Mongabay.co.id

Warga Sijunjung Bertemu Harimau Langsung Ambil Foto, Bagaimana Antisipasi Konflik dengan Si Loreng?

 

 

 

 

Harimau Sumatera muncul di kebun karet, Jorong Bukit Tujuh, Nagari Solok Ambah, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat, awal Oktober lalu. Afrida Anis, warga Solok Ambah sedang di ladang saat itu tanpa sengaja bertemu sang harimau. Secara refleks, perempuan itu memotret satwa yang berjarak sekitar 12 meter di hadapannya. Meskipun dalam keadaan ketakutan, foto akhirnya viral di Nagari Solok Ambah.

Setelah beredar foto-foto harimau ini BKSDA Sumatera Barat menurunkan Tim WRU Seksi Konservasi Wilayah III untuk pengamanan.

Hingga malam Tim pemantauan, edukasi, dan supervisi kepada warga masyarakat Solok Ambah melalui smartphone karena tindakan langsung. Keesokan harinya, Tim WRU bersama perangkat nagari dan masyarakat Solok Ambah melakukan identifikasi serta sosialisasi soal penampakan harimau di ladang karet Afrida itu.

“Tim WRU melakukan serangkaian kegiatan untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa baik dari manusia, ternak serta menghindari perburuan terhadap harimau. Tim melakukan pendampingan untuk mengurangi rasa takut warga, terutama yang mengakses ladang atau kebun dan sawah,” kata Eka Damayanti,  Plh. Kepala BKSDA Sumbar, melalui siaran pers.

Dia  mengatakan, tim juga berkoordinasi dengan kepolisian, terutama Polsek Sijunjung, untuk mencegah perburuan terhadap harimau oleh pemburu yang mungkin masuk ke wilayah itu, baik dengan senjata api maupun airsoft gun.

 

Afrida Anis, refleks memotret harimau yang berjarak sekitar 12 meter di hadapannya. Meskipun dalam keadaan ketakutan, foto akhirnya viral di Nagari Solok Ambah.

 

BKSDA Sumbar mengimbau masyarakat tidak memasang jerat apalagi berburu dengan alasan apapun karena dapat dikenai sanksi sesuai UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Berdasarkan catatan BKSDA Sumbar, tiga kabupaten terbanyak mengalami kasus konflik maupun pertemuan satwa dengan manusia pada 2022. Ia terjadi di Agam 15 kasus, Pasaman (11), dan Solok (12). Lalu, Pasaman Barat (10), Kota Padang (6), Solok Selatan (3), Padang Pariaman (2), Sijunjung (2), Kota Solok (2), dan Kabupaten 50 kota (2), Kota Pariaman (1), dan Kota Batusangkar (1).

Satwa yang terlibat konflik dengan manusia adalah harimau (34), buaya muara (24), beruang madu (11), macan dahan (1), kukang (1), serta siamang (1).

 

Jerat aring yang banyak menyebabkan harimau mati. Foto: Dwi Adhiasto

 

Antisipasi 

Sunarto, Ekolog Satwaliar dan Research Associate, ISER FMIPA Universitas Indonesia, mengatakan, penyebab harimau itu menampakkan kepada manusia.

Secara makro, melihat konteks habitat harimau di Sumatera, khusus wilayah Sumatera Barat, nagari (desa) ini tampaknya bagian dari wilayah jelajah harimau, masih relatif terkoneksi atau setidaknya berdekatan dengan beberapa blok bentang alam utama seperti Rimbang Baling-Lisun Sinamar dan Batanghari.

“Sementara kebun karet warga, seperti yang biasa saya amati di Sumatera khusus Sumatera Barat, selama ini masih berpotensi sebagai jalur lintasan harimau. Jadi, bisa jadi harimau itu bukan “keluar” namun masih berada di habitatnya,” katanya.

Harimau Sumatera, biasa cukup pemalu dan cenderung menghindar dari manusia. Dalam kondisi sepi dan tidak banyak aktivitas manusia, harimau terkadang tetap beraktivitas baik untuk berburu ataupun menjelajah.

Dia mengapresiasi keberanian Afrida membuat dokumentasi itu. Meski begitu dia mengingatkan bisa mengancam keselamatan sang ibu. “Tentu ada risiko untuk mendokumentasikan keberadaan harimau itu. Tindakan ini mungkin karena tidak ingin dianggap menyebarkan informasi tanpa bukti,” katanya.

Perjumpaan dengan si loreng ini, katanya, bisa dibilang jarang terjadi. Banyak kasus serangan harimau karena upaya pertahanan diri satwa ini karena terkejut atau terdesak ketika berjumpa manusia yang tinggal, bekerja atau berkreasi di wilayah jelajah mereka.

Untuk menghindari hal yang membahayakan, atau merugikan, katanya,  ada beberapa hal dapat dilakukan untuk mengantisipasi konflik ataupun perjumpaan dengan harimau. Pertama, selalu sadar posisi berada di mana. Kalau tidak ada keperluan penting hindari berada di wilayah jelajah harimau.

