Mongabay.co.id

Foto: Paok Laus, Burung Pemalu Endemik Pulau Sumba

 

 

Burung ini memiliki ciri menarik.

Kepalanya hitam, seperti memakai topeng. Iris matanya gelap. Bagian sayap berwarna hijau daun berpadu biru dan putih. Perutnya jingga dengan bercak perut merah karat menghiasi bulunya yang indah.

“Itu paok laus [Pitta elegans]. Cantik, bertengger di pohon,” ujar Christo Eduardus Tae, Mahasiswa Prodi Kehutanan Universitas Undana asal Kupang yang magang di Balai Taman Nasional Matalawa berkunjung di Desa Prekomba, Sumba Timur, Rabu [13/9/2023].

Paok laus dalam bahasa lokal di Sumba Timur disebut ‘parapao’. Jenis burung yang merupakan famili Pittidae ini, cukup sulit dijumpai di hutan Pulau Sumba, sebab ia “pemalu” dan sangat sensitif dengan kehadiran manusia.

Jenis ini biasanya memantau situasi dari tempatnya bertengger. Jika terdengar ada yang mendekat, ia segera terbang dan menghilang. Bulu sayapnya yang hijau kerap digunakan sebagai penyamaran, agar tidak terlihat predator. Satu hal yang dapat menjadi petunjuk keberadaannya adalah gemuruh suaranya yang bersautan.

Foto: Opior Wallacea, Si Kuning Mungil Endemik Nusa Tenggara

 

Paok laus merupakan jenis pemalu yang tidak mudah ditemukan. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Arya Y. Yue et al. dalam Species limits in the Elegant Pitta [Pitta elegans] complex from Wallacea based on bioacoustic and morphometric analysis [2020]” menuliskan bahwa paok laus mempunyai dua jenis vokalisasi utama: panggilan alarm dengan satu suku kata sengau dan panggilan teritorial bervariasi secara geografis.

Paok laus aktif berkicau pada fajar dan sore hari, sehingga waktu ini dapat digunakan untuk melihatnya di alam liar.

Foto: Perilaku Unik Seriwang Nusa Tenggara

 

Paok laus memiliki warna kepala hitam. Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Subspesies endemik Pulau Sumba

James A. Eaton et al., dalam Burung-Burung Pulau Paparan Sunda dan Wallacea di Kepulauan Indonesia [2022] menuliskan, terdapat 3 subspesies paok laus yang dalam Bahasa Inggri bernama Elegant Pitta ini.

Sebarannya di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur yaitu subspesies ‘maria’ yang merupakan endemik Pulau Sumba, serta subspesies lainnya ‘elegans’  yang tersebar di Pulau Timor-Rote dan ‘virginalis’ kepulauan Laut Flores.

Sebelumnya, paok laus dianggap memiliki 5 subspesies, namun berdasarkan catatan taksonomi Birdlife International, subspesies ‘P. concinna’ dan ‘P. vigorsii’ telah menjadi spesies tersendiri.

Baca: Pungguk Wengi, Burung Hantu Endemik Sumba yang Belum Dilindungi

 

Paok laus mencari makan di lantai hutan. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Paok laus bersifat soliter. Siang hari, menghabiskan waktu bertengger di kanopi pepohonan. Saat mencari makan, ia menjelajahi lantai hutan dengan mengacak serasah menggunakan kaki dan paruhnya. Cacing tanah atau serangga kecil merupakan santapan favoritnya.

Paok laus membangun sarangnya di tanah, biasanya di antara akar pohon besar yang dibuat dari rerumputan dan serasah daun.

Coates, B. J., and K. D. Bishop dalam A guide to the birds of Wallacea [1997], menuliskan habitat paok laus berada di hutan primer, hutan sekunder, hutan pamah, dan perbukitan monsun.

Baca: Kakatua Sumba, Burung yang Dijuluki Kaka oleh Masyarakat Sumba

 

Paok laus subspesies ‘maria’ endemik Pulau Sumba. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Tren populasi

International Union for Conservation of Nature [IUCN] menetapkan status konservasi paok laus adalah Least Concern atau Berisiko Rendah dengan tren populasi menurun. Hilangnya hutan yang berdampak pada rusaknya habitat merupakan ancaman utama jenis ini. Catatan Birdlife International memperkirakan, populasi paok laus sekitar 15.000-25.000 individu di alam liar.

Selain hal tersebut, perburuan di alam untuk diperdagangkan secara ilegal menjadi ancaman lain yang dihadapi spesies ini. Berdasarkan hasil observasi pasar burung di Pulau Jawa yang dilaporkan Chris R. Shepherd, et al., dalam Pittas for a pittance: observations on the little known illegal trade in Pittidae in west Indonesia [2015] menunjukkan jenis paok laus termasuk jenis yang diperjualbelikan. Bahkan jenis ini juga diiklankan melalui halaman grup media sosial Facebook oleh para penghobi burung.

Baca juga: Memantau Julang Sumba di Taman Nasional Matalawa

 

Seekor paok laus berkamuflase rimbunnya daun. Foto: Muhammad Soleh/Sumba Wildlife

 

Paok laus merupakan jenis satwa liar dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri LHK No. P 106 Tahun 2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.

Jenis ini dilarang ditangkap, diburu, terlebih diperjualbelikan dalam kondisi hidup ataupun mati.

 


 

 

* Muhammad Solehpegiat konservasi di Sumba Wildlife. Komunitas ini merupakan kumpulan pengamat burung liar di Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur.

 

Exit mobile version