Mongabay.co.id

Mengapa Beruang Madu TN Batang Gadis Masuk Pemukiman Warga?

 

 

 

 

 

Beruang madu muncul dan menyerang warga di pinggiran Desa Roburan Dolok,  Kecamatan  Panyabungan Tonga,  Kabupaten  Mandailing Natal, Sumatera Utara, beberapa bulan lalu. Satwa bernama latin Helarctos malayanus ini mencakar dan menggigit kaki kanan Darwin hingga luka-luka.

Darwin, sore itu sekitar pukul 18.00 akan pulang ke desanya dan dikejutkan penampakan beruang di semak-semak ladang. Satwa ini makin mendekat dengan jarak tak sampai satu meter dari posisi Darwin berdiri.

Ketika sadar di hadapan ada beruang, dia panik dan lari tunggang langgang sambil mencari pohon yang bisa dipanjat untuk menyelamatkan diri. Dia kalah cepat, belum sempat memanjat pohon beruang langsung menerkam kakinya.

Dia ketakutan dan berteriak histeris lalu mengambil ranting pohon dan mencoba melempar ke bawah. Akhirnya, beruang madu menjauh.

Setelah memastikan satwa pergi jauh, dia turun dan membawa barang-barangnya menuju desa. Dia terpincang-pincang.  Saat warga tahu Darwin digigit beruang lalu dilarikan ke puskesmas.

“Sore itu, aku baru pulang menyadap aren di hutan. Beruang itu menyakar dan menggigit kaki kananku hingga luka. Beruntung bisa selamat karena memanjat pohon walau beruang bisa menggapai kaki,” katanya kepada Mongabay.

Sebagian besar warga Desa Roburan Dolok ini jadi petani dan berkebun. Kejadian Darwis kena gigit beruang bikin warga takut ke kebun.

Di lopo atau warung kopi tempat biasa warga duduk santai usai pulang dari ladang pun peristiwa ini menjadi perbincangan serius. Ternyata, kejadian warga diserang satwa pernah terjadi pada Januari 2023.

 

Desa Roburan Dolok latar belakang TNBG tempat beruang menyerang seorang warga desa di situ. Foto: Ayat S KaroKaro/ Mongabay Indonesia

 

Bahkan, katanya, saat itu, Khairudin tewas mengenaskan dengan tubuh penuh luka di sekitar hutan Batang Gadis. Warga desa menduga korban tewas diserang beruang dengan bagian tubuh penuh cakaran dan gigitan.

“Kami berharap petugas kehutanan bisa menangkap beruang itu dan memindahkan ke tempat lain di hutan yang lebih lebat. Supaya warga desa tidak ketakutan dan was-was saat akan pergi ke ladang dan kebun,” kata Opung Domu Nasution.

Dia minta pihak terkait bergerak cepat supaya beruang bisa terselamatkan tidak seperti pada kasus harimau Sumatera yang muncul di Desa Pastap Julu.Karena gerak petugas BBKSDA Sumatera Utara lambat evakuasi menyebabkan satwa terkena jerat pemburu dan akhirnya tewas.

Dia tak ingin hal serupa terulang dengan beruang madu. “Jangan sampai didahului jaringan perburuan satwa liar dilindungi. Apabila itu terjadi, ini disebut kelalaian petugas yang lamban menangani konflik.”

Enda Mora, Plh Kepala Desa Roburan  Dolok, mengatakan, ada beberapa kejadian pertemuan warga dengan beruang. Dia bilang, kemungkinan beruang yang menampakkan diri di sekitar desa itu merupakan satwa yang berbeda dari beruang yang sudah muncul sebelumnya di kebun dan sekitar ladang aren.

Berdasarkan pengakuan beberapa petani aren mengatakan, sempat ada pertemuan dengan beruang madu yang tengah mengambil tempat penampung berisi aren yang akan dipanen.

Beruang dia perkirakan lebih dari satu, satu dewasa dan satu lagi remaja. Dia bilang, petugas perlu ada tindakan cepat untuk mengevakuasi satwa-satwa terancam punah ini sebelum konflik lebih parah lagi.

Pasca kejadian Darwin, katanya, masyarakat sudah diskusi membahas langkah-langkah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan, salah satu membuat laporan kepada Taman Nasional Batang Gadis dan BBKSDA Sumatera Utara.

Harapannya,  petugas bisa aksi cepat mengatasi konflik antara satwa dan manusia ini. Petugas dari BKSDA  sudah menghubungi dan meminta sebelum petugas datang warga bisa membunyikan dentuman atau suara-suara keras untuk mengusir beruang madu dari sekitar pemukiman.

Pemerintah desa, katanya, sudah membuat pengumuman kepada masyarakat untuk tidak pergi ke kebun dan ke ladang sementara waktu sampai ada pemberitahuan dari otoritas kalau sudah aman.

Selain itu, bila akan pergi keluar desa dan melintas di sekitar hutan sebaiknya tidak seorang diri tetapi membawa teman ini untuk mencegah hal-hal tidak diinginkan.

Dia juga mengimbau,  masyarakat tak menyerang, menyakiti apalagi sampai membunuh beruang-beruang ini karena ada konsekuensi pidana.

“Kami menginginkan interaksi negatif ini bisa segera berakhir supaya warga bisa ke ladang dan ke kebun lagi hingga perekonomian bisa kembali bergeliat di desa ini,” kata Mora.

