Mongabay.co.id

Melihat Jendela Dunia dari Istana Sampah Ahmadun

 

Suara gemericik air sungai menyambut kedatangan pengunjung di Destinasi Wisata “Istana Jendela Dunia” Ahmadun. Batang sungai itu meliuk mengarah ke dalam istana. Membelah rumput Jepang yang hijau bak karpet merah.

Meskipun disebut istana, tidak tampak rumah bertingkat dengan tiang-tiang besar ataupun mobil mengkilap yang berjejer. Hanya saja pondok kecil yang dikelilingi berbagai bentuk instalasi dari sampah laut.

Berbagai bentuk instalasi dibuat Ahmadun dari sampah laut, mulai dari patung manusia, kendaraan roda dua, berbagai jenis hewan, hingga sebuah menara. Semua itu ditatanya di sekeliling rumah, tempat ini kemudian menjadi destinasi wisata menarik bagi wisatawan yang berkunjung ke Desa Pengudang, Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau.

Semua sampah laut diambil Ahmadun dari pesisir pantai yang tidak jauh dari rumahnya di pesisir utara Pulau Bintan.

Ia hidup di pesisir Pulau Bintan ini sebatang kara. Pria yang akrap disapa Madun ini mengumpulkan sampah sudah 20 tahun lamanya. Sehingga sekarang, membentuk sebuah karya seni instalasi sampah laut yang menawan.

baca : Cerita Anak Muda di Bintan, Pungut 600 Ton Sampah Laut

 

Suasana istana sampah laut Ahmadun di Pesisir Bintan, Kepulauan Riau. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Istilah karya seni instalasi sampah laut muncul belakangan ini, mulai dari patung manusia, hewan, kendaraan, hingga sebuah bangunan rumah. Tidak hanya sampah laut, karya ini bisa dibuat dari bahan sampah daratan. Madun menamakan instalasi sampah di rumahnya sebagai ‘Istana jendela hidup’.

Di bagian pintu masuk, pengunjung akan disambut patung manusia yang bahannya semua dari sampah, mulai dari tubuh, topi sampai mata. Ada juga instalasi hewan hingga tumpukan sampah berbentuk patung tokoh Malin Kundang.

Tidak hanya membuat patung, ornamen rumah Ahmadun juga seluruhnya berasal dari sampah laut. Mulai dari dinding rumahnya dari papan bekas, atapnya dari atap bekas, meja ruang tamunya dari roda bekas. Semua sampah itu juga diambil dari laut.

“Sofa ini saya dapatkan belum lama ini, tiba-tiba sudah tersandar di pesisir, ada yang robek saya tambal,” kata Ahmadun.

Sambil duduk di sofanya itu, dia bercerita membuat semua karya seni sampah itu awalnya hanya ingin membersihkan pantai yang sangat kotor karena sampah laut, kemudian menyusunnya menjadi sebuah karya seni instalasi.

Awalnya Ahmadun hanya memiliki pondok kecil. Setelah 20 tahun rutin mengambil sampah di laut dan membentuknya, sekarang semuanya itu menjadi istana sampah laut. “Setelah istana ini terbentuk, kemudian menarik perhatian orang, bahkan ada yang bilang saya seniman,” ujarnya.

Meskipun memungut sampah, tetapi bagi Ahmadun pekerjaan ini sangat mulia. Ia hanya ingin pantainya bersih dari sampah laut. “Saya berharap kepada kita semua janganlah buang sampah ke laut, jangan saya saja yang membersihkan laut, kita semua harus berperan,” kata perantau asal Sulawesi itu.

baca juga : Uniknya Restoran dari Kayu Bekas Sampah Laut. Seperti Apa Bentuknya?

 

Ahmadun dengan latar berbagai jenis sampah laut yang ia pungut dari pantai di Pesisir Bintan, Kepulauan Riau, pada pertengahan Juni 2023. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Lokasi istana sampah laut Ahmadun tepat berada di kawasan Desa Pengudang. Beberapa wisatawan yang berkunjung ke desa itu akan dibawa pemandu ke istana jendela dunia Ahmadun.

Pengelola Desa Pengudang Iwan Winarto mengatakan, istana sampah laut ini menurut Iwan menjadi lokasi edukasi untuk wisatawan. “Sosok Pak Madun, menjadi contoh bagi kita semua, meskipun tindakannya kecil, tetapi dampaknya luar biasa,” katanya.

 

Darurat Sampah Laut di Indonesia

Sampah laut atau marine debris dalam Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 disebut sampah yang berasal dari daratan, badan air, dan pesisir yang mengalir ke laut atau sampah yang berasal dari kegiatan di laut. Data Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, ada 10 juta metrik ton sampah yang masuk ke laut. Data riset untuk Indonesia yang dilakukan oleh LIPI yang melibatkan kemitraan dari periset lain menunjukkan kebocoran sampah plastik ke laut 0,27 sampai 0,59 juta ton per tahun.

Manajer Kampanye Pesisir dan Laut Eksekutif Naisonal Walhi Parid Ridwanuddin mengatakan, laut Indonesia terancam oleh masifnya sampah yang dibuang di daratan kemudian masuk ke laut. Bahkan sampah itu didominasi oleh sampah plastik. “Penelitian (J.R Jambeck dkk tahun 2015) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah Cina. Persoalan sampah ini perlu segera ditangani,” kata Parid.

Pada Juni 2022, WALHI bersama sejumlah organisasi lingkungan hidup melakukan kegiatan brand audit di 11 titik pantai yang tersebar di 10 provinsi di Indonesia. Temuannya menjelaskan, kemasan dari Unilever, Indofood dan Mayora Indah menjadi tiga besar penyumbang sampah kemasan plastik sekali pakai. Hasil audit juga menemukan, kemasan plastik yang terbanyak adalah kemasan plastik sekali pakai yaitu saset sebanyak 79,7 persen dari total temuan sampah plastik. “Produsen perlu bertanggung jawab terhadap sampah plastik dari produk kemasannya,” tambahnya.

menarik dibaca : Foto : Sampah Plastik Di Lautan Indonesia

 

Salah satu patung manusia yang dibuat Ahmadun dari sampah laut di Pesisir Bintan, Kepulauan Riau. Foto : Yogi Eka Sahputra/Mongabay Indonesia

 

Pemerintah Indonesia sebetulnya telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut yang memuat Rencana Aksi Nasional Penangan Sampah Laut Tahun 2018-2025. Ironisnya, regulasi ini tidak mewajibkan menuntut pertanggungjawaban korporasi sebagai bagian penting dalam rencana aksinya.

Dikutip dari situs resmi KKP, dampak sampah laut menimpa beberapa sektor mulai dari ekonomi, pariwisata dan mengganggu kehidupan biota laut dan ekosistem pesisir. Bahkan dampak yang paling banyak dibicarakan adalah kepada kesehatan manusia.

Jika sampah plastik tidak dikelola dengan baik maka akan menciptakan pelapukan menjadi mikro dan nano plastik. Lebih parah lagi ketika sampah plastik itu masuk ke laut ia akan dimakan plankton atau ikan. Hasilnya produktivitas ikan menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk jejaring makanan (food chain) yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia.

 

 

 

Exit mobile version