Musi itu membantu masyarakat sebagai sarana transportasi, sumber ekonomi, dan pangan protein, kini berubah menjadi sumber masalah.

Misalnya pada saat musim penghujan, keberadaan anak-anak Sungai Musi ini tidak mampu mengalirkan air, sehingga banyak permukiman yang tergenang air atau mengalami banjir. Sementara pada musim kemarau, tumpukan sampah di anak-anak Sungai Musi menjadi sumber penyakit.

 

Tumpukan sampah di badan Sungai Aur, 10 Ulu Palembang. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Berdasarkan penelitian Tim Ekspedisi Sungai Nusantara [ESN] bersama Telapak Sumatera Selatan dan Spora pada pertengahan 2022, dijelaskan dalam 100 liter air Sungai Musi ditemukan 355 partikel mikroplastik. Misalnya, fiber atau benang-benang [80 persen], serta sisanya berupa fragmen, filamen, dan granula.

Kadar polutan juga cukup tinggi pada air Sungai Musi. Logam berat mangan sekitar 0,2 ppm, dan tembaga sebesar 0,06 ppm, sementara standard maksimalnya 0,03 ppm per liter.

Kadar klorin sebesar 0,16 mg, dan kadar fosfat mencapai 0,59 mg, dari standard maksimal 0,03 mg per liter.

 

Tumpukan sampah di Sungai Aur yang airnya mulai menyusut pada kemarau ini. Foto: Ahmad Rizki Prabu

 

Pemerintah Kota Palembang melakukan berbagai upaya untuk memperbaiki kondisi Sungai Musi dan anak-anaknya. Selain menata sanitasi, membuat bak sampah, berkampanye mengurangi sampah plastik dan dilarang membuang sampah ke sungai, juga melakukan pembersihan sampah di sungai.

Harnojoyo, Walikota Palembang, pada Agustus 2022 lalu, terjun ke selokan dan anak Sungai Musi untuk membersihkan sampah. Dikutip dari Kompas.com, gerakan program gotong royong yang dilaksanakan Pemerintah Kota Palembang itu, diklaim dapat menghemat Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah [APBD] hingga Rp 24 miliar per tahun.

Untuk membersihkan anak sungai, dibutuhkan Rp 500 juta dalam satu kegiatan.

“Ini dilakukan guna menimbulkan kesadaran masyarakat sekaligus menjaga kebersihan lingkungan,” jelasnya.

 

* Ahmad Rizki Prabu, jurnalis lepas, menempuh pendidikan Pascasarjana Studi Islam di UIN Raden Fatah Palembang.

 

Exit mobile version