Kalau terpaksa ke wilayah jelajah harimau, katanya,  usahakan selalu waspada lingkungan sekitar dan perhatikan diri, kawan khusus anak-anak.

“Terapkan kiat-kiat penghindaran konflik sesuai dengan kegiatan yang anda lakukan.”

 

Foto Afrida Anis,saat bertemu harimau di Nagari Solok Ambah.

 

Kedua, usahakan selalu ada kawan jika berada di wilayah jelajah harimau. “Ada kawan, membuat dapat saling mengawasi titik kawan juga dapat memberikan bantuan atau mencari tambahan bantuan jika diperlukan ketika terjadi perlawanan.”

Ketiga, berikan satwa ruang gerak untuk menghindar. Kebanyakan satwa cenderung menghindar dari manusia. “Jadi jangan mengusik atau merusak habitat harimau dan satwa alam lain terutama yang dilindungi Undang-undang.”

Keempat, jika berada di wilayah harimau dengan risiko sedang atau tinggi siapkan alat untuk melawan. “Tongkat kayu, golok, parang, batu, kerikil tali atau bahkan kain dapat digunakan untuk upaya perlawanan.”

Kelima, di wilayah jelajah harimau jangan berpenampilan atau berperilaku menyerupai satwa mangsanya. Harimau dapat melakukan kesalahan menerkam sesuatu yang sebenarnya bukan mangsanya.

“Jangan merunduk-runduk atau berperilaku menyerupai hewan berkaki empat. Merunduk atau  mendekam juga membuat leher dan kepala lebih terancam.”

Keenam, kalau berjumpa dengan harimau, usahakan tetap tenang. Jangan berlari dari harimau atau menuju harimau gerakan yang tiba-tiba atau menunjukkan dapat memicu naluri berburu harimau.

Ketujuh, usahakan tidak membelakangi harimau atau berada di tempat-tempat di mana harimau mungkin bersembunyi. Harimau, katanya,  umumnya menyerang dari belakang, mengarah pada leher dan kepala lindungi bagian tubuh yang rawan itu.

Kedelapan, kalau harimau mendekat tunjukkan dengan berbagai cara bahwa anda adalah makhluk yang berbahaya untuk diganggu. Misal,  dengan jaket, bisa membuat tubuh seakan lebih besar dan tinggi maupun lebih agresif.

“Buka jaket dan angkat kedua tangan, tiup peluit, lemparkan batu tanah ataupun ranting di sekitar dengan tetap menatap ke arahnya. Cobalah bicara dengan tenang namun tegas agar harimau menyingkir seperti berbicara kepada hewan peliharaan.”

Kesembilan, kalau diserang harimau, usahakan menyerang bagian-bagian tubuh yang vital. “Perlawanan yang kita berikan, sekecil apapun akan mempersulit harimau mengalahkan kita dan menyadarkan harimau bahwa kita bukanlah mangsanya yang dapat dengan mudah ditaklukan. Jangan lupa beri harimau jalan keluar untuk pergi dan jangan dipojokkan.”

Dia bilang,  yang dilakukan BKSDA sejauh ini sudah cukup baik dengan merespon cepat laporan, mencoba menenangkan masyarakat dan memberikan imbauan agar mengendalikan kegiatan, serta berkoordinasi dengan instansi terkait.

“Saya berharap semua pihak dapat mendukung berbagai upaya penghindaran atau pencegahan serta penanganan konflik melalui berbagai tahapan mulai dari kajian risiko konflik yang selalu terupdate, penyadartahuan dan pelibatan stakeholders, peningkatan kapasitas masyarakat dan tim respon.”

 

Harimau sumatera yang hidupnya tak pernah lepas dari ancaman jerat dan perburuan liar. Foto: Shutterstock

Selain itu, katanya, koordinasi dengan berbagai pihak termasuk upaya perbaikan habitat atau penanganan lain yang diperlukan sesuai hasil kajian.

Saat ini, sebut Sunarto,  harimau masih sangat terancam dengan populasi yang cenderung menurun karena habitat brkurang, perburuan, dan konflik.   Karena itu, peran serta semua pihak sangat diharapkan dalam melindungi dan memulihkan populasi satwa ini.

Salpayanri,  Direktur  Institution Concervation Society menyebut, ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan harimau keluar habitat, seperti mencari wilayah teritorial, beranak, sakit/luka, maupun ada gangguan jalur dan habitat.

“Perlu ada solusi bagi petani yang aktivitas terganggu, mungkin Dinas Sosial lebih berperan karena harimau satwa dilindungi Undang-undang.”

Selain itu, perlu juga ingatkan kepada warga kalau ada ternak sementara waktu dekatkan ke pemukiman. “Kandang ternak diberi pencahayaan malam hari.”

Terpenting lagi, petugas survei ke dalam hutan untuk mencegah pemburu memasang jerat.

 

 

******

Exit mobile version