Mongabay.co.id

Amir Ibrahim, Penyelamat Penyu dari Laigoma

 

 

 

 

 

Usia Amir Ibrahim sudah 61 tahun tetapi semangat menyelamatkan penyu dari  perburuan tak surut. Warga Desa Laigoma,  Pulau Laigoma,   Kecamatan Kayoa,  Halmahera Selatan, Maluku Utara ini was-was karena masih banyak orang berburu dan ambil telur serta daging penyu untuk konsumsi.

Bangun pagi,  Amir langsung menuju perahu fiber berisi 14 tukik. Perahu itu dia daratkan dan diisi air laut sebagai tempat peliharaan tukik   yang kini  berumur  sembilan bulan. Tukik ini siap lepas ke laut.

Meski rambut memutih, dan tenaga mulai berkurang,  setiap  pagi  saat  musim penyu bertelur,  dia berkeliling pantai menyusuri pulau kecil  berbatu karang mengumpulkan telur penyu.

Telur dia kumpulkan   dalam ember kemudian dibawa ke rumah. Lalu dia gali pasir pantai  tak jauh dari rumahnya Laigoma, kemudian meletakkan telur untuk dierami  sampai menetas.

Kalau sudah jadi tukik, dia pelihara   dalam perahu . “Itu pekerjaan saya sudah hampir setahun ini,” katanya pada Mogabay, akhir Juli lalu.

Dia mengumpulkan telur-telur penyu dari satu pantai ke pantai lain sembari berebut dengan warga lain yang ambil telur untuk konsumsi. Warga masih senang konsumsi telur dan daging penyu. “[Kalau ketemu telur dan panyu] pasti mereka ambil dan konsumsi.”

 

Dua tiukik berumur hampir 9 bulan yang diletakkan di dalam perahu yang dijadikan sebagai tempat penangkaran,Foto: M Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Sampai sekarang,  orang di kampung ini masih senang mengambil telur dan daging penyu untuk konsumsi. Bahkan,  katanya, sepekan sebelum Mongabay datang ke Laigoma, warga mengambil telur dan menyembelih satu penyu yang bertelur tak jauh dari kampung.

“Seekor penyu ditangkap saat bertelur,  dimakan telur dan dagingnya,” kata Amir.

Dia sudah mengingatkan warga tak mengkonsumsi telur dan daging penyu karena satwa dilindungi. Selain itu,  dia juga sampaikan kalau makan telur dan daging penyu bisa berbahaya bagi tubuh.  Dia pernah ikut beberapa sosialisasi soal penyu.

“Kita sudah ingatkan berulang kali tapi tidak mempan. Warga tidak menggubrisnya. Jika mereka dapat penyu naik dan bertelur selalu diambil telur dan dagingnya,” katanya.

Dia cerita,  telur penyu yang ditetaskan November 2022 cukup banyak. Ada dua tempat penetasan  telur penyu dengan satu lubang berisi 90 telur,  satu lagi 86 telur.

Yang berhasil menetas  jadi tukik, katanya, ada 86  dari  200 lebih telur yang ditetaskan  di Pantai Laigoma. Saat ini,  masih ada tiga lubang  penetasan  berisi telur penyu.

Telur ini dia kumpulkan lewat pencarian di tepi Pantai Laigoma. Lobang penetasan  pertama  180 telur,  kedua  ada 68 dan ketiga 86 telur.

“Kira kira 60 hari sudah menetas.”

 

Amir menyembunyikan tempat penetasan yang dibuatnya agar tdak dirusak orang tidak bertanggung jawab, Foto: M Ichi/ Mongabay Indonesia

 

Dia juga cerita saat merawat 86 tukik,  banyak yang mati. Masalahnya, pakan dan tempat  penangkaran tidak memadai.  Mereka dalam perahu sempit,  sesama  tukik saling memangsa. Akhirnya mati, tersisa 14 tukik.

“Sebanyak 14 tukik ini sudah besar dan cukup kuat. Apalagi usia sudah sembilan bulan,” katanya.

Dia bilang jika semakin lama ditahan di penangkaran akan butuh  makin banyak pakan 14 penyu tersisa  semua  jenis sisik.

Untuk tiga lubang yang saat ini ditetaskan, salah satu lubang ada  68 telur penyu hijau.

Selain telur dan daging untuk konsumsi, penyu jenis ini  banyak diburu dan diambil kulit untuk pernak pernik  seperti cincin dan gelang.

Aksi Amir berlandas kekhawatiran nasib penyu mendatang. Dia lakukan secara sukarela dan tanpa  bantuan pihak lain. Amir pun hadapi kendala, seperti ketersediaan pakan dan tempat penangkaran layak.

Dia bilang, tidak mungkin terus menerus gunakan perahu  katinting  sebagai tempat penangkaran. Ruang perahu terbatas apalagi masih dipakai untuk menangkap ikan.

Untuk pakan, saat ini dia mengandalkan hasil  mengail ikan  di sekitar laut Laigoma.  Untuk memastikan ketersediaan pakan bagi penyu penyu  itu,  tiga hari sekali dia sedia ikan sebagai pakan.

“Untuk pakan, sampai saat ini tetap mengandalkan  mencari  ikan sendiri,” katanya.

 

Amir mengangkat tukik yang ada dalam perahu yang jadi tempat penangkaran. Foto: M Ichi/Mongabay Indonesia

 

Dia bilang, kadang kewalahan dalam urusan pakan   karena selain mengail ikan untuk keluarga   juga harus menyisihkan buat tukik.

“Tetangga dan orang kampung kadang bilang,  cari ikan untuk keluarga saja susah kenapa harus kasih makan penyu? Biar dapat cemooh saya tetap berpikir positif,” kata Amir.

Saat ini ,  Amir secara  swadaya dan bertahap sedang membangun tempat penangkaran sederhana. Pembangunan baru jalan sekitar 50%. Masih banyak kebutuhan, katanya, seperti semen, sampai seng atap rumah.

“Bak penangkaran belum selesai. Saat ini sudah sekitar 15 sak semen saya habiskan untuk membangun,” katanya.

Karena swadaya, Amir berharap ada perhatian dan bantuan dari pemerintah maupun lembaga terkait untuk bantu penangkaran penyu yang dia rintis.

“Kalau ada pemerintah atau lembaga yang mau membantu, kami sangat berterimakasih.”

Apalagi, katanya,  Pulau Laigoma masuk kawasan konservasi perairan Pulau-pulau Guraici hingga berbagai biota laut di kawasan ini layak dilindungi.

Desa dan Pulau Laigoma masuk kawasan konservasi perairan (KKP) yang ditetapkan  Menteri  Kelautan  dan  Perikanan   pada 2020.

KKP Kepulauan  Guraici  berdasarkan kepmen itu melindungi, melestarikan, dan memanfaatkan keanekaragaman hayati laut seperti potensi perikanan, terumbu karang, padang lamun, kerapu, kakap, hiu, pari manta, penyu, dan lumbalumba.

Karena itu, katanya,  juga perlu perlindungan terhadap perairan Kepulauan Guraici sekaligus berpeluang menunjang pengembangan  wisata  pesisir dan pulau-pulau kecil   yang berkelanjutan.

 

Amir bediri di belakang bak penangkaran yang dibuatnya secara swadaya. Foto: M Ichi/ Mongabay Indonesia

********

 

Exit mobile version