Hermanto Sialagan, Kepala Bidang  Konservasi Sumberdaya Alam  Wilayah III BBKSDA Sumatera Utara,  menyatakan, begitu mereka mendapatkan laporan kemunculan beruang madu di Roburan Dolok langsung membentuk tim dan menuju lokasi. Mereka mengambil tindakan cepat mencegah interaksi negatif antara warga dengan beruang ini.

Observasi dilakukan. Petugas mewawancarai dan meminta keterangan dari Darwin. Tim lapangan juga identifikasi dan mencari jejak-jejak terbaru beruang madu yang diduga menyerang warga desa ini.

 

Darwin 50 tahun, warga Roburan Dolok Kecamatan Panyabungan Tonga Mandailing Natal, kena cakar dan gigit beruang. Foto: Ayat S KaroKaro/Mongabay Indonesia

 

Dibantu sejumlah warga, tim menyisir lokasi-lokasi yang diduga sempat disinggahi beruang madu ini. Sambil membawa dentuman-dentuman keras petugas bersama warga terus mencari jejak-jejak beruang madu itu.  Mereka tak menemukan beruang, diduga sudah masuk ke Taman Nasional Batang Gadis lagi.

“Tim kita masih terus bekerja di lapangan dan mengumpulkan sejumlah barang bukti untuk membuat perkara ini jelas dan terang. Jika ada perkembangan lebih lanjut akan saya informasikan,” kata Hermanto.

Dia bilang, salah satu faktor satwa-satwa prioritas dan dilindungi seperti harimau Sumatera dan beruang madu keluar kawasan karena perubahan habitat jadi perladangan dan perkebunan. Belum lagi, masih sering ada pemasangan jerat dan perburuan satwa mangsa hingga berujung pasokan pakan satwa berkurang di dalam hutan.

Perambahan ini terjadi di beberapa bentang Taman Nasional Batang Gadis,  seperti di Desa Pastap Julu dan Pastap,  Kecamatan Tambangan. Di sana banyak perladangan dan kebun warga masuk taman nasional yang merupakan habitat satwa.

Bersama petugas Taman Nasional Batang Gadis, BBKSDA sudah sosialisasi penyadartahuan dan pemberitahuan kalau lahan-lahan pertanian mereka sudah masuk taman nasional. Warga pun diminta tak memperluas lagi perladangan dan perkebunan. Mereka juga sosialisasi soal tak boleh pasang jerat satwa.

“Jangan ada lagi perambahan, berhenti memasang jerat,  dan tidak membunuh satwa dilindungi apalagi sudah bersetatus terancam punah karena itu merupakan pidana,” kata Hermanto.


J. Jhonsen, zoologist dari UNAND mengatakan, satwa menyerang ketika merasa terancam. Tempat Darwin kena serang beruang sekitar lahan a Kemungkinan, katanya, di sekitar lokasi itu juga ada pakan beruang madu seperti madu atau sarang semut yang mungkin merasa terganggu saat ada manusia.

Pada hakekatnya, kalau beruang tidak merasa terganggu atau tidak merasa terancam, katanya,  tak akan ada penyerangan pada manusia.

Hindari beruang dengan panjat pohon pun seharusnya tak jadi pilihan. “Percuma jika terjadi konflik dengan beruang lari memanjat pohon karena satwa ini salah satu pemanjat handal dan bisa mencapai ketinggian maksimal. Kuku atau cakar-cakar yang tajam itu bisa ditancapkan di pohon-pohon untuk mencapai tempat yang diinginkannya.”

Kalau melihat perilaku beruang madu, katanya,  sangat kecil kemungkinan tiba-tiba menyerang manusia tanpa ada faktor lain seperti membela diri dari ancaman di depannya.

Kalau dilihat dari kronologis, jarak Darwin dengan beruang tidak sampai satu meter. “Mungkin saja ada motif korban melakukan perlawanan hingga timbullah konflik.”

Dia bilang,  ada beberapa hal yang mungkin terjadi hingga menimbulkan interaksi negatif manusia dan beruang, antara lain,  satwa membela diri, atau korban mencoba menangkap beruang, manusia masuk wilayah jelajah dan beraktivitas di dalamnya seperti bertani dan berkebun.  Kemungkinan juga perebutan pakan antar beruang di area home range mereka.

Kalau berdasarkan penjelasan kepala desa, tempat kejadian berjarak 500 meter dari tempat tinggal korban. Jadi, katanya, besar kemungkinan pemukiman sudah makin mendekati kawasan hutan yang merupakan wilayah jelajah satwa termasuk beruang madu.

Dia bilang, kalau pemukiman warga sudah sampai di zona penyangga Taman Nasional Batang Gadis, maka konflik bisa saja makin tinggi karena pertemuan dengan satwa makin sering. Warga yang tinggal di pinggiran hutan juga otomatis akan mencari penghidupan di dalam hutan, bisa mencari kayu atau berburu.

Untuk itu, katanya, penting penelusuran di kediaman korban apakah ada menyimpan jerat-jerat atau bagian potongan tubuh satwa dari dalam Taman Nasional Batang Gadis seperti kepala rusa dan lain-lain. Kalau ada, katanya, itu bisa mengindikasikan bahwa dia seorang pemburu hingga terjawab mengapa beruang menyerang.

 

Beruang madu. Foto: Rhett Butler/Mongabay

 

*******

Exit mobile version