Mongabay.co.id

Fakta Unik Buaya Peka Terhadap Tangisan Bayi

 

Kenapa bayi menangis? Mungkin pernyataan ini agak konyol lantaran memang hanya itu yang bisa dilakukan si bayi ketika baru memulai kehidupan. Mereka menangis dan berteriak untuk memberi tahu orang tua mereka bahwa mereka membutuhkan bantuan.

Tapi ternyata, buaya juga peka terhadap suara tangisan bayi. Menurut penelitian Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, yang dipublikasikan pertengahan Agustus lalu, buaya sangat tertarik suara “kesusahan itu”.

Hal itu diketahui setelah para peneliti melakukan stimulus melalui rekaman bayi manusia dan bayi primata. Buaya-buaya itu lantas tertarik pada suara merengek. Semakin cemas suaranya, buaya-buaya itu semakin tertarik.

“Ada semacam komunikasi atau tanda suara yang dipahami buaya,” kata Nicolas Grimault, direktur penelitian bioakustik di Pusat Penelitian Ilmiah Nasional Prancis dan salah satu penulis makalah tersebut.

Pengujian itu dilakukan di kebun binatang di Agadir, Maroko, yang memiliki lebih dari 300 buaya Nil (Crocodylus niloticus). Mereka memasang pengeras suara di samping empat kolam berisi masing-masing 25 individu buaya. Pengeras itu mengeluarkan serangkaian tangisan dari simpanse (Pan troglodytes), bonobo (P. paniscus), dan bayi manusia.

baca : Buaya Laut Kuno Tertua Ditemukan di Pantai Jurassic Inggris

 

Seekor bbuaya Nil (Crocodylus niloticus). Foto : wikimedia commons

 

Nicolas menguji intensitas suara melalui berbagai situasi untuk mendapatkan momen emosi yang beragam. Bayi manusia, misalnya, direkam pada saat mandi dan vaksinasi.

Reptil semi akuatik ini tampak bersemangat untuk beraksi mendengar rekaman itu. Tangisan bayi kemungkinan besar menarik perhatian buaya karena mereka mengisyaratkan adanya mangsa di dekatnya. Namun dalam beberapa kasus, yang terjadi justru sebaliknya. Buaya-buaya itu berusaha membantu.

Buaya jantan dan betina merespons teriakan dengan mencari sumber suara. Namun, respons mereka bergantung pada karakteristik tangisan yang mereka dengar. Buaya lebih cenderung merespons rekaman tangisan bayi yang paling cemas.

Penelitian itu memberi hipotesa yang menarik bagi Nicolas. Katanya, reptil tampaknya paling tergoda oleh tangisan dengan kualitas yang keras dan dramatis.

Ada kemungkinan predator ini menangkap bahaya sebagai isyarat untuk menemukan makanan potensial di dekatnya. Seekor mamalia muda yang tak berdaya memanggil induknya terdengar seperti makan siang.

Nicolas mengatakan bahwa reptil tampaknya paling tergoda oleh tangisan dengan kualitas yang keras yang telah dikaitkan oleh penelitian lain dengan kesusahan pada mamalia. “Semakin banyak tekanan yang ada, semakin mudah satwa itu menjadi mangsa,” ucapnya berspekulasi.

Para peneliti mencatat bahwa beberapa buaya merespons panggilan tersebut dengan berenang, yang bisa jadi merupakan manuver untuk berburu. Berenang berarti bahwa hewan-hewan tersebut sedang berhati-hati saat mereka menyelidiki suara tersebut, kata Nicolas.

baca juga : Buaya Badas Hitam, Satwa Liar Dilindungi Ikon Kutai Timur

 

Buaya Nil (Crocodylus niloticus). Foto : wikimedia

 

Kepedulian si predator

Dikutip The New York Time, Piera Filippi, seorang ilmuwan kognitif di University of Zurich yang tidak terlibat dalam penelitian ini, menemukan hipotesa lain. Dia berpendapat temuan ini menunjukkan bahwa buaya dapat mendorong kelangsungan hidup. Jika buaya telah berevolusi untuk mendengarkan bayi yang ketakutan, keterampilan itu dapat membantu mereka tetap diberi makan dan hidup.

Filippi telah mempelajari pertanyaan serupa dari arah yang berlawanan: Dapatkah manusia mendeteksi perasaan intens pada spesies lain? Dari katak, burung, hingga panda, manusia terbukti mampu membedakan antara panggilan dari makhluk yang lebih tertekan atau bersemangat, dengan makhluk yang tenang.

Filippi mencatat bahwa meskipun dia senang melihat temuan baru ini. Tetapi dia juga mengkritisi penulis riset tidak memainkan suara yang tidak menangis untuk melihat bagaimana buaya bereaksi.

Hal lain yang tidak ada dalam penelitian ini adalah jenis kelamin buaya; para penulis mengatakan bahwa karena alasan praktis mereka tidak dapat mengidentifikasi mana yang jantan atau betina.

Selain itu J. Sean Doody, ahli biologi konservasi di University of South Florida yang berfokus pada reptil, mengatakan bahwa ia berharap para penulis dapat menemukan cara untuk mengatasi masalah ini. Informasi ini akan membantu menjawab mungkin pertanyaan kunci, “Apakah ini respons buaya terhadap pemangsaan, atau apakah ini merupakan respons orang tua?”

Bisa jadi baik buaya jantan atau betina lebih cenderung bergerak ke arah suara tangisan mungkin dapat menjelaskan apakah hewan-hewan itu mencoba menyakiti atau membantu.

Buaya Nil, meskipun merupakan predator menakutkan yang terkadang membunuh dan memakan manusia, juga merupakan induk yang penuh perhatian. Setiap buaya, pada kenyataannya, merawat anak-anaknya. Mereka dapat membantu bayi mereka menetas, membawa mereka ke air dan melindungi mereka dari predator termasuk ancaman kanibalisme dari buaya lain. Induk buaya Nil merespons panggilan dari anak-anaknya, meskipun sang induk jantan terkadang juga terlibat.

baca juga : Dilindungi dan Dihormati, Buaya Endemik Papua Ini Masih Diburu

 

Buaya Nil (Crocodylus niloticus). Foto : wikipedia

 

Doody mengatakan, buaya telah berevolusi untuk mengenali tangisan tertekan karena mereka adalah induk yang peduli – tetapi mereka memiliki fleksibilitas untuk menggunakan keterampilan yang sama untuk berburu.

“Kita meremehkan hewan secara umum,” kata Doody. “Kita meremehkan buaya yang besar dan tampak menyeramkan yang membuat kita takut.”

Ada kemungkinan jawabannya adalah keduanya. Kata Nicolas, beberapa buaya mencoba menggigit bayi yang menangis. “Kami melihat satu buaya yang datang dan mencoba mempertahankan pengeras suara dari buaya lainnya.” Buaya tersebut meletakkan tubuhnya di depan pengeras suara dan berbalik menghadap sesama predatornya.

Fenomena kepekaan buaya bertindak karena kekhawatiran orang tua atau nafsu untuk memangsa adalah satu temuan baru yang unik. Membuktikan bahwa ada satwa yang mengerti bahasa komunikasi dari satwa lainnya.

 

Exit mobile version