Mongabay.co.id

Kelinci Laut, Satwa Unik Idola Penyelam

Kelinci laut atau siput laut merupakan salah satu satwa laut yang popular dan paling dicari fotografer bawah laut. Foto : Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

 

Bagi para penyelam, bertemu kelinci laut adalah hal menyenangkan. Berbeda dengan kelinci di darat, kelinci laut termasuk hewan invertebrata unik. Bentuknya kecil warna-warni, sehingga menarik perhatian banyak orang, termasuk wisatawan yang memiliki hobi menyelam.

Gusnar Ismail, penyelam dan juga pemerhati isu kelautan dan perikanan di Gorontalo, mengaku kerap melihat kelinci laut saat menyelam hampir di seluruh perairan Gorontalo.

Menurutnya, kelinci laut tersebar luas. Bisa ditemukan di berbagai tempat karena banyak jenisnya dengan bentuk berbeda. Ciri khasnya adalah dua telinga yang mirip kelinci.

“Di Gorontalo sejak pertama kali adanya penyelaman, kelinci laut mulai dijadikan ajang fotografi makro oleh para penyelam dan wisatawan karena ukurannya yang sangat kecil, unik, penuh warna, serta indah. Jadi kalau ketemu kelinci laut itu senangnya bukan main,” kata Gusnar kepada Mongabay Indonesia, pertengahan September 2023.

Baca: Flabellina, Si Kelinci Laut Primadona

 

Sepasang kelinci laut berjenis Chromodoris annae di perairan Padangbai, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Ketika menyelam, Gusnar sering menemukan kelinci laut di areal terumbu karang dan juga padang lamun, mulai dari kedalaman 2 sampai 20 meter. Meski ada yang memiliki bentuk sama, namun sering pula dia menemukan bentuk kelinci laut berbeda di setiap lokasi penyelaman. Di Gorontalo, kelinci laut berada di kedalaman 5 sampai 10 meter.

Nudibranchia atau kelinci laut termasuk dalam Kelas Gastropoda dan Filum Moluska, yakni hewan yang memiliki badan lunak, seperti halnya siput. Satwa ini memberikan kontribusi cukup tinggi bagi keragaman hayati perairan laut Indonesia.

Baca: Asyiknya Melihat Warna-warni Kelinci Laut Padangbai

 

Sepasang kelinci laut jenis Chromodoris kunei di perairan Padangbai, Bali. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Seperti dilansir Mongabay sebelumnya, kelinci laut memiliki ragam jenis bahkan lebih dari 3.000 spesies di seluruh laut dunia, dengan ukuran tubuh paling pendek 40 mm dan paling panjang 600 mm.

Mereka bergerak sangat lambat dan persebarannya pada semua kedalaman. Kelinci laut memiliki kepala bertentakel yang sangat sensitif terhadap sentuhan, rasa, dan bau.

Seperti halnya siput darat, kelinci laut memiliki rhinophora berbentuk pentungan dan berperan untuk mendeteksi bau. Semua anggotanya hermafrodit, tetapi jarang melakukan pembuahan sendiri.

Baca juga: Wow! Ada “Kelinci Laut” Imut dan Berbulu

 

Kelinci laut menempel di terumbu karang yang jadi dijadikan objek fotografi makro bawah laut di perairan Gorontalo. Foto: Gusnar Ismail

 

Penelitian

Saat ini, penelitian keanekaragaman hayati bawah laut mulai menjadi perhatian seiring banyaknya potensi sebagai bahan pangan dan juga untuk kebutuhan farmasi. Termasuk, beberapa jenis kelinci laut yang bisa dijadikan sebagai sumber bahan baku obat-obatan.

Dalam beberapa publikasi ilmiah, kelinci laut mulai dijadikan bahan baku obatan-obatan untuk mencegah osteoporosis atau pencegahan penyakit tulang keropos. Jenis kelinci laut tersebut adalah Dolabella auricularia yang banyak ditemukan di perairan Indo-Pasifik dan memiliki senyawa aktif yang bermanfaat bagi kesehatan.

 

Kelinci laut yang tubuhnya warna-warni. Foto: Gusnar Ismail

 

Hal itu terungkap dalam penelitian berjudul “Karakteristik Asam Amino, Asam Lemak dan Mineral Kelinci Laut” ditulis Manulang dkk, yang dipublikasikan pada Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia [2016].

Dari penelitian mereka, disebut bahwa kelinci laut jenis Dolabella auricularia memiliki 26 jenis asam lemak yang terdiri dari asam lemak jenuh 5,33%, asam lemak tak jenuh tunggal 2,11% dan asam lemak tak jenuh majemuk 4,10%. Sedangkan kandungan mineral tertinggi adalah kalsium [68100 mg/kg].

“Kandungan mineral kelinci laut yang tertinggi adalah kalsium yang bermanfaat sebagai pencegahan penyakit osteoporosis,” ungkap para peneliti.

 

Kelinci laut atau siput laut merupakan satwa laut yang paling dicari fotografer bawah laut. Foto: Anton Wisuda/Mongabay Indonesia

 

Jenis kelinci laut lain yang dijadikan penelitian bahan farmasi adalah Phyllidia varicose. Riset itu dipublikasikan di Jurnal Pesisir dan Laut Tropis [2020] yang ditulis Melania Ukar, dkk, dengan judul “Aktivitas Senyawa Antibakteri dan Anti-Uv dari Phyllidia Varicosa [Cuvier, 1804] dan Bakteri Simbionnya [Nudibranchia Gastropoda] dari Perairan Tanjung Mandolang, Minahasa”. 

Menurut tim peneliti, jenis nudibranchia ini mampu menghasilkan substansi anti-UV, sebagai bentuk adaptasi terhadap paparan sinar UV karena kelinci laut dari Famili Phyllidiidae, umum dijumpai di daerah tropis dan wilayah Indo-Pasifik dengan beraktivitas siang hari.

Hasil analisis mereka menyebut bahwa ekstrak kelinci laut jenis Phyllidia varicose mempunyai nilai absorban cukup tinggi. Selain itu, ekstraknya memiliki substansi anti-UV yang dapat dikembangkan sebagai bahan tabir surya.

 

Exit mobile version