Mongabay.co.id

Banjir dan Longsor di Tengah Musim Kemarau, 5 Warga Meninggal Dunia di Bali

 

 

 

 

 

Sebagian di daerah  di Indonesia, seperti Jawa dan Bali, pada Juli ini sebenarnya musim kemarau. Kenyataan, malah terjadi hujan bahkan menyebabkan banjir dan tanah longsor sampai menelan korban jiwa.  Di Bali, 6-7 Juli ini didera hujan deras selama dua hari mengakibatkan banjir dan tanah longsor di hampir seluruh kabupaten, lima orang meninggal dunia.

BMKG merilis potensi hujan dapat terjadi dalam sepekan 4-10 Juli 2023 karena ada signifikansi dinamika atmosfer yang dapat meningkatkan potensi hujan pada periode awal musim kemarau tahun ini.

Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto pada rilis mengatakan,  potensi hujan terkonfirmasi berdasarkan data analisis cuaca dalam tiga hari terakhir, termonitor terjadi hujan intensitas lebat hingga sangat lebat terjadi di beberapa wilayah, antara lain, Bengkulu, sebagian besar Kalimantan, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Tenggara, Maluku, dan wilayah Papua. Bahkan,  curah hujan ekstrem terjadi di Bali bagian barat dalam dua hari terakhir.

Beberapa faktor dinamika atmosfer utama itu antara lain aktifnya Madden Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator seperti gelombang Kelvin dan Rossby ekuatorial di sekitar wilayah Indonesia. Kondisi ini, katanya, dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan secara tak langsung meningkatkan potensi curah hujan tinggi.

Selain itu, ada pola belokan dan perlambatan angin di sekitar Indonesia yang dipicu pola sirkulasi di sekitar Samudera Pasifik utara Papua Barat, kondisi ini turut memicu peningkatan pertumbuhan awan hujan.

 

Rumah warga di pinggir jalan raya Denpasar-Gilimanuk terendam 7-8 Juli. Foto: Luh De Suryani/ Mongabay Indonesia

 

Banjir di Tabanan

Banjir paling parah terjadi di Perumahan Griya Multi Jadi (GMJ) di Kabupaten Tabanan 7 Juli. Puluhan rumah terendam, terutama dekat aliran sungai yang meluap hingga menyeret mobil dan merobohkan sejumlah rumah.

Ketut Permana, Kepala Lingkungan GMJ saat dikonfirmasi mengatakan, perumahan ini sering kebanjiran namun tahun ini terparah. “Penyebabnya debit air terlalu besar dari sungai,” katanya.

Dari data sementara belasan rumah ambrol dan lainnya terendam sampai setengah badan manusia.

Syukurnya, sebelum kejadian sudah ada beberapa warga yang memantau dan disebarkan di grup percakapan perumahan. Potensi banjir sudah diketahui sejak pukul 7.00 pagi berupa genangan di sekitar jembatan. Sejam kemudian berubah jadi air bah.

“Relokasi tidak mungkin karena sudah lama tinggal di sana. Antisipasi ke depan, berharap aliran sungai diperluas,” kata Permana.

Total rumah di kawasan ini sekitar 600-700 dibagi ke 16 blok. Perumahan mulai dihuni sejak awal 2000-an. Awalnya kawasan persawahan yang diapit beberapa aliran sungai.

 

Sawah terendam di Jembrana, 8 Juli. Foto Luh De Suryani/ Mongabay Indonesia

 

Didominasi longsor

Pusat Operasi Badan Penanggulangan Daerah Bali (BPBD) melaporkan perkembangan bencana di Bali dari 7-9 Juli 2023 sebanyak 268 kejadian dengan lima orang meninggal di Karangasem dan Bangli karena rumah tertimbun longsor.

Bencana terbanyak longsor pada 119 titik, pohon tumbang 94 titik, dan banjir 23 titik.

Jumlah korban 11 orang terdiri dari lima meninggal dunia dan enam terluka. Korban meninggal dunia adalah I Ketut Tunas, Ni Nyoman Ririg, I Komang Aditya, ketiganya dari Desa Ngis, Karangasem. Kemudian, Ida Bagus Eka Widya Cipta dan Ida Ayu Putu Mutiari, dari Banjar Brahmana Bukit Bangli, Kelurahan Cempaga, Bangli.

Di Jembrana, wilayah yang mengalami banjir bandang terhebat pada bencana 2022 juga membuat warga sekitar hilir sungai waswas ketika hujan lebih dari 24 jam. Hari pertama hujan, 7 Juli terlihat sebagian kebun warga berisi kelapa, kakao, dan pisang terendam. Air sungai juga meluap sampai sempadan.

Salah satu warga yang bersiaga adalah Ni Wayan Sariani. Rumahnya hancur saat diterjang banjir bandang di muara Sungai Tukad Biluk Poh pada Oktober 2022. Demikian juga sejumlah rumah tetangga lain. Dia baru bisa membangun kembali beberapa bulan ini.

