Mongabay.co.id

Kala Habitat Tergerus, Kawanan Beruang Madu Masuk Pemukiman di Tapin

 

 

 

 

Berdinding daun nipah, suasana dalam rumah seluas 6×4 meter persegi yang didiami Siti Nur Aisyah beserta keluarga itu terasa mencekam, menjelang malam. Suara asing serupa bunyi langkah berat di bawah lantai menjadi tanda kalau tamu tak diundang datang.

‘Tamu’ mereka adalah beruang madu (Helarctos malayanus). Sudah sebulan terakhir, warga Desa Teluk Haur dan Desa Betalas, Kecamatan Candi Laras Utara (CLU), Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan dihantui penampakan satwa nokturnal ini.

“Muncul saban malam. Kadang di bawah atau belakang rumah. Beberapa kali sampai naik ke teras,” kata perempuan 29 tahun itu awal Juli lalu.

Satwa liar itu diduga muncul karena kelaparan karena sumber makanan mereka berkurang. Di pemukiman -paling sering di Desa Teluk Haur- satwa ini kerap terlihat mengais sisa-sisa makanan buangan warga.

Biasa pada malam hari kalau dengan diberi nasi dingin bercampur minyak kelapa, tak lama beruang madu datang, keluar dari pepohonan rumbia (Metroxylon sagu), yang banyak tumbuh di belakang rumah warga.

Tidak cuma satu, perkiraan sementara beruang madu yang berkeliaran di Desa Teluk Haur dan Desa Betalas ada tiga. Warga menduga, mereka satu keluarga terdiri dari sepasang jantan-betina, dan satu anak.

Identifikasi warga itu berdasar ciri-ciri bulu dan ukuran badan beruang madu yang pernah mereka lihat. Induk jantan diduga punya tubuh lebih besar, bulu hitam, dengan moncong warna putih. Induk betina punya bulu hitam, berkalung atau corak kuning keemasan di dada. Anaknya, berbulu hitam, dengan postur paling kecil dibanding yang lain.

Siti Nur Aisyah bercerita,  bersama suaminya, Andriyadi pernah akan dikejar oleh satu beruang.

Pada Minggu, 2 Juli, sekira pukul 22.00, beruang madu terlihat duduk sembari memakan sagu di bawah rumbia di samping rumah mereka di Teluk Haur. Karena penasaran, Andriyadi menyorotkan sinar senter ke satwa itu.

“Tiba-tiba, (beruang madu) melihat ke arah kami, tampak ingin mengejar. Saya langsung menarik suami dan membawa dua anak saya lari dan menginap di tempat keluarga. Kami ketakutan malam itu. Apalagi rumah kami hanya berdinding daun,” katanya. Pada 4 Juli lalu, bahkan berunan beruang duduk di depan pintu.

Saking ketakutannya, anak mereka, Rizky belum berani pulang ke rumah, masih berdiam di tempat keluarga.

Bukan hanya Siti dan keluarga, warga lain di Teluk Haur pun alami hal serupa.  Pada 6 Juli 2023, kandang bebek Syahmadi diobrak-abrik beruang madu.

“Dinding kandang jebol. Bebek tidak dimangsa. Tapi ada beberapa telur yang hilang,” katanya.

Meski belum ada serangan terhadap manusia, masyarakat di Desa Teluk Haur dan Desa Betalas tetap sangat was-was.

“Yang kami khawatirkan lansia dan anak-anak. Aktivitas warga jadi terbatas. Untuk ke kamar kecil di malam hari saja sampai takut,”  kata Arsyad.

 

Para petugas pasang kandang jebak dan satu berung madu masuk kandang di Tapin, Kalsel. Foto: Riyad Dafhi Rizki

 

Bukan kali pertama

Nurhan, tetua kampung, berujar, saat masih muda beberapa kali melihat beruang madu. Bukan di pemukiman, melainkan di hutan di sekitar desa.

Tidak hanya beruang madu, kata lelaki 75 tahun ini, di hutan yang tak jauh dari desa itu, juga pernah melihat macan dahan (Neofelis nebulosa), rusa (Cervidae), dan trenggiling (Manis javanica).

Seingat dia, ada beruang madu masuk kampung itu sekitar 10 tahun silam. “Dulu pernah satu masuk kampung. Waktu itu sering menyerang ternak,” ujar Nurhan.

Beruang madu itu,  katanya, akhirnya ditemukan mati setelah termakan jebakan bom babi yang dipasang pemburu dari luar kampung.

Menurut dia, faktor penyebab beruang madu masuk kampung lantaran sedang pembukaan lahan oleh perusahaan perkebunan sawit.

Desa Teluk Haur dan Desa Betalas, kini dihimpit dua perusahaan perkebunan sawit berskala besar, yakni PT Plantindo Agro Subur (PAS) dan PT Tri Buana Mas (TBM).

Berdasar pantauan Walhi Kalsel melalui Google Citra Satelit, PAS punya konsesi 4.332 hektar di Desa Teluk Haur, dan 2.896 hektar di Desa Betalas.  Sedang konsesi TBM 2.256 hektar di Desa Teluk Haur dan 141 hektar di Desa Betalas.

Lahan yang belum terbebani izin tersisa 2.113 hektar di Desa Teluk Haur dan 2.088 hektar di Desa Betalas.

 

 

Kandang jebak

Pada 7 Juli lalu, kandang jebak yang dipasang petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalsel menangkap satu beruang madu di Desa Teluk Haur.

Sebelum terperangkap, beruang madu itu terlebih dahulu terlihat mengais mie instan yang sengaja ditaruh warga sebagai umpan tak jauh dari kandang jebak. Usai itu, beruang madu kemudian mondar-mandir di sekitar perangkap.

Sekitar pukul 23.10, beruang madu mulai masuk ke perangkap untuk memakan nenas yang ditaruh di dalamnya.

“Brakk.” Beruang madu berukuran satu meter diduga anakan terperangkap. Sejurus itu, puluhan warga langsung menyemuti lokasi kandang jebak. Mereka ingin melihat kondisi satwa.

Di sudut berbeda, seorang lagi sempat melihat satu beruang madu lari masuk menerobos rimbunnya batang  rumbia.

Pada pagi, 8 Juli, petugas BKSDA Kalsel mengangkut perangkap yang berisi beruang madu. Mengingat akses jalan desa tidak bisa dilalui mobil, kandang jebak dibawa dengan perahu bermesin (kelotok), milik warga.

Dengan perahu kelotok, warga mengantar petugas beserta perangkap ke Margasari, lokasi mobil petugas untuk mengevakuasi beruang madu ke kandang habituasi Seksi Konservasi Wilayah (SKW) II BKSDA Kalsel, di Kota Banjarbaru.

Di sana, satwa itu pertama-tama akan diperiksa, lalu masuk karantina, lalu lepas-liar.

Persoalan di Teluk Haur belum selesai. Kendati sudah tertangkap satu, diduga kuat masih ada dua lagi beruang yang berseliweran di sekitar desa.

“Kalau bisa, yang dua lagi juga cepat diamankan. Soalnya, yang tertangkap kemungkinan beruang anakan, dikhawatirkan yang lebih besar bertambah agresif,” kata Amat.

Dia khawatir, kalau ada beruang madu menyerang manusia atau ternak,  warga bisa main hakim sendiri terhadap satwa itu.

“Pemikiran kita (warga) ini kan beda-beda satu dengan lain, khawatir ada yang bertindak sendiri untuk memburu.’

Dia sebutkan, seperti kejadian akhir Juni lalu. Lantaran resah, warga berinisiatif memasang jebakan sendiri. Sejumlah jerat mereka taruh di beberapa lokasi.

Perangkap yang dipasang, katanya, kalau terkena beruang, bisa membuat hewan terikat, bukan jerat dengan jenis menyakiti atau membunuh.

“Sempat ada (beruang madu) yang kena, tapi entah bagaimana, jerat itu bisa dilepasnya.”

Karena frustasi, ada beberapa warga sempat berpikir lebih jauh. Beruntung, tak lama petugas BKSDA Kalsel turun ke lapangan, melakukan observasi dan memasang perangkap.