Rumahnya terendam karena di bawah jalan raya Denpasar-Gilimanuk yang padat. Pada hari kedua mulai surut. “Masih trauma. Kami sudah siap evakuasi,” katanya,  sambil menunjuk tanda arah evakuasi yang dipasang pasca bencana tahun lalu. Sejumlah warga juga bersiaga semalaman memantau aliran sungai.

Untuk mengantisipasi banjir, dia membuat pondasi rumah bertingkat namun belum selesai. Dia menghabiskan biaya Rp45 juta, bantuan pemerintah Rp25 juta.

Pada 7 Juli di Lumajang dan Malang, Jawa Timur, juga hujan deras menyebabkan banjir dan tanah longsor. Satu rumah tertimbun hingga menyebabkan satu keluarga tewas di Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang. Di Malang,  seorang warga hanyut.

 

Mencari korban longsor tribuana-karangasem 7 Juli. Foto: BPBD Karangasem

 

Banjir bandang di Maluku Tengah

Banjir bandang juga menerjang Maluku Tengah, Maluku, awal pekan ini. Jembatan Kawa Nua, terpanjang di Negeri Saunulu Kecamatan Tehoru, Kabupaten Maluku Tengah, pun ambruk, diterjang banjir bandang,  Senin (10/7/23) dinihari.

Peristiwa ini terjadi setelah hujan deras mengguyur Pulau Seram. Hujan deras sejak Minggu (9/7/23) menyebabkan sungai meluap dan air menerjang jembatan sepanjang 650 meter ini. Sebagian jembatan roboh.

Obet Kanase, warga Negeri Saunulu mengatakan,  jembatan roboh diperkirakan sepanjang 120 meter. Lalu lintas dari desa-desa di Kecamatan Tehoru menuju ibukota Maluku Tengah, Masohi, pun  lumpuh total.

Selain jalan dan jembatan ambruk, banjir bandang ini juga menerjang sejumlah sarana komunikasi seperti tiang listrik dan tiang komunikasi internet hingga akses internet sempat terputus.

Abdul Latif Key,  Kepala BPBD Maluku Tengah mengatakan,  dua bentangan jembatan roboh pada 10 Juli dinihari.

Hasan Firdaus, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Maluku Tengah mengatakan,  mereka langsung turun untuk penanganan darurat hingga fungsional jembatan bisa kembali berjalan.

Ada dugaan, banjir bandang karena terjadi longsoran atau pohon tumbang di hulu. “Mungkin ke depan ada susur sungai ketika menjelang musim hujan, karena khawatir yang terjadi longsoran atau pohon tumbang menghambat aliran sungai di hulu. Ketika hujan lebat jebol. Ini sering terjadi. Sayangnya, kita sudah bangun jembatan ratusan meter rusak.”

 

Jedmbatan Kawanua Seram Selatan Ambruk. Foto: dokumen warga

 

Dia berharap, ada keterpaduan program Balai Jalan dan Balai wilayah Sungai, masyarakat dan pemerintah kabupaten untuk memberdayakan masyarakat dalam program susur sungai di Maluku Tengah.

Hujan deras juga mengguyur Kecamatan Teung, Nila, Serua menyebabkan Sungai Kali Noa meluap. Kondisi ini membuat jembatan penghubung di Desa Waru terancam putus.

Pemukiman penduduk di Dusun Katapang dan Dusun Laala, Desa Lokki, Kecamatan Huamual, Seram Barat, juga banjir.  Dari sejumlah video, terlihat rumah-rumah penduduk dan fasilitas umum diterjang banjir bandang.

Debit air yang kencang membuat banjir menerobos talud pembatas yang masih tahap pengerjaan Balai Wilayah Sungai (BWS) Maluku. Banjir masuk dan merendam permukiman. Beberapa rumah juga ambruk setelah diterjang banjir bandang.

Hingga kini,  belum ada keterangan resmi dari Pemerintah Seram Bagian Barat, terkait kerusakan akibat banjir bandang itu.

Warga berharap, pemerintah cepat melakukan normalisasi sungai agar kalau hujan lebat tidak lagi menerobos tanggul pembatas sungai.

“Tahun lalu memang di sini tidak kena, yang pertama bagian tengah dan sekarang bobol bagian sini. Harapan kita ada bantuan pemerintah membangun rumah kami yang baru,” kata Tete, warga Dusun Katapang, Desa Loki.

Menurut Tete, penyebab banjir bandang di perkampungan mereka, karena ada aktivitas pertambangan ilegal batu cinnabar di bagian hulu sungai.

“Bagian atas sudah rawan, jadi air turun tidak ikut punya jalur jadi langsung terjang rumah warga, ditambah talud yang dibangun belum sampai di sini tapi masih di atas saja.”

BNPB pun mengingatkan, pemerintah daerah dan masyarakat waspada dan mengantisipasi potensi risiko yang dapat terjadi.

“Masyarakat diimbau waspada apabila curah hujan tinggi dengan durasi diatas satu jam, serta menghindari area lereng yang berpotensi longsor,” kata Abdul Muhari,  Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, dalam rilis kepada media.

 

 

******

 

Exit mobile version