BKSDA Kalsel melalui Kurnain, Kepala Desa Teluk Haur, mengimbau masyarakat tak melakukan hal-hal yang bisa menyakiti satwa dilindungi kategori Appendix I of Convention on International Trade in Endangered Species (CITES) itu. Warga pun melepas jerat yang mereka pasang.

“Tapi dengan asumsi masih ada dua yang berkeliaran, kami takut itu menyerang warga atau ternak lagi. Jika sudah demikian, khawatir ada warga yang berpikir membunuh satwa INI. Harapannya semua segera diamankan.”

Bila semua beruang madu di Desa Teluk Haur berhasil dievakuasi ke lokasi aman, katanya, kehidupan satwa langka itu akan lebih baik dibanding berkeliaran di tempat yang bukan habitatnya.

“Kalau di sini kasihan, makannya sembarangan.”

Pada 10 Juli, petugas BKSDA Kalsel kembali memasang perangkap di Desa Teluk Haur, untuk mencari beruang madu lainnya. Ia sebagai upaya menjaga keselamatan warga dan mengamankan satwa dilindungi ini.

 

Beruang yang masuk kandang jebak di Tapin. Foto: Riyad Dafhi Rizki

 

Habitat tergerus

Suhendra Wijaya,  Kepala Resor Banua Anam BKSDA Kalsel, menilai, penyebab beruang madu masuk pemukiman lantaran habitat kian tergerus aktivitas perkebunan sawit.

“Ekspansi perkebunan sawit besar besaran, salah satu penyebab berkurangnya habitat beruang madu,” katanya.

Kalau bicara habitat, tentu berhubungan erat dengan kebutuhan makanan. Seiring ekspansi sawit ini, kata Suhendra, membuat kawanan beruang madu kelaparan hingga masuk ke pemukiman.

“Beruang madu masuk ke pemukiman karena habitat dan sumber makanan sudah berkurang,” katanya.

Keberadaan beruang madu di dataran rendah di Kecamatan Candi Laras Utara, katanya, baru diketahui BKSDA Kalsel menyusul keributan atas kemunculan satwa liar ini di pemukiman.

“BKSDA tahu setelah ada laporan dari masyarakat.”

Saat ditanya perihal perkiraan populasi beruang madu di Kalsel, Suhendra belum tahu karena belum ada survei.

Beruang madu masuk kampung, katanya, juga pernah terjadi di beberapa kabupaten lain, seperti Banjar, Tanah Laut, dan Tabalong.

Hanifah Dwi Nirwana,  Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kalsel, prihatin dengan kemunculan beruang madu di pemukiman warga ini.

“Kami prihatin. Artinya ada indikasi kuat habitat mereka terganggu, hingga sudah tidak nyaman bagi satwa hidup. Kami akan melakukan penelusuran,” katanya.

Jefry Raharja,dari Walhi Kalsel, berpendapat, kemungkinan besar kehadiran perkebunan sawit menjadi faktor utama permasalahan manusia dengan satwa di Tapin.

“Di Tapin, seperti di Desa Batalas, Desa Buas-buas, Desa Sawaja,  Desa Teluk Haur dan desa lain di sekitar atau dalam kawasan Kecamatan CLU (Candi Laras Utara) sudah dikonversi jadi perkebun sawit skala besar,” katanya.

Walhi Kalsel melihat, dari citra satelit pada 2012, di kawasan ini vegetasi masih rapat, sekarang sudah berganti dengan sawit.

Pengalaman Walhi pada 2019,  terkait restorasi gambut di lahan konsesi, kata Jefry, selain menimbulkan masalah pada habitat binatang liar dilindungi, ekspansi sawit ini juga bermasalah dengan warga.

Jefry pun memberi catatan untuk para pemangku kebijakan agar evaluasi tata kelola kebun sawit harus untuk memastikan kesesuaian dengan ketentuan lingkungan hidup.

“Dulu,  warga sempat menolak hadirnya perkebunan sawit skala besar, namun tingginya potensi konflik, sebagian warga yang masih menolak dipaksa pasrah dengan ekspansi sawit itu.”

 

Beruang madu yang dinamakan juga beruang matahari. Di berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Tapin, Kalsel, hidup mereka terancam karena habitat tergerus.  Foto: Rhett Butler/Mongabay

*******

Exit mobile version